Ritual Tapa Pendem Mbah Pani Juwana Pati, Kuat Lima Hari Lima Malam Dikubur Tanpa Makan dan Minum

Sabtu, 21 September 2019 | 08:25
Kolase/ (Tribunjateng.com /mazka hauzan naufal)

Ritual Tapa Pendem Mbah Pani Juwana Pati, Kuat Lima Hari Lima Malam Dikubur Tanpa Makan dan Minum

Suar.ID -Mbah Pani (63) warga Desa Bendar RT 3 RW 1 Kecamatan Juwana, Pati Jawa Tengah telah menuntaskan ritual tak biasa yang dijalaninya yang disebut tapa pendem.

Selama lima hari lima malam, Mbah Pani atau yang bernama asli Supani dikubur dalam liang tanah.

Mbah Pani berhasil dikeluarkan dengan selamat dari liang kubur pada Jumat (20/9/2019) pukul 16.30 WIB.

Mbah Pani (63) mengaku masih sakit kepala dan kondisinya belum fit usai tuntas melaksanakan ritual tapa pendem, Jumat (20/9/2019) malam.

Baca Juga: Ngeri! Viral Video Rendang Jadi Media Untuk Selundupkan Narkoba, Sekilas Tampak Biasa!

Ditemui usai acara manaqiban (pembacaan Manaqib Syekh Abdul Qodir Jailani) di rumahnya yang diikuti para tetangga dan kerabat, Mbah Pani mengaku belum bisa berbicara banyak.

"Sebelumnya saya minta maaf sebesar-besarnya.

Kepala saya masih sakit.

Kalau besok saya sudah fit dan sudah siap, saya siap membicarakan hal ini," ungkap Mbah Pani dalam bahasa Jawa halus.

Mbah Pani mengaku bersyukur dirinya diberi kekuatan oleh Allah dalam menjalani tirakat tapa pendem yang sudah kesepuluh kali dan merupakan penutup ini.

"Alhamdulillah saya dikuatkan lima hari lima malam.

Bisa kuat sampai diangkat, sampai sekarang.

Bisa kuat atas kekuasaan Allah," ucapnya.

Mbah Pani juga bersyukur karena pelaksanaan ritual tapa pendem didukung Kepala Desa Bendar dan jajarannya, kepolisian, Kapolsek, Koramil, dan warga sekitar.

Secara singkat, Mbah Pani mengaku tujuannya menjalani lelaku ini ialah demi keselamatan dan kekuatan dirinya sekeluarga.

Baca Juga: Viral Rumah Mungil di Tengah-tengah Apartemen Mewah, Ternyata yang Tinggal di Dalamnya adalah Nenek-nenek, Ini Alasannya Tidak Mau Digusur

"Sementara, saya baru kuat kasih keterangan ini.

Kalau ada kekeliruan ucap saya mohon maaf sebesar-besarnya.

Lain hari, kalau ada kesempatan saya siap membicarakan lebih lanjut," pungkasnya.

Adik sepupu Mbah Pani, Abdul Qohar, kembali menegaskan bahwa kondisi Mbah Pani belum memungkinkan untuk berbicara banyak.

Menurutnya, kondisi Mbah Pani sehat.

Namun, kemungkinan inderanya belum kembali sempurna.

Ia masih perlu beradaptasi setelah berhari-hari dalam kegelapan di bawah tanah.

Hingga pukul 21.00 lewat, warga masih terus berdatangan ke rumah Mbah Pani.

Mereka duduk lesehan di hadapan Mbah Pani yang duduk lemah di kursi ruang tamunya.

Setelah berkunjung, sebagian warga tampak membawa keluar satu jeriken kecil berisi air.

Air tersebut ialah air tanah yang disedot dari tempat pertapaan Mbah Pani.

Menurut Abdul Qohar, air tersebut diyakini bisa untuk obat.

Baca Juga: Detik-detik Anggota DPD RI Hampir Baku Hantam ketika Diadakan Rapat Paripurna

Pihak keluarga mempersilakan siapa pun untuk membawa pulang air tersebut selama belum habis.

Tribunjateng.com menemui Mbah Pani, beberapa saat sebelum menjalani prosesi topo pendem.

Mbah Pani mengatakan, topo pendem kali ini merupakan yang ke 10 atau terakhir.

Sebelumnya, dia sudah melakukan ritual yang sama sebanyak 9 kali.

Dalam menjalani ritual topo pendem itu, ia dikubur selama tiga hari tiga malam dalam liang di dalam rumahnya.

Dan dua kali dijalani di luar desanya yaitu di desa Ketip, tetangga desa.

Mbah Pani yang juga Ketua Ketoprak Desa Bendar, Juwana ini tampak tenang saat bertemu wartawan.

Sebelum berganti pakaian dengan kain kafan sebagaimana kain untuk orang yang akan dikubur, Mbah Pani menjawab singkat.

"Karena ini yang terakhir, nanti tidak cuma tiga hari, tapi lima hari," kata Mbah Pani di rumahnya.

Ditanya mengenai tujuan dan hal lainnya, Mbah Pani enggan memberi keterangan sebelum ritual tuntas dilaksanakan.

Mbah Pani punya seorang istri dan dua anak, serta anak angkat.

Suyono, anak angkat Mbah Pani, mengatakan, ritual topo pendem dilakukan Mbah Pani dengan menguburkan diri di dalam tanah yang diberi lubang untuk pernapasan.

"Topo pendem seperti ini sudah dilakukan beliau sebanyak sembilan kali. Dan hari ini adalah yang ke-10," ungkapnya.

Berdasarkan keterangan warga sekitar, terakhir kali Mbah Pani melakukan ritual ini adalah 2001 lalu.

Sebelumnya, Mbah Pani melakukan ritual ini setahun sekali, setiap bulan Suro.

Adapun ritual terakhir ini dilakukan 18 tahun berselang.

Dalam topo pendem, Mbah Pani diperlakukan hampir sama seperti jenazah yang akan dikubur.

Ia dikafani. Disediakan pula aneka kelengkapan pemulasaraan jenazah, antara lain bunga-bunga.

Hanya saja, tidak ada prosesi azan supaya tidak sepenuhnya seperti prosesi penguburan jenazah.

Ukuran liang kubur untuk ritual topo pendem sekitar kedalaman 3 meter, panjang 2 meter dan lebar 1,5 meter.

Di dalam liang kubur itu, sudah disediakan peti untuk tempat pertapaan.

Di dalamnya disediakan pula bantal dari tanah.

Ketika prosesi ritual mulai dilaksanakan, hanya pihak keluarga dan tokoh masyarakat setempat yang diperkenankan masuk rumah.

Pintu dikunci dari dalam.

Tribunjateng.com serta para tetangga tidak diizinkan masuk rumah.

Baca Juga: Tangis Istri Wendi Cagur Pecah saat Sang Suami Singgung Soal 'Bidadari', Ussy Sulistyawati & Andhika Pratama Ikut Merinding

Menurut pihak keluarga, ritual ini adalah prosesi sakral.

Dan suasana pun hening menegangkan saat Mbah Peni dikubur.

Setelah Mbah Pani dikubur, Sutoyo, Carik Bendar sekaligus tetangga Mbah Pani memberi keterangan.

"Tentang ritual ini, berdasarkan pesan Pak Pani, kejelasannya belum bisa disampaikan saat ini.

Besok kalau sudah selesai bertapa baru bisa menjelaskan sesuatu yang ada di dalam.

Tujuan ritual ini juga belum bisa disampaikan saat ini, karena dia mungkin punya rahasia.

Punya sesuatu yang kaitannya dengan ritual," paparnya.

Sutoyo mengatakan, sehari-hari Supani bekerja sebagai pedagang bakso dan seniman ketoprak.

"Dia selalu di musala. Setiap waktu salat dia yang azan. Salat lima waktu selalu di musala," ujarnya.

Sebagaimana keterangan warga, Sutoyo mengatakan, ritual topo pendem yang dilakukan Mbah Pani kali ini adalah yang kesepuluh.

Kali pertama ritual ini dilaksanakan Mbah Pani pada 1991.

Adapun ritual kesembilan dilaksanakan pada 2001.

Baca Juga: Nenek Ini Jual Nasi Ayam di Pagi Hari, Ternyata Hasilnya Dia Gunakan untuk Hal Tak Terduga Ini

Di antara sembilan ritual tersebut, ada dua ritual yang dilaksanakan di Desa Ketip, Kecamatan Juwana.

"Beberapa waktu setelah ritual ke-9, beliau sempat sakit stroke. Jadi ritual penutup baru bisa dilaksanakan hari ini," ujarnya.

Prosedur pelaksanaan ritual ini, menurut Sutoyo, tidak pernah berubah sejak dulu. Ada kain mori dan perlengkapan penguburan jenazah.

"Tapi tidak diazani. Karena menurut pesan dari Pak Pani, kalau azan itu ritual pelaksanaan orang meninggal dunia," paparnya.

Sutoyo mengungkapkan, bersama seluruh warga Bendar, ia berharap ritual topo pendem yang dilakoni Mbah Pani berjalan dengan lancar.

Lubang kubur itu dibuat di dalam rumahnya. Sudah beberapa kali lubang itu digunakan oleh Mbah Pani untuk menjalani topo pendem.

Meski ratusan warga ingin menyaksikan prosesi penguburan Mbah Pani, namun hanya keluarga yang diizinkan masuk rumah.

Warga lain menyaksikan dari luar rumah.

Saat digali, kondisi lubang itu berair. Namun segera disedot dikeringkan saat Mbah Pani sudah mengenakan kain kafan.

Sebagaimana proses pemakaman biasa, Mbah Pani juga dikafani dan dimasukkan ke dalam peti.

Ada pipa untuk saluran pernapasan yang menghubungkan Mbah Pani dari dalam kubur ke permukaan tanah. (Tribunjateng.com /mazka hauzan naufal)

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Cerita Mbah Pani Juwana Pati Seusai Jalani Ritual Tapa Pendem : Alhamdulillah Kuat 5 Hari 5 Malam

Tag

Editor : Rina Wahyuhidayati

Sumber TribunJateng