Suar.ID -Belakangan ini viral sebuah rumah mungil yang berdiri di tengah-tengah sebuah apartemen.
Rumah mungil itu ternyata milik seornag perempuan bernama Lies.
Dia memilih bertahan tinggal di rumah tua yang berada di area Apartemen Thamrin Executive Residence, Jakarta Pusat, dengan berbagai alasan.
Pada 2012, sekitar 10 tetangga Lies pindah setelah rumah mereka dibeli pemilik apartemen dengan harga relatif tinggi.
Tinggal keluarga Lies yang bertahan.
Banyak kenangan yang menjadi alasan Lies menolak tawaran pemilik apartemen.
Perempuan berumur 64 tahun ini mengaku, sejak kecil tinggal di rumah itu.
Rumah tersebut sudah diwariskan turun temurun dan kini menjadi miliknya.
“Saya tidak mau pindah, orang saya di sini dari saya lahir. Saya tidak akan mau dibayar berapa pun,” ujar Lies saat berbincang dengan Kompas.com di rumahnya, Jumat (20/9/2019).
Sebenarnya, Lies memiliki properti lain yang bisa ditinggalinya bersama suami dan anak.
Bahkan, dia punya rumah lain yang relatif mewah.
“Rumah saya di Bandung di pinggir jalan itu dua hektar, terus di Tangerang juga ada gede malah,” ujar Lies.
Tak hanya rumah mewah, Lies juga mengaku punya indekos yang dibelinya sejak dulu.
Aset itu yang kini menjadi pemasukannya untuk hidup sehari-hari.
“Dulu pas masih muda saya investasi bangun kos sama rumah. Itu di Kebon Melati ada 12 pintu kosan saya, lalu ada juga di Taman Mini kosan saya 15 pintu,” kata Lies.
Meski memiliki rumah mewah lain, Lies tetap memilih tinggal di rumah tua tersebut.
“Saya lebih pilih tinggal di sinilah, udah nyaman. Ini (rumah) tumpah darah saya,” ujarnya.
Rumah sederhana milik Lies itu berada di belakang area Apartemen Thamrin Executive Residence.
Jika dilihat sekilas, rumah tersebut tidak terlihat.
Pasalnya, bangunan rumah di kelilingi tembok yang berisi tanaman-tanaman hijau.
Posisi rumah lebih rendah dibanding jalan. Jadi, hanya genting yang terlihat.
Lantaran posisi rumah lebih rendah, penghuni harus turun melewati tangga untuk masuk ke dalam rumah.
Lies mengaku, beberapa kali pengelola apartemen menawarkan berbagai tawaran agar keluarganya bersedia menjual rumah. Namun, ia bersikeras tak melepaskan.
“Ih ngapain banget, dibayar berapa pun rumah ini saya tidak sudi dibeli. Mereka mah emang cuma mau kuasai tanah ini. Ini tumpah darah saya di sini,” cerita Lies.