Suar.ID - Untuk orangtua yang bekerja di negara asing, memilih sekolah yang tepat untuk anaknya adalah sebuah tantangan.
Banyak hal yang harus dipertimbangkan demi kenyamanan dan kelancaran anak menuntut pendidikan.
Terlebih bagi keluarga muslim yang hidup di wilayah dimana muslim sebagai minoritas.
Disamping mengharapkan kualitas pendidikan yang bagus, keluarga juga harus mempertimbangkan toleransi dan penerimaan komunitas itu sendiri.
Dikabarkan, seorang ayah warga negara Singapura muslim yang tinggal di Australia, Syahrom Rahmad, membagikan cerita tentang pengalaman anak perempuannya yang bersekolah di Perguruan Tinggi Baptis lokal.
Melansir dari World Of Buzz, Sabtu (14/9/2019), ia menulis, "Saat Sumaiyah bergabung dalam Perguruan Tinggi Baptis lokal, kami diberitahu bahwa dia adalah murid berhijab pertama di sekolah menengah atas." tulisnya.
"Kepala sekolah mengambil upaya untuk mempersiapkan tempat shalat untuk Sumaiyah." sambungnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa istrinya melakukan diskusi dengan kepala sekolah.
Mereka mengusulkan kepada dewan sekolah agar jilbab dan pakaian yang menutup aurat dimasukkan sebagai bagian dari seragam sekolah.
Anggota dewan pun menyetujui usulan tersebut.
Mulai tahun 2020, pakaian seperti legging hitam, atasan lengan panjang putih, dan jilbab putih atau hitam akan dimasukkan sebagai bagian dari seragam sekolah.
Mereka merasa senang karena masyarakat lokal berusaha keras untuk menegakkan toleransi.
Dan ini merupakan contoh yang harus diikuti oleh setiap komunitas lain.
Perbedaan seharusnya tidak membedakan kita.
Hal tersebut seharusnya menjadi alasan kita untuk tetap bersatu, seperti potongan puzzle yang unik.