Suar.ID - Pasangan suami istri dari Oregon mendesak para orang tua untuk memprioritaskan waktu bersama anak-anak mereka.
Hal tersebut terjadi setelah baru-baru ini mereka menderita kehilangan yang tak pernah diduga ketika anak laki-lakinya meninggal dalam tidurnya.
Pengusaha sukses, J.R. Storment dan istrinya, seorang dokter naturopati, Jessica Brandes, membagikan kisah anak lelaki kembarnya yang berusia 8 tahun, Wiley dan Oliver, dan kehidupan mereka di Portland sebagai 4 anggota keluarga.
Namun, kehidupan mereka berbalik bulan lalu ketika Brandes menemukan putranya tak bernyawa di tempat tidurnya dan terpaksa memberi tahu suaminya bahwa Wylie sudah mati.
Baca Juga: Barbar! Tak Terima Dinasihati Karena Menggunakan Trotoar, Pemotor Ini Serang Pejalan Kaki
Peristiwa yang memilukan ini secara rinci tertulis di akun LinkedIn Storment dan Brandes, melansir dari People, Senin (9/9/2019).
Pasangan sukses ini mengaku bahwa mereka menyesal terlalu sering bekerja dan mendesak orang tua lain untuk tidak kehilangan waktu yang berharga dengan anak-anaknya.
"Peluk anak anda. Jangan terlalu terlambat bekerja. Banyak hal yang anda lakukan mungkin menghabiskan waktu anda dan anda akan menyesal setelah anda tidak lagi memiliki waktu," tulis Storment.
"Jika ada pelajaran yang diambil dari peristiwa ini, itu untuk mengingatkan orang lain (dan saya sendiri) untuk tidak melewatkan hal-hal yang penting," sambungnya.
"Jika kita bisa mempelajari sesuatu, itu adalah kehidupan sangat rapuh dan waktu benar-benar bisa sangat singkat," tulis Brandes di posnya.
"Kami berharap segala hal menjadi berbeda, tetapi yang paling kita harapkan adalah mempunyai waktu yang lebih banyak. Jika kamu adalah orang tua dan mempunyai banyak waktu untuk dihabiskan bersama anak, lakukanlah," lanjutnya.
Storment memulai kisah sedihnya, yang diunggah Selasa lalu hingga menjadi viral, dengan mengungkapkan bahwa pada bulan yang sama dia menyambut kelahiran anak-anaknya 8 tahun yang lalu, dia juga mendirikan perusahaan analisis keuangannya di waktu yang sama.
Perusahaan itu diakuisisi tiga bulan lalu, dan sekitar tiga minggu lalu, Storment mengatakan dia mengetahui berita dahsyat bahwa ia harus kehilangan anak laki-lakinya.
"Ketika saya mendapat telepon, saya duduk di ruang rapat dengan 12 orang di kantor Portland kamu membicarakan tentang kebijakan PTO," kenangnya.
"Beberapa menit sebelumnya, saya mengatakan bahwa dalam 8 tahun terakhir saya tidak akan mengambil cuti lebih dari seminggu," ujarnya.
"Saya dan istri saya sepakat bahwa ketika salah satu dari kami menelepon, yang lain harus menjawab. Jadi ketika telepon berdering saya segera berdiri dan berjalan ke pintu ruang rapat," lanjut Storment.
Panggilan telepon itu "dingin dan langsung", Storment mengenang, dan setelah mendengar putranya meninggal dia langsung berlari keluar pintu kantor membawa kunci mobil dan berjalan cepat tanpa mempedulikan sekitar ke seberang jalan.
Sementara itu, setelah memberi tahu suaminya, Brandes fokus menelepon 911 dan memberi tahu Oliver apa yang terjadi.
"Saya tahu saya punya waktu 4 menit untuk menjelaskan kepada Oliver bahwa sahabatnya telah meninggal dan 15 orang akan datang ke rumah," tulisnya.
"Saya memintanya untuk memilih tempat dimana dia merasa aman," lanjut Brandes.
Pasangan ini menceritakan secara detail kekacuan termasuk terak mereka yang "dikemas denganperalatan darurat," penerima respon pertama mencoba membuka pintu masuk dengan alat karena tidak bisa melihat Wiley selama hampir 3 jam di tengah potensi investigasi TKP, dan menghibur Oliver.
"Mereka membenarkan kematian anak kami setelah menggunakan alat kejut jantung dan perlahan-lahan mengembalikan peralatan mereka kembali ke ambulan karena seluruh peralatan yang dibawa tidak bisa menyelamatkan nyawa anak saya," kenang Brandes sedih.
Setelah penyelidikan selesai, mereka akhirnya bisa melihat putra mereka dalam momen menyedihkan yang diingat oleh Brades dan Storment sebagai hal yang memilukan.
"Ketenangan yang menakutkan menghampiriku. Saya berbaring di sebelahnya di tempat tidur yang ia sukai, memegang tangannya dan terus mengulangi, 'apa yang terjadi, sobat? apa yang terjadi?'" kenang Storment.
"Kami tinggal di sebelahnya selama sekitar 30 menit dan membelai rambutnya sebelum mereka kembali dengan brankar untuk membawanya pergi," ujar Storment mengingat momen memilukan itu.
"Waktu kami terbatas. Itu bukan cara orang tua melihat anak mereka, tetapi hanya itu waktu yang kita miliki," tulis Brandes.
"Kami memegang tangannya dan memperbaiki rambutnya dan mencium kepalanya sampai waktu kami habis," lanjutnya.
Storment mengatakan putranya didorong masuk ke sebuah mini van, dan dia mengikutinya dari samping.
Kemudian satu per satu mobil melaju meninggalkannya.
Oliver dan Brades berdiri di pintu masuk, merasakan dunia yang sangat berbeda dari yang mereka bangun dan bayangkan.
Anak berusia delapan tahun, yang sebelumnya didiagnosis dengan epilepsi ringan yang disebut Benign Rolandic Epilepsy yang biasanya sembuh sendiri di masa remaja, diyakini telah meninggal karena SUDEP (Kematian Epilepsi yang Tidak Dapat dijelaskan dengan Mendadak).
Brades mengaku sebenarnya terharu melihat kematian Wiley yang damai.
"Wiley hangat dan bahagia tertidur di tempat favoritnya di sebelah seseorang yang dicintainya," ujar Brades, merujuk pada saudara kembarnya.
Pasangan suami istri tersebut mencoba mengingat kembali waktu-waktu terakhir kebersamaan mereka dengan sedikit penyesalan.
Mereka sangat-sangat menekankan kepada para orang tua, untuk tidak terlalu sibuk dengan pekerjaan dan meluangkan banyak waktu kebersamaan bersama anak sebelum menyesal.