Ridwan Kamil Kritisi Ibu Kota Baru, Bisa Bikin Penghuninya Tidak Betah

Selasa, 03 September 2019 | 15:15
Kompas.com

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat ditemui di Gedung DPRD Jabar, Jalan Diponegoro, Senin (26/8/2019).

Suar.ID - padaSenin, (26/8/2019)Jokowi telah mengumumkanrencana pemindahan Ibu Kota Indonesia dari DKI Jakarta menuju Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Rencana pemindahan tersebut hingga saat ini sebenarnya masih menuai pro dan kontra.

Seperti yang telah diungkapkan Jokowi dalam konferensi pers di istana negara, dalam menjalankan perannya sebagai sebuah Ibu Kota, Jakarta sudah semakin berkurang dalam hal kualitasnya untuk mendukung Indonesia dalam berbagai sektor.

Kota Jakarta saat ini juga telah terbebani dengan banyaknya penduduk yang tinggal maupun jumlah gedung-gedung tinggi yang dibangun disana dan menurut berbagai penelitian ilmiah mengenai dampak dari perubahan iklim, Jakarta memiliki kemungkinan tenggelam yang diperkirakan akan terjadi antara tahun 2030-2050 apabila penduduk dan gedung-gedung yang ada disana masih berada pada jumlah yang sama atau bahkan bertambah.

Baca Juga: Begini Pandangan Media Asing terhadap Pindahnya Ibu Kota Indonesia

Beberapa halyang mempengaruhi berpindahnya Ibu kota dari Jakarta menuju Kalimantan Timur dirangkum berdasarkan konferensi pers yang diadakan oleh Jokowi adalah :

1. Kalimantan Timur memiliki infrastruktur lengkap, yakni Bandara berstandar Internasional pelabuhan laut dan tol

2. Kalimantan Timur memiliki risiko bencana alam yang minim

3. Berdasarkan sejarahnya Kalimantan Timur minim akan konflik sosial, meskipun masyarakat disana bersifat heterogen (memiliki beragam suku dan budaya)

Baca Juga: Selalu Terlihat Harmonis, Siapa Sangka Denny Cagur dan Istri Pernah Berantem Hebat Hanya Karna Telur Ceplok hingga Ancam Pergi dari Rumah

Namun dibalik segala hal yang mendukung Kalimantan Timur sebagai ibu kota baru Indonesia, masih saja terdapat hal-hal yang mempertanyakan kapasitas Kalimantan Timur sebagai ibu kota baru

Seperti yang diutarakan olehGubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.

Ridwan Kamil sebenarnya mendukung rencana Jokowi untuk memindahkan Ibu Kota Indonesia dari Jakarta menuju Kalimantan timur

Namun sebagai seorang arsitek ia menyorotipermasalahandesain dan asumsi pembangunan kota baru yang dinilai terlalumenghabiskanlahan.

"Kalau sudah jadi pertimbangan pemerintah pusat dan DPR saya kira kita dukung. Cuma sebagai arsitek saya melihat desain dan asumsi kota baru banyak hal-hal kurang tepat. Asumsinya lahannya terlalu luas, 200.000 hektar untuk 1,5 juta penduduk. Menurut saya boros lahannya," kata Emil, sapaan akrabnya di Gedung DPRD Jabar, Jalan Diponegoro, Senin (26/8/2019),dilansir dari Kompas.com.

Sebelum mengumumkan lokasi ibu kota baru, Jokowi sudah dua Kali ke Penajam Paser Utara.

Kompas.com
Kompas.com

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat ditemui di Gedung DPRD Jabar, Jalan Diponegoro, Senin (26/8/2019).

Baca Juga: Terbuat dari 30 Ribu Botol Bekas, Inilah Rumah Unik Milik Ridwan Kamil, Yuk Intip!

Emil menyebut, Indonesia harus bercermin dengan kondisi ibu kota Brasilia di Brasil atau Myanmar.

Kini dua negara itu sepi aktivitas lantaran lahannya yang terlalu luas.

Kondisi tersebut, akan membuat penduduk tak betah.

"Ibu kota yang baik di dunia, banyak mengalami kesalahan. Contohnya Brasil di Brasilia sampai sekarang tanahnya terlalu luas, manusia tidak betah. Myanmar juga sama sepi," ujarnya.

Emil menilai, salah satu pengembangan ibu kota yang baik adalah seperti di Washington DC.

Menurutnya, Ibu Kota Amerika Serikat itu punya perbandingan lahan dan populasi yang ideal.

Di Washington DC, kata Emil, populasi penduduknya hanya 700.000 jiwa yang menempati lahan seluas 17.000 hektar.

Di sana, dengan lahan dan penduduk sebanyak itu, mereka bisa berjalan kaki dengan nyaman.

Karena itu lahan yang terlalu luas akan berdampak pada besarnya beban penyediaan infrastruktur.

"Jadi kalau 1,5 juta penduduk, tanahnya cukup 35.000 hektar saja.

"Kalau akan dihuni 1 juta penduduk tapi lahannya 200.000 hektar, kebayang borosnya aspal, kabel, infrastruktur hanya untuk mengakomodir penduduk itu," tutur Emil.

"Jangan mengulangi kesalahan, segalanya harus lahan yang luas," ujarnya.

Kompas.com
Kompas.com

Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.

Baca Juga: Pernah Dicegat dan Dilecehkan Lelaki di Jalan Sepi, Inilah Alasan Pedangdut Ini Latihan Bela Diri

Emil tak mempersoalkan dengan konsep city forest, namun, dalam konsep tata kota penduduk perkotaan mesti mendapat fasilitas layanan yang serba dekat.

"Yang jadi masalah itu luasnya, manusia di kota butuh jarak dekat bukan jauh. Jarak jauh konsekuensinya mahal infrastruktur.

Berarti trotoar harus lebih panjang, jalan banyak, maka belajar dari kesalahan negara lain, tirulah yang baik, dari kajian saya itu," jelasnya.

Diberitakan sebelumnya oleh Kompas.com, berdasarkan dokumen rencana pemindahan ibu kota Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), dipilihnya Kaltim menjadi ibu kota baru adalah karena Kaltim memiliki beberapa keunggulan.

Keunggulan itu antara lain memiliki dua bandara besar, yakni Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman di Balikpapan kemudian Bandara Internasional Aji Pangeran Tumenggung Pranoto di Kota Samarinda.

Selanjutnya, terdapat jalan tol Balikpapan-Samarinda, memiliki Pelabuhan Semayang, infrastruktur jaringan energi dan air bersih, struktur demografi heterogen atau sebagian besar penduduknya merupakan pendatang yang tentu lebih terbuka berinteraksi dan menerima perubahan, kemudian masuk Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II.(Ervananto Ekadilla/Suar.ID)

Editor : Yoyok Prima Maulana

Baca Lainnya