Mengerikan, Rudal-rudal Cina Disebut Bisa Lenyapkan Pangkalan AS di Asia Hanya dalam Hitungan Jam!

Minggu, 25 Agustus 2019 | 20:04
Asia Times

Menurut riset sebuah lembaga think tank di Australia, pangkalan militer AS yang ada di Asia bisa dihancurkan rudal-rudal China hanya dalam hitungan jam.

Suar.ID -Sebuah lembaga think tank dari Australia menyebut bahwa perkembangan militer Cina yang pesat membuat militer Amerika Serikat (AS) tidak lagi jadi kekuatan utama di Asia.

Lembaga bernamaUnited States Study Center dari University of Sydney ini memaparkan, strategi pertahanan Indo-Pasifik berada dalam krisis yang belum pernah ditemui sebelumnya.

Dilansir Bloomberg pada Senin (19/8/2019), penundaan pendanaan bagi militer AS yang tak terduga selama 10 tahun terakhir membuat Cina dapat meningkatkan kualitas militernya.

Baca Juga: Sungguh Memilukan! Sang Ayah Terpaksa Gotong Sendiri Jenazah Anaknya Karena Puskesmas Menolak Mengantarkan ke Rumah Duka

Menurut pemaparan studi tersebut, AS bakal kesulitan melindungi sekutunya, seperti Jepang, Australia, dan Korea Selatan.

Oleh sebab itu, negara-negara tersebut harus memperkuat militer di negara mereka sendiri untuk dapat berjaga-jaga dari kemungkinan gempuran yang dilakukan oleh Militer Cina.

Selain itu, mereka harus mulai mempertimbangkan untuk meningkatkan kerja sama dengan AS guna menjamin keamanan mereka, demikian laporan United States Study.

Laporan itu menggarisbawahi bidang-bidang di mana militer Cina telah membuat kemajuan signifikan dibandingkan AS dan sekutunya.

Salah satunya adalah di bagian rudal.

ussc.edu.au
ussc.edu.au

Ashley Townshend penulis laporan tentang rudal balistik baru milik China

"Cina telah menempatkan serangkaian rudal dengan presisi yang luar biasa dan sistem penangkal lain dalam meminimalisir keunggulan AS," ulas laporan itu.

Baca Juga: Berawal dari Tembak-tembakan di Game PUBG, Pasangan Polisi dan Tentara ini Berakhir di Pelaminan

Hampir sebagian besar pangkalan AS di Pasifik Barat, begitu juga dengan yang dimiliki sekutu utamanya, diprediksi dapat dirontokkan dalam hitungan jam jika sedang terjadi konflik.

Baca Juga: Masih Ingat Kasus Obat Kedaluwarsa yang Menimpa Ibu Hamil? Begini Lho Cara Mengetahui Tanda Kedaluwarsa Obat Selain Lewat Tanggalnya

Kementerian Luar Negeri Cina menyatakan mereka belum melihat laporan tersebut.

Namun Juru Bicara Kementerian, Geng Shuang, berujar, kebijakan militer negara mereka adalah "Pertahanan secara Alamiah".

"Prinsip Cina secara umum adalah membangun perdamaian dan kebijakan pertahanan nasional kami adalah bertahan secara alamiah," kata Geng dalam konferensi pers.

Bukan Sebuah Kejutan Besar

Laporan dari Australia tersebut diyakini bukanlah merupakan sebuah kejutan yang besar.

Pada November 2018, laporan dari Komisi Strategi Pertahanan Nasional kepada Kongres AS menunjukkan AS bakal kesulitan, dan mungkin kalah jika melawan militer yang dimiliki oleh Cina atau Rusia.

Baca Juga: Diisukan Bertengkar Rebutan Warisan hingga Buat Ruben Onsu Turun Tangan dan Ibunda Banjir Air Mata, 2 Adik Julia Perez Berikan Sinyal Damai

Enam bulan kemudian, laporan tahunan Pentagon menyatakan, Beijing tengah berambisi membangun militer kelas dunia dan menjadi saingan AS di kawasan Indo-Pasifik.

South China Morning Post
South China Morning Post

Dongfeng-26 atau DF-26. Rudal balistik jarak menengah yang diluncurkan China dalam latihan. Rudal itu disebut bisa menghantam Guam yang merupakan wilayah Amerika Serikat.

Baca Juga: Tak Mau Matikan Rokoknya saat Berada di SPBU, Pria ini Akhirnya Terpaksa Disemprot Alat Pemadam Kebakaran!

Dalam laporannya, Kementerian Pertahanan AS menyebut, Cina berencana mempunyai setidaknya 2.000 rudal jarak pendek, menengah, dan panjang yang bisa menjangkau target.

Baik di laut maupun di darat.

Studi itu mempertanyakan kemampuan Presiden Donald Trump dalam memimpin negaranya dalam mengimbangi kemajuan Militer Cina.

Lebih dari itu, studi ini juga memperingatkan AS terhadap kemungkinan mereka dalam menghadapi krisis tersebut.

Baca Juga: Diisukan Bertengkar Rebutan Warisan hingga Buat Ruben Onsu Turun Tangan dan Ibunda Banjir Air Mata, 2 Adik Julia Perez Berikan Sinyal Damai

Laporan tersebut memaparkan, Gedung Putih seharusnya dapat mempertimbangkan untuk memperkuat armada bawah laut mereka.

Lebih-lebih ketika konflik mematikan terjadi yang diakibatkan oleh peluncuran rudal hipersonik Cina.

Tetapi Kepala Komando Indo-Pasifik AS, Laksamana Phil Davidson, berkata kepada Kongres Maret lalu, dia hanya mendapat kualitas setengah dari kapal selam yang dia butuhkan.

Karena itu, sangat penting bagi negara sekutu seperti Australia maupun Jepang untuk meningkatkan kemampuan militer demi mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh militer AS.

"Selain itu, AS juga membutuhkan dukungan signifikan dan berkelanjutan dari mitra dan sekutu regional mereka untuk dapat menangkal Militer Cina," jelas laporan tersebut.

Sebagai contohnya, Australia dapat meningkatkan produksi kapal selam mereka yang sangat ideal untuk menggelar operasi di kawasan pesisir seperti Laut Cina Selatan. (Ervananto Ekadilla/Suar.ID)

Editor : Moh. Habib Asyhad

Sumber : Bloomberg

Baca Lainnya