Suar.ID -Pada tanggal 17 Agustus lalu masyarakat Indonesia sedang merayakan HUT ke-74 RI.
Namun sayangnya pada hari tersebut juga terjadi sebuah kisah pilu.
Puluhan Anggota pengibar bendera (Paskibra) menangis saat menjalankan tugasnya di sebuah lapangan upacara yang diadakan di Kecamatan Amalatu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku pada Sabtu (17/8).
Dilansir Kompas.com pada (18/8), 28 anggota Paskibra tingkat kecamatan ini tak bisa membendung tangisnya ketika melakukan tugas pengibaran bendera merah putih.
Baca Juga: Viral Jasa Melupakan Mantan dengan Tarif Rp 12 Ribu, Ternyata Beginilah Fakta yang Sebenarnya...
Bahkan membuat peserta dan juga undangan yang mengikuti acara tersebut juga ikut menangis.
Para anggota Paskibra ini menangis karena saat menjalankan tugasnya mereka tidak mendapatkan seragam dari panitia kecamatan.
Sehingga ketika menjalankan tugas mulia ini mereka hanya menggunakan seragam sekolah saja.
Meskipun merasa kecewa, para anggota Paskibra ini tetap menjalankan tugasnya dengan baik hingga upacara Kemerdekaan seleai.
Salah seorang anggota Paskibra tersebut mengaku merasa kecewa dengan pelayanan dai pihak kecamatan.
Padahal sebelumnya dalam sesi latihan mereka sudah dijanjikan untuk menpat fasilitas.
"Kami semua merasa sangat sedih dan menangis saat menjalankan tugas karena kami melakukannya hanya dengan baju seragam SMA," ujar salah seorang anggota Paskibra yang tak mau disebut namanya pada Minggu (18/8)
Siswa tersebut juga mengatakan bahwa saat latihan ia dan teman-temannya akan mendapat seragam Paskibra dari panitia kecamatan.
Sayangnya hingga sehari sebelum upacara mereka masih juga belum mendapat seragam tersebut.
Baca Juga: 6 Zodiak Ini Dianggap Paling Rasional, Mereka Selalu Berpikir Dulu Sebelum Bertindak
Karenanya mereka pun terpaksa menggunakan seragam sekkolah saat melaksanakan upacara HUT Kemerdekaan.
"Karena waktu sudah sangat mepet, kami langsung mengambil inisiatif untuk menggunakan seragam sekolah. Sejujurnya, kami sangat kecewa, tapi demi negara kami tetap menjalankan tugas yang mulia itu," lanjutnya.
Ia juga mengatakan bahwa sudah menjadi impian dan juga setiap siswa untuk tampil sebagai anggota Paskibra pada Hari Kemerdekaan Indonesia.
Untuk itu, baginya mendapatkan tugas sebagai seorang anggota Paskibra bukan hanya soal kebanggan keluarga dan juga sekolah, namun juga merupkan bukti cintanya kepada Negara Indonesia ini.
"Kami hanya malu dengan kecamatan lain, mereka menggunakan seragam paskibra, dan kami hanya menggunakan seragam sekolah," katanya.
Tak ada anggaran
MengutipKompas.com,Camat Amalatu Adaweya Wakano pun membenarkan masalah yang terjadi tersebut.
Ia mengaku, hal ini bisa terjadi karena kecamatan sendiritidak punya anggaran untuk pengadaan seragam bagi anggota Paskibra.
Anggaran Paskibra selama ini didapat lewat sumbangan sekolah dan para guru dan juga pemerintah desa.
"Saya sudah sampaikan ke kepala sekolah bahwa selama ini kita tidak punya anggaran soal ini, jadi saya bilang mereka (Paskibra) cari pakaian nanti saya tanggung apa yang kurang seperti garuda, sarung tangan, dan perlengkapan lain. Itu saya siapkan," ucapnya.
Ia juga mengaku kalau beberapa hari menjelang upacara, seksi usaha dana yang berasal dari SMA negeri setempat mendatanginya dan jua meminta agar panitia mau membantu menyediakan seragam Paskibra.
Baca Juga: Tangan Kamu Mulai Keriput? Jangan Khawatir, Atasi dengan Cara Mudah Ini!
Sayangnya karena waktu yang mepet, ia pun meminta panitia agar berbicara dngan seksi usaha dana dari sekolah untuk mencari jalan alternatif.
Saat itu alternatif yang muncul adalah menyewa seragam Paskibra.
"Saya katakan kepada panitia karena ini sudah tinggal dua minggu lagi, kalian pergi bicara dengan guru-guru agar menyewa seragam nanti panitia kecamatan yang bayar. Sudah clear, tapi empat hari menjelang upacara sekolah meminta panitia harus mencari seragam,"jelasnya.
Wakano juga menjelaskan bahwa sempat terjadi tarik ulur.
Ia pun akhirnya berbicara dengan pelatih Paskibra dan disepakati 8 anggota Paskibra yang akan menggunakan seragam Paskibra, sedangkan yang lain tidak.
"Saat sudah sepakat, giliran guru-guru SMA yang menolak. Jadi mereka ini menyangka bahwa setiap tahun saya ini dapat uang HUT 17 agustus dari kabupaten," katanya.
Ia juga menegaskan bahwa keliru jika ada yang menudingnya telah menerima anggaran untuk upacara kemerdekaan dari pemerintah kabupaten.
Wakano juga mengatakan kalau ada wacana yang berkembang bahwa kabupaten menyediakan anggaran sebesar 17 juta untuk upacara kemerdekaan.
"Ada informasi yang beredar bahwa setiap tahun saya itu dapat dana Rp 17 juta untuk acara ini, saya sudah laporkan itu ke Kesbangpol Seram Bagian Barat, nanti Senin besok ada guru yang dipanggil untuk menjelaskan darimana informasi itu didapat. Jadi saya tidak mau salahkan siapa-siapa tapi kita harus clear kan masalah ini," tutupnya.