Suar.ID - 74 Tahun yang lalu, sebelum Indonesia merdeka, Jepang menduduki beberapa wilayah di Indonesia.
Namun tiba-tiba Jepang mengalami hal paling buruk sepanjang sejarah, memaksa mereka untuk menyerah tanpa syarat dan keluar dari wilayah Indonesia.
Hal itu dikarenakan Jepang mengalami kekalahan secara instan.
Amerika Serikat ternyata menggunakan bom atom untuk berperang dan menghancurkan kota-kota penting di Jepang.
Baca Juga: Ajakan Kencannya Ditolak Pramugari, Pria Paruh Baya Bikin Geger Seisi Pesawat dengan Ancaman Bom
AS menjatuhkan bom atom yang disebut "Little Boy" di Hiroshima pada 6 Agustus 1945, menewaskan puluhan ribu orang.
Melansir dari CNN (6/8/2019), setidaknya 70.000 orang tewas dalam ledakan awal, sementara sekitar 70.000 lainnya meninggal akibat paparan radiasi.
"Total kematian dalam lima tahun mungkin telah melebihi 200.000, karena kanker dan efek jangka panjang lainnya yang bertahan," menurut sejarah Departemen Energi Proyek Manhattan.
Bom atom kedua yang disebut "Fat Man" dijatuhkan di kota Nagasaki tiga hari kemudian, pada 9 Agustus 1945, menewaskan hingga 80.000 orang.
Baca Juga: Keseharian Pemuda Pelaku Bom Bunuh Diri Pos Polisi Kartasura, Dulu Rajin ke Masjid
Akhirnya, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945.
Jepang pun kemudian menarik semua pasukan di wilayah kekuasaannya di Asia, termasuk Indonesia.
Tak menunggu lama, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Mengapa AS melakukannya?
Ilmuwan Amerika yang mengerjakan Proyek Manhattan telah berhasil menguji bom atom yang berfungsi pada bulan Juli 1945 setelah penyerahan Jerman Nazi pada bulan Mei.
Truman telah menugaskan sebuah komite penasihat, yang diketuai oleh Sekretaris Perang Henry Stimson, untuk mempertimbangkan apakah akan menggunakan bom atom di Jepang.
Sam Rushay, Pengawas Arsip di Perpustakaan Kepresidenan Harry S. Truman di Independence, Missouri, mengatakan kepada CNN,"Pada saat itu, Stimson sangat bersikeras bahwa bom itu harus digunakan."
Charles Maier, seorang profesor sejarah di Universitas Harvard, mengatakan bahwa sebenarnya mungkin bagi Truman untuk membuat keputusan lain, ia berkata, "Akan sulit untuk membenarkan kepadawarga Amerika, mengapa terus memperpanjang perang ketika senjata ini tersedia."
"Tampaknya senjata ini menawarkan solusi ajaib yang berpotensi menghilangkan banyak rasa sakit," katanya kepada CNN.
Maier, yang mengajar kursus tentang Perang Dunia II, mengatakan Jepang tidak siap untuk menyerah tanpa syarat.
Baca Juga: Breaking News - Dua Hari Menjelang Lebaran Bom Bunuh Meledak di di Kota Solo
Dia menambahkan bahwa Truman dan penasihat militernya takut akan "invasi yang sangat mahal" dari Jepang.
"Pengalaman dalam pertempuran sebelumnya di Iwo Jima dan Okinawa terbilang sangat mahal dalam hal korban AS dan Jepang, meskipun penghancuran angkatan udara dan angkatan laut Jepang," kata Rushay.
"Ada kepercayaan luas di kalangan perencana militer Amerika bahwa Jepang akan bertempur untuk 'orang terakhir'."
Maier mengatakan, "Serangan bunuh diri cukup umum, (tetapi) pada saat itu, penggunaan serangan bunuh diri 'Kamikaze' oleh Jepang telah membuat dampak psikologis yang kuat pada pembuat keputusan militer AS yang menganggap bahwa seluruh negara akan dikerahkan untuk mempertahankan rumah. pulau."
"Militer AS tidak mau mengatakan bahwa perang bisadimenangkantanpa bom," tambahnya.
Maier mengatakan beberapa sejarawan berspekulasi bahwa kemungkinan masuknya Uni Soviet ke dalam perang membantu memacu keputusan untuk mengakhiri perang dengan menggunakan bom.
Rushay mengatakan bahwa Hiroshima adalah salah satu dari empat target potensial dan Truman menyerahkannya kepada militer untuk memutuskan kota mana yang akan diserang. (Adrie P. Saputra/Suar.ID)