Suar.ID -Tahukah Anda jika dulu bensin bisa kita beli di toko serba ada alias toko kelontong dan toko meterial?
Jika belum tahu, simak cerita berikut ini.
Saat jumlah kuda masih lebih banyak dibandingkan jumlah mobil, orang belum membutuhkan pompa bensin.
Meski begitu, orang-orang sudah mulai membutuhkan bensin untuk menghidupkan mobil yang jumlahnya sedikit itu.
Bensin bisa dibeli di toko-toko serba ada atau toko material yang menjual bahan kimia.
Awal 1900-an, jumlah kuda di Amerika Serikat diperkirakan 20 juta ekor, sedangkan mobil cuma ada 4.000 saja.
Tapi cuma dalam waktu beberapa tahun, jumlah mobil melonjak.
Tahun 1905 saja tercatat 25 ribu mobil diproduksi di AS.
Peluang ini ditangkap John McClean, manajer penjualan Standard Oil Co (cikal bakal Chevron) di Seattle.
Dia membuat pompa bensin sederhana.
Wujudnya berupa tangki berkapasitas 30 galon yang disambung dengan selang dan diberi gelas ukur pada ujungnya.
Pompa bensin pertama di dunia itu beratapkan kanvas, tersedia jalur kendaraan, serta meteran untuk mengetahui jumlah BBM yang dijual.
Awalnya pemerintah mengkhawatirkan pompa bensin semacam itu.
Mereka takut terjadi kebakaran.
Tapi nyatanya masyarakat suka, terbukti dari jumlahnya yang terus bertambah.
Pompa bensin yang dikelola Standard berjumlah 34 unit (tahun 1914), 218 unit (1919), lalu 700 unit (1923).
Selain Standard, ada tiga perusahaan lain yang juga ikut meraup untung dari bisnis menggiurkan ini.
Sebenarnya bisnis pompa bensin berkembang pesat karena mereka bukan cuma menawarkan bensin.
Di setiap SPBU juga tersedia ruang istirahat, toilet, air minum dingin, pemeriksaan oli, pembersihan karburator, juga tempat mengisi angin.
Di sana juga ada toko serba ada.
Fasilitas-fasilitas ini membuat pemilik mobil berani melakukan perjalanan jauh antarkota.
Dari sini muncul pula bisnis transportasi darat.
Hanya dalam beberapa tahun, pompa bensin jadi arena persaingan bisnis yang sengit.
Apalagi kualitas bahan bakar umumnya sama.
Jadi pompa bensin berusaha muncul dengan ciri khas masing-masing dalam hal penampilan.
Baca Juga: Kang Daniel dan Jihyo TWICE Dikabarkan Berkencan, Dispatch Rilis Foto Keduanya
Saat itu bangunan pompa bensin bisa berbentuk kuil Yunani, pagoda di Cina, atau rumah tradisional Swiss. Semua itu untuk menyajikan keunikan dan terlihat menarik di mata konsumen.
Pompa bensin juga merasa perlu berpromosi dengan memasang iklan atau mensponsori suatu kegiatan.
Sementara itu pompa-pompa bensin yang dikelola perusahaan besar mulai berbenah diri dengan menerapkan standar pelayanan.
Bentuk bangunan yang seragam, logo perusahaan, slogan, petugas berseragam, semua disamakan agar tertancap di benak konsumen.
Perusahaan seperti Standard misalnya sudah menerapkan standar pelayanan yang dilengkapi dengan pemeriksaan ban, lampu kendaraan, mengecek aki, membersihkan kaca, dsb.
Pompa bensin berkembang menjadi layanan kendaraan.
Baca Juga: Gara-gara Mati Listrik, Menteri di Empat Negara Ini Pilih Mengundurkan Diri, Kok Indonesia Tidak?
Tahun 1960an, pompa bensin di AS umumnya sudah swalayan.
Pembeli membayar jumlah yang diinginkan lalu mengisi sendiri bahan bakar ke kendaraannya.
Sebenarnya cara ini sudah diterapkan tahun 1930an, tapi sempat hilang karena alasan peningkatan pelayanan.
Lalu muncul kembali demi kepraktisan. (Tj/Intisari)