Suar.ID -Ayah dari seorang anak yang telah koma selama tiga tahun memohon kepada dokter untuk membiarkan putranya meninggal.
Kavan Maddocks (23), jatuh dari lantai empat tempat parkir pada 2016 silam dan mengalami kerusakan otak.
Kavan hanya bertahan hidup melalui alat-alat medis, terbaring di sebuah rumah sakit di Inggris.
Ia diberi makan melalui tabung perut dan bernafas dengan bantuan ventilator buatan.
Ayahnya, Frank (47), mengatakan pihak medis menolak untuk melepas seluruh alat penunjang hidup dari tubuh putranya.
Sang ayah yakin, Kavan sudah tak lagi bisa merasakan, melihat, atau mendengar apa pun, namun petugas mengatakan bahwa putranya masih bisa hidup setidaknya 2 tahun lagi.
Melansir dari Daily Mail (28/7/2019), keputusan berat tersebut telah disepakati oleh pihak keluarga dan teman-temannya.
"Saya ingin dia mati. Kedengarannya mengerikan untuk dikatakan. Tetapi semua keluarga dan teman-temannya merasakan hal yang sama," ucap Frank.
"Sangat menyedihkan tetapi kita tahu dia tak akan pernah kembali kepada kita.
Jika dokter secara ajaib bisa membawanya hidup kembali, tidak akan ada yang lebih bahagia dari pada saya. Tak apa meski saya harus membawanya dengan kursi roda kemana pun.
Saya akan menjaga dan merawatnya setiap hari kalau dia bisa hidup kembali," tuturnya.
Tapi melihat kondisi putranya yang tak ada kemajuan, ia hanya bisa melihat tubuh putranya terbaring. Tampak hidup tapi tak memiliki kehidupan.
"Dia sudah merayakan ulang tahun dan natal tiga kali di rumah sakit, tapi tak pernah ada kemajuan berarti."
Kavan yang berprofesi sebagai akuntan berusia 20 tahun saat terjatuh dari lantai 4 tempat parkir, 13 November 2016.
Dia sempat minum alkohol pada hari kejadian setelah dirinya menonton sebuah pertandingan sepak bola.
Pada 2017 Kavan dinyatakan 'sadar minimal' setelah spesialis menguji semua indranya.
Namun pada 2018, saat dilakukan tes yang sama tingkat responsnya justru lebih rendah.
Dokter menolak melepas alat medis di tubuh Kavan karena perlu lima tahun sebelum seorang pasien digolongkan dalam kondisi vegetatif permanen.
"Kami hanya ingin dia terbebas dari kesengsaraan ini," kata Frank.
Sementara ibu Kavan telah meninggal pada 2017 lalu, kini keputusan ada di tangan sang ayah dan satu anak lagi-lakinya yang lain.
Keduanya tengah mencoba membujuk pihak rumah sakit agar membiarkan Kavan beristirahat dengan tenang.