Soal Ancaman Gempa dan Tsunami 20 Meter di Pantai Selatan Jawa, BMKG: Kita Harus Jujur Mengakui dan Menerima Kenyataan Itu

Sabtu, 20 Juli 2019 | 19:44
IST

Potensi gempa di pantai selatan Jawa dibenarkan oleh BMKG.

Suar.ID -Belakangan ini kita diramaikan dengan kabar potensi gempa dan tsunami dahsyat di Pantai Selatan Jawa.

Menurut pemodelan, potensi gempa bisa menimbulkan tsunami setinggi hingga 20 meter.

Terkait kabar ini, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) langsung memberi respon.

Tanggapan ini disampaikan oleh Daryono selaku Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG.

Tanpa ragu Daryono mengiyakan adanya potensi itu.

"Kita harus jujur mengakui dan menerima kenyataan bahwa wilayah kita memang rawan gempa dan tsunami," ungkapnya seperti dilansir Kompas.com, Sabtu (20/07).

Khususnya, dia memberi penekanan, wilayah selatan Jawa.

Keberadaan zona subduksi lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah lempeng Eurasia, katanya, merupakan generaton gempa kuat.

"Jadi wajar jika wilayah selatan Jawa merupakan kawasan rawan gempa dan tsunami," katanya.

Untuk diketahui, wilayah Samudra Hindia selatan Jawa memang sudah sering kali terjadi gempa besar dengan kekuatan di atas magnitudo 7,0.

Daryono juga mencatat sejarah daftar gempa besar seperti gempa Samudra Hindia.

Dalam catatan BMKG, gempa besar di Selatan Jawa pernah terjadi tahun 1863,1867, 1871, 1896, 1903, 1923, 1937, 1945,1958, 1962, 1967, 1979, 1980, 1981, 1994, dan 2006.

"Sementara itu tsunami Selatan Jawa juga pernah terjadi pada tahun 1840, 1859, 1921, 1994, dan 2006," ujar Daryono.

"Ini bukti bahwa informasi potensi bahaya gempa yang disampaikan para ahli adalah benar bukanlah berita bohong," tambahnya.

freepik

Ilustrasi tsunami

Meski begitu, Daryono menegaskan bahwa besarnya magnitudo gempa yang disampaikan para pakar adalah potensi bukan prediksi.

Karena ini potensi, Daryono pun tidak bisa memprediksi kapan bencana tersebut akan terjadi.

"Tak ada satu pun orang yang tahu," tegas Daryono.

Oleh sebab itu, di tengah ketidakpastian dan ketidaktahuan, dia menegaskan pentingnya proses mitigasi.

Baik itu mitigasi struktural maupun mitigas non struktural.

Caranya, "dengan membangun bangunan aman gempa, melakukan penataan tata ruang pantai yang aman dari tsunami, serta membangun kapasitas masyarakat terkait cara selamat saat terjadi gempa dan tsunami."

Daryono menyebut ini adalah risiko tinggal dan menumpang hidup di pertemuan batas lempeng.

"Mau tidak mau, suka tidak suka, inilah risiko yang harus kita hadapi," tutur Daryono.

Tak hanya itu, Daryono juga mengatakan, masyarakat tidak perlu cemas dan takut.

Lebih lanjut, Daryono menyebut bahwa semua informasi potensi gempa dan tsunami harus direspons dengan langkah nyata dengan cara memperkuat mitigasi.

Dengan begitu, "Kita dapat meminimalkan dampak, sehingga kita tetap dapat hidup dengan selamat, aman, dan nyaman di daerah rawan gempa."

Menurutnya, gempa bumi dan tsunami di Pantai Selatan Jawa, juga di wilayah Indonesia lainnya, adalah keniscayaan.

"Yang penting dan harus dibangun adalah mitigasinya, kesiapsiagaannya, kapasitas stakeholder dan masyarakatnya, maupun infrastruktur untuk menghadapi gempa dan tsunami yang mungkin terjadi," pungkasnya.

IST

Potensi gempa di pantai selatan Jawa dibenarkan oleh BMKG.

Potensi gempa megathrust

Sebelumnya, pakar Tsunami dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Widjo Kongko memprakirakan gempa megathrust berpotensi terjadi di selatan Pulau Jawa.

Gempa yang berpotensi terjadi sebesar 8,5 hingga 8,8 SR sehingga berpotensi menimbulkan tsunami dengan ketinggian 20 meter di sepanjang pantai tersebut.

Selain itu, tsunami ini juga disebut berpotensi bisa merendam wilayah hingga tiga sampai empat kilometer jauhnya.

Potensi gelombang tsunami diakibatkan oleh adanya segmen-segmen megathrust di sepanjang selatan Jawa.

“Ada segmen-segmen megathrust di sepanjang selatan Jawa hingga ke Sumba di sisi timur dan di selatan Selat Sunda."

Akibatnya, kata Widjo Kongko di Yogyakarta, ada potensi gempa megathrust dengan magnitudo 8,5 hingga 8,8.

Widjo juga mengungkap gelombang tsunami akan tiba dalam waktu 30 menit usai terjadi gempa besar.

“Jika Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) membutuhkan waktu lima menit sejak gempa untuk menyampaikan peringatan dini, maka masyarakat hanya memiliki waktu sekitar 25 menit untuk melakukan evakuasi atau tindakan antisipasi lain,” katanya.

Twitter BMKG
Twitter BMKG

Terjadi gempa bumi Magnitudo 6 di Bali dan tidak berpotensi tsunami.

Tag

Editor : Moh. Habib Asyhad