Muak karena Selalu Dituntut Berprestasi, Gadis Cantik yang Jadi Anak Emas Ini Habisi Orangtuanya dengan Sadis

Sabtu, 20 Juli 2019 | 17:18
Crime Watch Daily

Jennifer Pan yang membu8nuh orangtua karena dituntut untuk terus berprestasi.

Suar.ID -Kisah ini terjadi pada 2010 lalu.

Seorang perempuan bernama Jennifer Pan menghabisi nyawa orangtuanya secara sadis karena selalu dituntut untuk berprestasi.

Menurut laporan Elitereaders, sang ibu tewas sementara sang ayah terluka parah akibat aksi putrinya itu.

Dalang perencanaan pembunuhan ini tak lain adalah Jennifer sendiri.

Gadis yang terkenal jenius ini nekat menghabisi nyawa orangtuanya.

Dia merasa depresi dituntut terus menjadi anak berprestasi di sekolah.

Baca Juga: Nunung Menambah Panjang Daftar Anggota Srimulat yang Pernah Terjerat Narkoba, Siapa Saja Lainnya?

Jennifer Pan dikenal sebagai 'anak emas' di mata orangtuanya.

Pan merupakan siswa berprestasi selama menempuh studi di SMA Katolik.

Karena prestasinya itu dia dengan mudah lulus sebagai sarjana Farmasi dari Universitas Toronto Kanada yang dikenal sebagai kampus favorit.

Orangtua Jennifer adalah pengungsi asal Vietnam, dan di perantauan mereka di Kanada mereka harus bekerja keras sebagai buruh untuk menghidupi dua buah hati mereka.

Inilah alasan orangtua Jennifer memiliki harapan yang sangat tinggi agar putrinya tersebut bisa belajar dengan giat.

Tak hanya belajar dengan giat, mereka bahkan menurut Pan harus berprestasi dalam bidang pendidikan yang ditempuhnya.

Orangtua Pan sangat menghargai pendidikan.

Mereka dikenal sebagai sosok yang disiplin, cenderung keras bagi Jennifer dan adiknya, Felix.

Meski begitum, Jennifer adalah anak istimewa dan menjadi kebanggaan orangtua.

Jennifer disiplin mengikuti les piano dan skating, dan menguasai keduanya dengan sangat baik.

Jennifer juga berlatih bela diri dan perenang yang baik.

Baca Juga: Terlalu Cantik, Gadis Remaja Dibunuh Dua Teman Dekatnya, Wajahnya Dikoyak Sampai Tak Bisa Dikenali

Dan di luar kegiatan ekstrakulikuler, Jennifer adalah pelajar teladan yang tekun belajar hingga larut malam.

Pesta dan pacaran menjadi hal terlarang di rumahnya. Pendidikan adalah segalanya.

Miris, di balik semua hal mengesankan itu, tersembunyi kebohongan, kebencian, dan dendam yang kemudian menjurus pada tindakan mengerikan yang menghancurkan keluarga dan diri Jennifer: pembunuhan sadis.

Segala harapan orangtuanya ternyata membuat Jennifer merasa tertekan.

Saat di kelas 8, prestasi belajar Jennifer mulai drop.

Dia tak lagi antusias belajar, dan nilai mulai anjlok, perlahan kepercayaan dirinya menurun.

Untuk menutupinya, Jennifer mulai berbohong hingga kebohongan menjadi kebiasaannya.

Dan gadis itu pun menjalani kehidupan ganda yang penuh kepalsuan dan penipuan.

Orangtua Jennifer mengira, putrinya adalah murid teladan, pelajar kelas "A".

Namun, nyatanya ia hanyalah kelas "B".

Mendapatkan nilai B masih lumayan bagi siswa lain, namun, di keluarga Jennifer itu merupakan aib.

Baca Juga: Nunung Tak Ikut Syuting Ini Talkshow Sejak Jumat (19/7) Malam, Pihak NET TV Beri Tanggapan

Untuk menutupinya, Jennifer memalsukan raportnya, menutupi ketidakmampuannya.

Meski demikian, nilainya masih lumayan, dia pun diterima di Ryerson University di Toronto.

Namun, tak jadi mendapatkannya, gara-gara gagal dalam mata pelajaran kalkulus di akhir masa studinya.

Tak ingin mengecewakan orangtuanya, perempuan berkacamata itu berpura-pura kuliah.

Dia mengaku akan belajar sains selama 2 tahun di Ryerson University, sebelum melanjutkan kuliah di jurusan farmasi di University of Toronto yang terkemuka.

Jennifer mengumpulkan buku-buku bekas.

Dia berbohong bahwa dia mendapatkan beasiswa sehingga orangtuanya tak curiga mengapa mereka tak pernah dimintai uang untuk membayar kuliah.

Tiap pagi Jennifer pamit kuliah pada orangtuanya.

Namun, bukannya menuju kampus, dia pergi ke sebuah perpustakaan.

Lalu tiba saat wisuda, gadis berambut hitam itu kembali berbohong dengan mengatakan, undangan yang dibagikan pada pihak orangtua terbatas.

Gara-gara ketahuan berbohong, orangtua Jennifer semakin bersikap keras.

Kebohongan itu berjalan lancar, hingga suatu ketika Bich dan Hann curiga dengan perilaku putri mereka.

Baca Juga: Tafsir Mimpi Kecelakaan saat Naik Pesawat, Tak Semuanya Pertanda Buruk Lo!

Keduanya pun menguntit Jennifer yang mengaku bekerja di sebuah rumah sakit.

Saat dusta itu terungkap, tak hanya hati orangtuanya yang hancur.

Jennifer pun makin tertekan, Bich dan Hann makin keras pada putrinya yang kala itu berusia dewasa.

Telepon genggam dilarang, komputer menjadi barang haram, Jennifer pun tak boleh berkencan dengan kekasihnya Daniel Wong.

Bahkan, odometer atau penunjuk jarak pada mobil selalu dipantau.

Jennifer diperintahkan melanjutkan pendidikannya.

Pengawasan ketat pun diberlakukan pada perempuan dewasa itu.

Daniel kemudian memutuskan hubungan. Itu menjadi titik krisis baginya.

Setelah putus, Jennifer dekat dengan pria bernama Andrew Montemayor, teman sekolahnya saat SD.

Dia pun mulai berpikir bagaimana lepas dari segala tekanan.

Bersama Montemayor dan teman sekamar kekasih barunya itu, Ricardo Duncan, mereka merancang sebuah plot.

Baca Juga: Lalui Masa Sulit Setelah Cerai, Ahok Ceritakan Kehancuran Rumah Tangganya dengan Veronica Tan Karena Kehadiran Orang Ketiga

Namun, apa yang mereka rancang hanya sekadar rencana hingga hubungan mereka bubar.

Jennifer pun dekat lagi dengan Daniel. Mereka berencana untuk menyewa tukang pukul.

Untuk memberi pelajaran pada "orangtua yang dianggap terlalu mengekang".

Jennifer mendapatkan ponsel baru dari Daniel, juga kontak ke seorang pria bernama Lenford "Homeboy" Crawford yang meminta duit 10 ribu dolar Kanada untuk mengerjai orangtua perempuan itu.

Entah bagaimana awalnya, rencana itu menjadi plot pembunuhan.

Merasa itu kelewatan, Daniel mundur.

Suatu malam pada tahun 2010, Jennifer memutuskan untuk mengeksekusi rencananya.

Kala itu, jarum jam menunjuk ke pukul 22.00.

Crawford, Mylvaganam, dan pria ketiga bernama Eric Carty memasuki pintu depan rumah target.

Mereka semua membawa senjata.

Baca Juga: Sungguh Kejam! Sepupunya Terjatuh Saat Bermain, Bocah Ini Bukannya Menolong Malah Memukulinya hingga Tewas karena Takut Dilaporkan ke Orangtuanya

Bich dan Hann dipaksa turun ke lantai bawah. Kepala mereka ditutupi selimut.

Sang ayah, Hann ditembak 2 kali, salah satunya di bagian muka.

Sementara ibunya, Bich ditembak 3 kali di kepala dan tewas seketika.

Ajaibnya, Hann selamat dan mengingat semua yang terjadi pada momentum mengerikan itu.

Saat vonis bersalah dijatuhkan, Jennifer tak menunjukkan emosinya. Datar.

Namun, saat awak media meninggalkan ruang sidang, ia menangis dan gemetar tak terkendali.

Dengan dakwaan tingkat pertama, Jennifer divonis seumur hidup, tanpa kesempatan mengajukan pembebasan bersyarat selama 25 tahun.

Dia berusia 28 tahun saat duduk sebagai pesakitan.

"Dan untuk dakwaan percobaan pembunuhan terhadap ayahnya, ia juga divonis menerima hukuman seumur hidup, yang akan dijalani secara bersamaan."

Carty, Mylvaganam, dan Crawford masing-masing menerima hukuman serupa.

Artikel ini telah tayang di Tribunsumsel.com dengan judulMiris, Gadis Jenius Ini Bunuh Orangtuanya Karena Depresi Dituntut Harus Berprestasi

Tag

Editor : Moh. Habib Asyhad