Beda Banget Sama Jakarta, Begini Bentuk Ibukota Indonesia yang Baru

Rabu, 26 Juni 2019 | 14:30
Kolase foto Tribunnews.com

Konsep ibu kota baru berbeda dari ibu kota Jakarta

SUAR.ID - Wacana tentang pemindahan ibu kota Indonesia telah lama di dengung-dengungkan.

Kadang wacana tersebut lenyap dan berhenti diperbincangkan, kemudian muncul kembali menjadi buah bibir.

Hari ini (26/6/2019), pembicaraan tentang pemindahan ibu kota kembali muncul ke permukaan, bahkan hingga menjadi trending topic media sosial Twitter.

Apalagi setelah pada senin (24/6/2019) lalu, Presiden RI Joko Widodo meninjau langsung lokasi-lokasi yang kabarnya merupakan calon ibu kota baru Indonesia.

Baca Juga: 3 Pulau yang Disebut Jokowi Sebagai Lokasi Ibu Kota Baru Indonesia

Rencana pemerintah membangun Ibu kota negara dipindah ke luar pulau Jawa bukan lagi sekadar wacana dan akan segera direalisasikan,

Selain sudah diputuskan dalam rapat terbatas dengan sejumlah menteri, Senin (24/4/2019) lalu, Presiden RI Joko Widodo atau Jokowi sudah langsung meninjau lokasi-lokasi yang dicalonkan menjadi lokasi Ibu Kota Negara baru.

Setidaknya ada tiga daerah yang disebut menjadi kandidat ibu kota baru, yakni Bukit Soeharto, Bukit Nyuling, dan Kawasan Segitiga Palangkaraya yang ketiganya berada di Pulau Kalimantan.

Namun seiring berjalannya waktu, rencana pemindahan ibu kota ini belum mengalami perkembangan berarti.

Baca Juga: Inem Dibakar oleh Anak Tirinya: Ternyata Mereka Sering Cekcok, Diduga karena Masalah Ini...

Bukit Soeharto layak jadi lokasi ibu kota baru

Presiden Joko Widodo menilai bahwa kondisi infrastruktur di Kalimantan, khususnya di bagian timur, cocok untuk menjadi calon ibu kota baru Indonesia.

Bahkan, nama Kalimantan Timur sudah muncul dalam studi sekitar 1,5 tahun ini.

Tiga alasan Jokowi melirik Kalimantan Timur sebagai ibu kota baru ialah infrastruktur yang lengkap, fasilitas umum yang mendukung, serta terpisah dari pusat ekonomi dan bisnis.

Yang santer terdengar, pemerintah memimpikan nanti pusat ekonomi dan bisnis tetap di Jakarta, sementara ibu kota baru nanti hanya berfungsi sebagai pusat pemerintahan.

Baca Juga: Kisah Gelandangan yang Jual Jeruk, Demi Bisa Beri Makan Kucing Jalanan

Menteri PPN/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro saat diwawancarai Kompas.com di kantornya, Kamis (13/6/2019 lalu membeberkan perkembangan terkini seputar rencana ibu kota negara dipindah tersebut.

Saat ini, kata Bambang Brodjonegoro, sedang dilakukan pengujian fisik di calon-calon lokasi tersebut untuk memastikan ketersediaan air, kajian mengenai potensi banjir, serta kualitas tanah.

"Intinya pengujian fisik untuk kemudian nanti jadi pertimbangan bapak presiden untuk menentukan lokasi finalnya," katanya.

Bambang Brodjonegoro membenarkan bahwa Bukit Soeharto di Kaltim menjadi salah satu lokasi calon ibu kota baru.

Baca Juga: Bromo Tak Kalah Dingin, ini Penampakan Lautan Pasir Bromo Berubah Putih Bak Tertutup Salju

Namun selain bukit Soeharto, menurutnya masih ada beberapa opsi tempat lain, yakni Bukit Nyuling, Gunung Mas di Kalimantan Tengah, serta Kawasan Segitiga Palangkaraya).

Terkait permasalahan lingkungan bila Bukit Soeharto yang akhirnya dipilih sebagai lokasi ibu kota baru dan bagaimana cara mengatasi masalah yang timbul, Bambang Brodjonegoro langsung menepisnya.

Setelah melihat langsung kondisi di lapangan, kata Bambang Brodjonegoro, apa yang dipersoalkan sejumlah pihak tersebut tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya di lapangan.

Berdasarkan pengamatannya, kurang tepat bila Bukit Soeharto dikatakan merupakan hutan lindung.

Baca Juga: Setelah Dihadiahi Jet Pribadi, Anak Sandra Dewi Dibelikan Mobil-mobilan Berharga Puluhan Juta

Karena fakta di lapangan, di Bukit Soeharto banyak lahan yang kini dikerjakan masyarakat hingga menjadi perkebunan sawit.

"Pernah ke Bukit Soeharto? Saya kok enggak lihat itu hutan lindung. Sudah banyak dikerjakan oleh masyarakat. Ada sawitnya, sawitnya rapi, lho. Sawit ditanam rapi. Ini hutan lindung atau perkebunan sawit? Artinya justru kalau lokasinya di sana tujuannya merevitalisasi hutan lindung tersebut. Hutan lindung kok ada kebun sawitnya. Kok ada rumah penduduk dan segala macam? Itu saya lihat langsung dari jalan tol," ujarnya.

"Jadi, justru kita akan rapikan di situ. Dan kita kan bisa mengembangkan konsep forest city, itu sudah diusulkan juga oleh Kaltim. Kalau dibangun di daerah situ, kalau bisa konsepnya forest city, kota tapi nuansanya hutan," katanya lagi.

Baca Juga: Setelah Dihadiahi Jet Pribadi, Anak Sandra Dewi Dibelikan Mobil-mobilan Berharga Puluhan Juta

Terkait daerah penyangga, di mana seperti diketahui bahwa saat ini Jakarta memiliki daerah penyangga seperti Bekasi, Depok, Bogor, juga turut dijelaskan oleh Bambang Brodjonegoro.

Yang pasti, kata dia, ibu kota baru didesain untuk 1,5 juta orang.

Bambang Brodjonegoro juga menekankan bahwa ibu kota baru itu tidak bisa didesain menjadi kota yang besar, dan bukan untuk jadi kota metropolitan seperti Jakarta.

Ibu kota baru ini benar-benar akan menjadi pusat pemerintah, yang di dalamnya juga bisa ada universitas yang orientasinya untuk teknolohi ataupun sentra-sentra industri kreatif.

Baca Juga: Sakit Hati Istri Direbut Orang, Pria Ini Habisi Sang Pebinor dengan Tongkat Berpaku

"Dia justru akan menjadi, core-nya adalah di pemerintahan. Mungkin nanti akan ada universitas yang orientasinya untuk teknologi, kemudian ada sentra industri kreatif. Cuma jangan dibayangkan yang namanya ibu kota baru akan kemudian seperti Jakarta," katanya.

Bambang Brodjonegoro juga menggarisbawahi bahwa yang harus dilakukan lima tahun ke depan adalah menyusun sistem perkotaan di Indonesia.

Yang mana kota yang akan didorong jadi kota metropolitan, yang mana kota yang nanti didesain untuk fungsi tertentu harus jelas sejak dini.

"Itu yang tidak kita punya di Indonesia. Pokoknya kota ya begitu sajalah. Kebanyakan kota di Indonesia adalah kota kecil yang berkembang menjadi besar. Makanya kalau lihat perencanaannya tidak ideal, infrastruktur dasarnya juga tidak memadai," katanya.

Baca Juga: Ngamuk Dibilang Banci, Oknum Guru Ini Pukuli Siswinya Berulang Kali

"Jakarta, misalkan, Jakarta kan sambungan air minum, PDAM, ke rumah tangga masih kecil. Artinya masih banyak wilayah Jakarta yang belum tersambung sama sekali. Jadi bayangkan masih ada kota, itu ibu kota lagi, kota paling besar di Indonesia yang infrastruktur dasarnya tidak memadai. Ini yang mau kita benahi lima tahun ke depan. Maka, yang mau dikembangkan menjadi kota metropolitan dengan semua kebutuhan dasarnya dan ibu kota ini supaya Jakarta tidak jadi pusat segalanya. Beban Pulau Jawa juga pelan-pelan dikurangi," katanya.Kota terbesar di Indonesia tetap Jakarta

Dengan adanya ibu kota baru ini, kata Bambang Brodjonegoro, keramaian di pulau Jawa akan lebih tersebar.

Namun bukan berarti ibu kota baru ini nantinya akan mengalahkan Jakarta. Karena menjadi pusat bisnis, Jakarta akan tetap menjadi kota terbesar di Indonesia. Hal seperti ini juga menurutnya ada di negara-negara lain di dunia.

"Tapi bukan berarti kita memimpikan ibu kota baru akan sebesar Jakarta. Jakarta yang harus tetap jadi yang paling besar. Karena dia adalah kota bisnis. Di mana pun di dunia, yang paling menonjol kota terbesar adalah kota yang menjadi pusat bisnis, keuangan, dan jasa. Di Australia ada Sidney dan Melbourne, bukan Canberra. Di Amerika Serikat ada New York, bukan Washington DC. Di Brasil, Rio dan San Polo, bukan Brasilia. Di Pakistan itu Karachi, bukan Islamabad. Di Myanmar itu Yangoon, bukan Naypyidaw. Di Nigeria kota bisnisnya Lagos, bukan ibu kotanya Abuja. Jadi kita arahkan ke sana," katanya.

Baca Juga: Unggah Foto Sang Istri, Galih Ginanjar Singgung Pengacara yang 'Pansos', Sindir Hotman Paris?

Membangun 6 kota metropolitan

Bambang Brodjonegoro juga mengomentari seputar ada isu miring seputar pemindahan ibu kota. Di mana seperti diketahui, beberapa pihak menyebut bahwa pemindahan ibu kota baru ini adalah hal yang mubazir dan sebaiknya pemerintah fokus memeratakan pembangunan di wilayah terpencil saja.

"Pemindahan ibu kota itu satu dari sekian strategi untuk pemerataan. Pemerataan yang lain adalah kita mengembangkan enam metropolitan di luar Pulau Jawa," katanya.

Kota yang berpotensi menjadi kota metropolitan di Indonesia menurutnya ada 6, yakni :

- Medan

- Palembang

- Banjarmasin

- Makassar

- Denpasar

- Manado.

Baca Juga: Setelah Dihadiahi Jet Pribadi, Anak Sandra Dewi Dibelikan Mobil-mobilan Berharga Puluhan Juta

"Itu enam metropolitan yang akan dikembangkan. Dan kita ingin kota-kota ini yang jadi penyebaran pusat pertumbuhan ekonomi sehingga tidak semuanya harus di Jawa, khususnya di Jakarta. Dan ibu kota salah satunya. Karena ibu kota sudah punya core kan karena pemerintahan," katanya.

Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membangun kota metropolita tersebut? secara faktual, kata Bambang Brodjonegoro, enam kota tersebut sudah menjadi kota metropolitan, hanya saja belum ditata sebagai kota metropolitan.

"Itu yang mau kita perbaiki supaya daya tampung mereka untuk kegiatan ekonomi jadi lebih besar. Sekarang ini kan mereka berkembang secara organik saja. Medan membesar. Nanti orangnya mulai tinggal di Binjai. Atau Surabaya lebih jelas, orangnya ada yang ke Sidoarjo, ada yang ke Gresik, ada yang ke Mojokerto. Padahal, itu kalau ditata di satu kota, Surabaya bisa jadi kekuatan ekonomi yang besar," katanya.

Artikel ini telah tayang di tribunkaltim.co dengan judul Ibu Kota Baru Indonesia ternyata Bukan Dibangun Seperti Jakarta, Begini Konsepnya

Editor : Yoyok Prima Maulana

Sumber : Tribunnews.com

Baca Lainnya