Kematian Mantri Patra Bukan yang Pertama, 3 Marga di Pedalaman Papua Punah Lantaran Penyebab yang Sama

Selasa, 25 Juni 2019 | 10:47
Antaranews - KOMPAS.COM/Wahid Sabaan

Mantri Patra - (Ilustrasi) Jalan yang berasal tanah liat menjadi becek dan sulit di lalui bila terguyur air hujan, Papua.

SUAR.ID - Beberapa hari yang lalu viral unggahan Facebook dari seorang tokoh masyarakat Papua bernama Hendrik Mambor.

Melalui unggahannya di media sosial tersebut, ia menyampaikan berita duka sekaligus apresiasinya kepada seorang petugas medis yang bertugas di daerahnya, Teluk Wondama, Papua Barat.

Petugas medis itu bernama Patra Marinna Jauhari atau yang biasa dipanggil dengan sapaan Mantri Petra.

Begini isi unggahan Hendrik Mambor melalui akun Facebooknya:

Baca Juga: Kisah Tragis Mantri Patra di Pedalaman Papua, Tetap Mengabdi Walau Ditinggal Rekan Kerja hingga Meninggal dalam Kesendirian

"#Dedikasimu patut dicontohi #Motivasikerjamu patut diteladani dan dihargai.

Mantri /Petugas Medis #PATRA KEVIN MANGOLO JAUHARI, mewakili Lembaga Masyarakat Adat Kabupaten Teluk Wondama dan seluruh Pejuang Pemekaran Kabupaten Teluk Wondama kami hanya bisa mengucapkan penghargaan atas dedikasimu dan jerih lelahmu bagi masyarakat secara khusus masyarakat di Pedalaman Udik Simo Kampung Oya Distrik Naikere Kabupaten Teluk Wondama Provinsi Papua Barat.

Sebuah kampung terpencil yg untuk menjangkaunya kampung/desa ini dari titik ujung jalan dengan akses kendaraan harus dilanjutkan lagi dengan berjalan kaki 3-4 hari.

Meninggal karena kehabisan obat, faktor utama kesulitan transportasi.

Kami tak mampu membalas jasa baikmu.

Hanya iman dan percaya kami bahwa Tuhan yang akn membalasnya dgn anugerah kemuliaan sorgawi bagimu.

Turut berduka cita yang dalam atas terpanggilnya mantri Patra Kevin Mangolo Jauhari.

Keluarga diberi kekuatan dan ketabahan. Doa dan hormat," tulis Hendrik Mambor.

Mantri Patra adalah sosok yang dihormati di daerah pedalaman papua itu.

Tentu bukan tanpa alasan dia mendapatkan rasa hormat dari warga Teluk Wondama.

Facebook Hendrik Mambor/Ros Milka Kamma
Facebook Hendrik Mambor/Ros Milka Kamma

Harapan terakhir Mantri Patra sebelum ajal menjemputnya di pedalaman Papua.

Baca Juga: Viral Video Pria Marah-marah di Sebuah Warung Hanya Gara-gara Diminta Bayar Rp1.000 untuk Segelas Teh Hangat

Itu semua berkat dedikasinya terhadap profesi yang dijalankannya.

Dikutip dari Antara, sudah empat empat bulan lebih ia bergumul dengan masyarakat di Kampung Oya Distrik Naikere, Teluk Wondama.

Dia merupakan satu mantri yang tetap bertahan menjalankan tugas di daerah pedalaman papua itu ketika rekan kerjanya pulang.

Seharusnya, mantri Patra dan rekannya memang bertugas hingga Mei lalu.

Baca Juga: Tak Kuasa Menahan Sakit, 'Manusia Pohon' Ini Pilih Tangannya Diamputasi Saja

Namun, hingga akhir Mei lalu belum ada helikopter yang menjemput dan petugas lain yang menggantikan.

Meski begitu, Mantri Patra memilih tetap berada di sana.

Persediaan bahan makanan berupa beras, minyak goreng yang dibawanya pada tiga bulan lalu pun telah lama habis.

Demikian pula stok obat-obatan, semuanya telah habis dipakai.

Baca Juga: Polusi Udara Ekstrem, Puluhan Siswa Pingsan Akibat Sesak Napas, 475 Institusi Pendidikan Ditutup Sementara

Oya sendiri merupakan salah satu kampung di pedalaman distrik Naikere yang masihterpencil dan terisolir.

Tidak ada akses jalan darat apalagi sarana telekomunikasi.

Wilayah di perbatasan antara Teluk Wondama dengan Kabupaten Kaimana ini hanya bisa dijangkau dengan berjalan kaki atau menggunakan helikopter.

Untuk mencapai pusat distrik di Naikere, warga setempat biasanya berjalan kaki selama tiga sampai empat hari.

Baca Juga: Menyedihkan, Meski Tangan Patah Ibu Ini Rela Masak di Hari Raya, Namun Tak Ada Kerabat yang Datang

Twitter @jayapuraupdate
Twitter @jayapuraupdate

Kondisi Mantri Patra yang terbaring sakit di Pedalaman Papua

Seorang diri, Mantri Patra terus berusaha memberi pelayanan medis dengan kondisi apa adanya.

Tanpa terpenuhi kebutuhan pokoknya, apalagi kelengkapan medis untuk menjalankan tugasnya dengan maksimal.

Hingga dirinya sendiri lah yang akhirnya ambruk, sakit, dan tak tertolong.

Mantri Patra adalah satu diantara sedikit petugas medis yang tetap bertahan menjalankan tugas di daerah Teluk Wondama.

Baca Juga: Tampak Awet Muda, Intip Gaya Kasual Veronica Tan dalam Balutan Pakaian Kasual yang Jadi Sorotan

Ternyata, akses dan pelayanan kesehatan yang buruk merupakan permasalahan yang telah lama membelenggu daerah pedalaman Papua itu.

Pasalnya, dikutip dari kupang.tribunnews.com (11/4/2017), Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) bersama tim Universitas Atmajaya Yogyakarta, ada tiga marga yang sudah dinyatakan punah di daerah Teluk Wondama, Papua Barat.

Punahnya tiga marga itu menurut ketua Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Manokwari, Filep Wamafma, diduga akibat buruknya pelayanan kesehatan di sana.

Baca Juga: Ayah Ferry Anto Ungkap Firasat Sebelum Sang Anak Hilang Terseret Ombak, Tunjukkan Gelagat Tak Biasa Saat Lebaran

Tiga Marga yang punah itu diantaranya Iruwata, Wariwata, dan Tamboa.

Iruwata dan Wariwata adalah marga dari suku Miere, sementara Tamboa adalah marga dari suku Mairasi.

Suku Miere dan suku Mairasi adalah dua suku yang berada di distrik Naikere Teluk Wondama.

Selain ketiga marga tersebut, Filep menyebutkan bahwa ada beberapa marga yang terancam punah,

"Dari data yang kami peroleh masih ada beberapa marga nyaris punah. Ada faktor atau penyebab yang harus menjadi perhatian semua pihak, terutama pemerintah daerah," katanya.

Baca Juga: Pria Tewas Dililit Ular Peliharaannya hingga Bertemu Piton Raksasa 7 Meter, Inilah Kisah Keberadaan Ular Besar di Indonesia

Faktor atau penyebab yang dimaksud oleh Filep adalah pelayanan kesehatan yang cukup buruk.

Dia mencatat bahwa kepunahan tiga marga di daerah pedalaman Papua itu terjadi salah satunya akibat kematian yang terjadi saat proses persalinan ibu.

Kasus tersebut, menurut dia, terjadi berulang kali selama beberapa tahun, dan pada 2014 generasi tiga marga itu punah total.

Baca Juga: Gadis 5 Tahun Tiba-tiba Ambruk Tersetrum Dekorasi Mal, Sang Ibu Tak Sadar Dikira Hanya Bercanda

Pernyataan Filep saat itu didukung oleh keterangan kepala suku setempat yang mengemukakan bahwa memang di sana tidak ada puskesmas, bidan, maupun petugas kesehatan yang melayani warga.

Juga bahwa kematian bayi dan ibu saat proses persalinan cukup sering terjadi.

Dengan kondisi yang seperti itu, tak heran jika meninggalnya Mantri Patra menjadi duka yang mendalam bagi warga di daerah Teluk Wondama.

Kehadiran Mantri Patra ternyata memang benar-benar berharga.

Mantri Patra yang berupaya memberikan pelayanan kesehatan untuk warga di daerah Teluk Wondama, justru dia harus ikut menjadi salah satu diantara banyak orang yang meninggal di akibat masih buruknya akses kesehatan di sana.

Baca Juga: Ditanya Gading Marten Perihal ini di Instagram Gisel Tak Menjawab, Sikapnya Tuai Cibiran

Editor : Masrurroh Ummu Kulsum

Sumber : tribunnews, kupang.tribunnews.com

Baca Lainnya