Mengenal Sosok Soekirman Wirjosandjojo, Pencetus THR Pertama di Indonesia

Kamis, 06 Juni 2019 | 16:00
Jakarta.go.id

Soekiman Wirjosandjojo

SUAR.ID - Sebelum Tunjangan Hari Raya atau THR bisa kita nikmati seperti sekarang ini, ada perjalanan panjang yang membuat kebijakan tersebut ada di Indonesia.

Ya, sebelum tahun 1951, tidak ada THR di Indonesia.

Kebijakan THR baru muncul pada era kabinet Soekiman Wirosandjojo.

Pada saat Kabinet Soekiman dilantik, ia memiliki beberapa program yang salah satunya meningkatkan kesejahteraan pamong pradja, atau yang saat ini sebut sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Baca Juga: Sediakan Budget Rp100 Juta, Nagita Slavin Belanjakan THR Untuk Semua Karyawan di Rumahnya

Meski kebijakan tersebut sempat menuai protes karena hanya diberlakukan untuk PNS saja.

Dan juga dianggap sebagai sebuah strategi Kabinet Soekiman untuk merebut hati para PNS untuk memberikan dukungan pada kabinet tersebut,

namun tak dapat dipungkiri bahwa sosok Soekiman Wirosandjojo ini telah memberikan ide yang dampaknya bisa dirasakan oleh semua orang.

Lalu, siapa sih Soekiman Wirosandjojo ini?

Baca Juga: Malangnya Bocah Kelas 4 Ini, Ditemukan Tak Bernyawa Setelah Tergulung Ombak Sungai Lematang Gara-gara Nekat meski Tak Pandai Berenang

Melansir dari jakarta.go.id melalui Bangka.tribunnews.com, Soekiman Wirosandjojo merupakan seorang tokoh politik sekaligus pejuang kemerdekaan Indonesia.

Selain itu, ia juga dikenal sebagai tokoh Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia).

Lahir di Sewu, Solo pada tahun 1898, dan 54 tahun kemudian ia berhasil menjabat sebagai perdana menteri.

Jabatan perdana menteri ia emban sejak 27 April 1951 hingga 3 April 1952.

Baca Juga: Inilah Pesan Mulan Jameela Untuk Ulang Tahun Sang Suami Ahmad Dhani yang ke-47, Bikin Terharu

Sebelum menjadi perdana menteri, ia mengenyam pendidikan di ELS dan dilanjutkan ke STOVIA (Sekolah Dokter) di Jakarta.

Bukan hanya itu saja riwayat pendidikan Soekiman.

Ia juga menempuh pendidikan di Amsterdam.

Selama di negeri Belanda inilah ia mendalami masalah sosial, politik, dan juga kebudayaan.

Baca Juga: Suka Sama Suka, Kakek 61 Tahun Dihajar Massa Setelah Ketahuan Berhubungan Intim dengan Gadis 16 Tahun

Bahkan, karena kecakapannya, ia terpilih menjadi ketua Perhimpunan Indonesia pada tahun 1925.

Lulus dari Universitas Amsterdam pada usia 29 tahun, Soekiman pulang ke tanah air yaitu pada tahun 1926.

Sepulangnya ke Indonesia, ia membuka praktik dokter di Yogyakarta.

Sembari menjalani profesinya sebagai dokter, ia juga terjun dalam perjuangan dengan masuk ke Partai Sarekat Islam (PSI) yang dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto dan H Agus Salim.

Baca Juga: IPW: Dalang Kerusuhan 22 Mei Ada 6 Orang, Salah Satunya Anak Pemuka Agama Ternama

Di PSI, ia menjabat sebagai bendahara selama 6 tahun.

Sempat mengubah PSI menjadi Partai Serikat Islam Indonesia (PSII) bersama H Agus Salim, kemudian ia keluar dari partai itu karena timbul perselisihan.

Ia melanjutkan perjuangannya melalui Partai Islam Indonesia (Parii) bersama Surjopranoto, namun tak berumur panjang karena tahun 1935 partai ini pun bubar.

Baca Juga: Dulu Hina Lagu 'Aku Rapopo' Hingga Bikin Jupe Ngamuk, Dewi Perssik Menyanyikannya Setelah 2 Tahun Mantan Seterunya Meninggal

Perjalanannya dilanjutkan melalui Partai islam Indonesia (PH) dan Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI).

Kemudian setelah proklamasi, ia diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung sambil memajukan Masyumi.

Tentu jabatannya sebagai perdana menteri ke-6 Indonesia tak boleh dilupakan karena melalui jabatan itulah akhirnya Soekiman menerapkan kebijakan Tunjangan Hari raya (THR).

Baca Juga: Pamer Buku 'Jokowi People Power' Usai Diperiksa Polisi, Amien Rais Disurati Istri Penulis Buku Itu

Tag

Editor : Adrie P. Saputra

Sumber Bangka.tribunnews.com