Suar.ID - Ketika seorang "pria" tiba di rumah sakit dengan sakit perut yang parah, seorang perawat tidak menganggapnya sebagai keadaan darurat, mencatat bahwa ia adalah orang dengan obesitas.
Namun pada kenyataannya, "pria" itu hamil - dia adalah seorang pria transgender yang akhirnyamelakukan proses persalinan dengan lahir mati.
Kasus ini tragis dan dijelaskan dalam "New England Journal of Medicine" pada hari Rabu (15/05/2019).
"Intinya bukanlah apa yang terjadi pada individu tertentu ini, tetapi ini adalah contoh dari apa yang terjadi pada orang transgender yang berinteraksi dengan sistem perawatan kesehatan," kata penulis utama, Dr. Daphna Stroumsa dari University of Michigan, Ann Arbor.
Baca Juga : Berkat Operasi Rekontruksi Organ Intim Pakai Kulit Ikan Nila, Transgender Ini Merasa Jadi 'Perempuan Sejati'
"Dia memang benar diklasifikasikan sebagai 'laki-laki' dalam catatan medis dan tampak maskulin," kata Stroumsa.
"Tapi klasifikasi itu membuat kita tidak mempertimbangkan kebutuhan medisnya yang tepat."
Laki-laki transgender itu,telah diidentifikasi sebagai laki-laki, mungkin tidak menggunakan hormon maskulinisasi atau pengangkatan rahim.
Pasien berusia 32 tahun itu memberi tahu perawat bahwa ia transgender ketika ia tiba di ruang gawat darurat dan catatan medis elektroniknya mencantumkan dia sebagai pria.
Baca Juga : Viral Chat yang Sebut Suami Lucinta Luna Tahu Istrinya Itu Transgender, Begini Ceritanya
Dia tidak pernah mengalami menstruasi dalam beberapa tahun dan telah menggunakan testosteron, hormon yang memiliki efek maskulinisasi dan dapat mengurangi ovulasi dan menstruasi.
Tapi dia berhenti minum obat hormon dan tekanan darah setelah kehilangan asuransi.
Tes kehamilan di rumah juga positif.
Beberapa jam kemudian, seorang dokter mengevaluasi dia dan tes rumah sakit mengonfirmasi bahwa dia mengalami kehamilan.
"Ini kejadian yang sangat menyedihkan, ini hasil yang tragis," kata Dr. Tamara Wexler, spesialis hormon di NYU Langone Medical Center.
"Pelatihan medis harus mencakup pemaparan kepada pasien transgender, sehingga petugas kesehatan lebih mampu memenuhi kebutuhan mereka," kata Wexler.
"Banyak dokter yang tidak'terlatih'(menangani pasien transgender) dalam pelatihan mereka, tetapitentu saja bisa belajar dari kasus pasien seperti ini sekarang."
Nic Rider, seorang spesialis kesehatan transgender dan psikolog di University of Minnesota, mengatakan pelatihan saja tidak cukup.
Baca Juga : Sering Dituding Transgender, Lucinta Luna Asyik Pamer Foto Setelah Menikah
"Ada bias implisit yang perlu diatasi," kata Rider.
"Catatan kesehatan dapat menggunakan templat pria / wanita untuk gender tetapi itu tidak berarti bahwa kita hanya membuang pemikiran kritis atau berpikir tentang bagaimana manusia berbeda," kata Rider.
"Kasus ini mengerikan tetapi 'tidak terlalu mengejutkan'," kata Gillian Branstetter, juru bicara kelompok advokasi, Pusat Nasional untuk Kesetaraan Transgender di Washington.
Orang transgender sering mengalami masalah dalam mendapatkan perawatan kesehatan khusus gender seperti skrining kanker serviks, kontrol kelahiran dan skrining kanker prostat. (Adrie P. Saputra/Suar.ID)