Kisah Tukang Antar Galon yang Sukses Jadi Anggota Legislatif walau Sempat Diremehkan, bahkan Mengalahkan Ketua DPC Partainya

Kamis, 25 April 2019 | 12:19
Kompas.com

Agung Darma, tukang antar galon yang akhirnya jadi anggota legislatif

Suar.ID -Keputusan Agung Darma (28) maju sebagai caleg sempat mendapat cibiran orang sekitar.

Bagaimana tidak, pria Desa Guali, Kecamatan Kusambi, Kabupaten Muna Barat, Sulawesi Tenggara, itu hanyalah seorang tukang pengantar galon.

Selain itu, dia juga hanya pekerja honorer di sebuah puskesmas di daerahnya.

Meski begitu, dia berhasil mengalahkan lawan politiknya dengan mengamankan satu kursi di DPRD Muna Barat dalam pencoblosan pemilu 17 April.

“Alhamdulilah senang sekali, senangnya itu karena dukungan orangtua yang begitu full memberikan semangat, dan antusias masyarakat,” ujarnya, Kamis (25/4).

“Dengan keberhasilan ini, semua turut bangga, karena perjuangan bersama-sama, kita menangkan pertarungan ini.”

Agung tidak menyangka berhasil lolos di DPRD Kabupaten Muna Barat karena banyak yang meremehkannya.

Hal itu karena melihat pekerjaan Agung hanyalah seorang pengantar galon air.

Belum lagi ia harus menghadapi lawan politik yang kuat baik ketokohan maupun dari segi finansial.

“Tidak semua perjuangan itu tidak diukur dengan finansial,” ujarnya.

“Karena perjuangan kami ini, dipandang enteng dari beberapa kalangan masyarakat dan merasa sudah besar. Makanya kita jalani dengan ikhlas dan alhamdulillah (lolos).”

Agung maju menjadi calon legislatif dari Partai Demokrat dengan Daerah Pemilihan Muna Barat I yang meliputi Kecamatan Kusambi, Kecamatan Napano Kusambi dan Sawerigadi.

Dari hasil perhitungan suara, dia mendapatkan suara terbanyak dengan memperoleh 732 suara.

Agung mengalahkan Ketua DPC Demokrat Muna Barat, yang memperoleh 520 suara.

“Kami juga tidak menyangka mengalahkan ketua partai DPC. Tapi itulah realita, bahwa tidak selamanya, pimpinan partai menjadi pemenang. Tidak selamanya, hari kita sudah buktikan dengan perjuangan yang panjang, alhamdulillah kita bisa kalahkan beliau,” ucap Agung.

“Yang saya lakukan ke depannya, tetap kepada janji politik kami, bahwa pertemanannya selamanya, artinya tetap menjalin silaturahmi, kebetulan saya perawat, kalau ada yang sakit, kita bantu,” ujarnya.

Ibu Agung, Wa Malu, juga tidak menyangka bahwa anaknya berhasil meraih suara terbanyak dan lolos dalam pertarungan caleg.

“Saya sangat bersyukur. Saya hanya berdoa terus agar anak saya berhasil lolos. Apalagi kalau diingat-ingat, pekerjaan anak saya ini setiap hari antar galon dan honorer di puskesmas. Saya bersyukur sekali,” kata Wa Malu.

PERNAH GAGAL DAN HENDAK JUAL GINJAL

Ini adalah cerita tentang seorang Candra Saputra (31).

Lima tahun lalu, dia pernah hancur-hancuran karena gagal jadi calon anggota legislatif.

Tapi sekarang, nasibnya berbeda 180 derajat. Bersama istinya, dia melenggang ke kursi yang selama ini dia impi-impikan.

Candra Saputra adalah seorang warga Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

Pada 2014 lalu, dia pernah menjadi buah bibir.

Ketika itu dirinya gagal dalam pemilihan calon legislatif (caleg) Dapil 4 Kabupaten Pekalongan dari Partai Demokrat.

Bahkan ia berniat menjual ginjalnya karena terlilit utang hingga Rp400 juta lebih untuk modal kampanye.

Dia pun harus pergi ke Jakarta, dan tidur bersama puluhan tunawisma di Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat, untuk menjualkan ginjalnya kepada seseorang.

Selama 10 hari berada di Jakarta, dia tak kunjung menemukan orang yang ingin membeli ginjalnya.

Padahal utangnya masih Rp400 juta, lebih bahkan.

Hingga akhirnya dia memutuskan menemui Dahlan Iskan.

Menurutnya, sosok Dahlan Iskan, baik dan memiliki jiwa sosial tinggi.

"Pak Dahlan Iskan yang membantu saya, dengan memberikan bantuan sebesar Rp400 juta lebih, untuk melunasi utang-utang saya," kenang Candra, Selasa (23/4).

Di 2019 ini, nama Candra Saputra kembali ramai dan viral di media sosial dengan kasus yang sama.

Namun siapa yang tahu, pencalonannya sebagai anggota legislatif DPRD Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, bersama istrinya Shinanta Previta Anggraeni, tahun 2019 berbuah hasil.

Tidak tanggung-tanggung, Candra Saputra, mampu menorehkan sejarah karena mendapat perolehan suara terbanyak sementara di wilayah Kabupaten Pekalongan.

Suaranya mencapai 13.482 suara, sementara istrinya mendapat 9328 suara.

"Angka-angka tersebut merupakan rekapitulasi dari para saksi yang kami kerahkan di tiap-tiap TPS dan desa, namun semuanya menunggu keputusan KPU," katanya.

Candra melanjutkan, dengan suara sebanyak itu, dia dan istrinya bisa melenggang ke gedung DPRD Kabupaten Pekalongan.

Dalam perjalanannya, Candra mencalonkan diri melalui Partai Amanat Nasional (PAN) di Dapil III meliputi Kecamatan Siwalan, Wonokerto, Wiradesa dan Tirto.

Sementara istrinya, Shinanta Previta Anggraeni, di Kancah pesta demokrasi 2019 ini di Dapil II meliputi Kecamatan Kesesi, Sragi dan Bojong.

"Istri saya masuk kategori calon terpilih termuda DPRD Kabupaten Pekalongan, karena usianya baru 27 tahun. Kami juga merupakan pasangan suami istri pertama kali yang akan menjadi anggota DPRD di Kabupaten Pekalongan," tambahnya.

Candra dan istrinya mengaku maju dalam kontestasi Pileg 2019 dengan niatan untuk mengabdi kepada masyarakat Kabupaten Pekalongan.

Melalui pengabdian di masyarakat maka ia bisa ikut ibadah dan mensedekahkan pikiran dalam memajukan daerah.

Dia membeberkan, kunci kesuksesannya mendulang suara saat Pileg lalu ialah karena banyaknya dukungan dan doa dari masyarakat yang percaya.

"Kepercayaan masyarakat saya jaga betul, sehingga niatan ibadah terpenuhi,” ujarnya.

“Cukup 2014 saja saya merasakan pengalaman pahit hingga akan jual organ tubuh. Alhamdulillah atas kehendak Allah SWT tidak jadi menjual ginjal.”

Sementara, Shinanta Previta Anggraeni, mengaku bahwa dirinya mengikuti jejak suami ikut dalam kontestasi Pileg 2019 karena serba kebetulan.

Dia awalnya hanya menjadi syarat pelengkap penutup kuota keterwakilan perempuan dalam partai.

Namun, atas dorongan suami dan terus blusukan ke masyarakat, Shinanta akhirnya mendulang banyak suara.

"Awalnya minder karena mendapat nomer 9 dalam urutan caleg PAN, apalagi di Kabupaten Pekalongan, merupakan basis hijau dan merah, namun karena kerja keras dan ikhlas semua bisa dihadapi tanpa ada gesekan," ungkap Shinanta.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Pengantar Galon Air di Sultra Lolos Jadi AnggotaDPRD, Diremehkan hingga Kalahkan Ketua DPC Parpol"

Editor : Moh. Habib Asyhad

Baca Lainnya