Demi Menyukseskan Pemilu 2019, Wanita Ini Sampai Keguguran saat Menjalankan Tugas Pengawas KPPS

Rabu, 24 April 2019 | 06:00
KOMPAS.com/ Ahmad Winarno

Pengawas TPS, Dewi Lutfiatun Nadhifah (memegang selimut), Mengalami Keguguran Kandungan Karena Kelelahan Saat Melakukan Proses Pengawasan Pemungutan dan Penghitungan Suara Pada Pemilu 17 April 2019 Lalu.

SUAR.ID -Bertugas menjadi seorang Pengawas Tempat Pemungutan Suara (PTPS) merupakan pekerjaan yang berat.

Bekerja selama 24 jam mengawasi pemungutan suara agar berjalan lancar.

Bahkan seorang ibu bernama Dewi Lutfiatun Nadhifah (30) harus merelakan janinnya yang baru berumur 7 minggu saat bertugas sebagai pengawas.

Baca Juga : Hip-hop, Pop, Atau Rock? Ternyata Selera Musik Berhubungan dengan Kepribadian Seseorang, Cek Yuk!

Dewi Lutfiatun Nadhifah saat itu bertugas di TPS 10 Desa Sruni, Kecamatan Jenggawah, Kabupaten Jember, Jawa Timur.

Saat ditemui Kompas.com dirumahnyaSelasa (23/4/2019), Dewi masih terlihat begitu lemas, dan sedang beristirahat. Ditemani suaminya, Dewi bercerita perihal musibah yang dialaminya.

"Saya memang sudah terbiasa terlibat dalam kegiatan sosial. Saya juga kader posyandu disini," katanya.

Menurut Dewi, Tahun 2018 lalu saat Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur, dirinya sudah menjadi Pengawas TPS di desa tersebut. "Saya ingin ambil bagian dalam mengawal proses demokrasi ini, Makanya saya mendaftar sebagai pengawas," katanya.

Akhirnya, begitu dibuka pendaftaran pengawas TPS untuk pemilu presiden dan legislatif, dirinya kembali mendaftar ke Panwas Kecamatan Jenggawah.

"Saya kemudian mendaftar lagi, dan alhamdulillah diterima," tambahnya.

Baca Juga : Update Real Count KPU Pilpres 2019: Jokowi-Ma’ruf Amin Unggul di 4 Wilayah di DKI Jakarta

Dewi menjelaskan, saat proses pemungutan suara 17 April 2019 lalu, dia bertugas sejak pukul 06.00 WIB di TPS.

"Jam 22.00 saya pulang sebentar ke rumah, paling setengah jam. Lalu kembali lagi ke TPS" katanya.

Barulah kemudian sekitar pukul 00.00 WIB, Dewi mengaku mengalami sakit perut dan keluar bercak.

"Nah waktu itu kemudian terus- terusan keluar darah, dan sakit. Jam 01.30 dini hari saya baru pulang dari TPS karena baru selesai proses penghitungan," kenangnya.

Karena khawatir, pagi harinya Dewi bersama suaminya mendatangi klinik untuk memeriksakan kandungannya.

Baca Juga : Adu Kreativitas Ubah Spanduk Bekas Pemilu 2019 Jadi Fashion Trendi, Mana ya yang Paling Kece?

"Waktu itu darahnya keluar terus menerus, dan saya periksa ke klinik. Akhirnya disitu baru tahu, kalau saya mengalami keguguran," katanya dengan mata berkaca-kaca.

Saat itu, Dewi mengaku kaget dan langsung menangis. "Siapa yang tidak sedih mas. Saya harus kehilangan janin. Saya menunggu anak kedua ini selama tujuh tahun," akunya.

Tapi lanjut Dewi, dirinya menyadari jika itu merupakan resiko dirinya sebagai pengawas yang waktu kerjanya tidak tentu.

"Setelah lama kelamaan, akhirnya saya berusaha ikhlas. Saya ikhlas demi masa depan bangsa dan negara. Saya ikhlaskan janin saya," katanya.Imam Bahrul Ulum, Suami Dewi, mengaku sedih begitu melihat hasil pemeriksaan yang dialami istrinya. "Saya shock waktu itu, karena saya harus kehilangan anak kedua saya. Berat sekali rasanya,” katanya saat mendampingi istrinya.

Baca Juga : Sambar Garis Finish dalam Waktu 10.15 Detik di Qatar, Lalu Zohri Resmi Jadi Manusia Tercepat di Asia Tenggara

Menurut Imam, dari pemeriksaan dokter, istrinya mengalami keguguran karena kelelahan. “Bayangkan saja dia mulai kerja pukul 06.00 sampai pukul 01.30 dinihari. Pasti kelelahan,” tambahnya.

Meski sempat bersedih atas peristiwa tersebut, namun Imam mengaku berusaha tegar dan menerima dengan ikhlas apa yang dialami oleh istrinya tersebut.

“Saya dengan istri sudah ikhlas, karena bagaimanapun apa yang dilakukan oleh istri saya, semata-mata hanya ingin pelaksanaan pemilu lebih baik sehingga melahirkan pemimpin dan wakil rakyat yang lebih baik,” katanya.

Komisioner Bawaslu Kabupaten Jember, Devi Aulia Rahim ketika datang menjenguk, mengaku turut bersedih atas apa yang dialami oleh Dewi tersebut.

“Tentu kita bersedih, sebab saya sebagai seorang perempuan dan seorang ibu, tentu bisa merasakan apa yang dialami oleh Mbak Dewi ini,” katanya.

Dari catatan Bawaslu, setidaknya ada lima orang pengawas yang harus dirujuk dan dirawat di puskemas.

“Semuanya rata- rata mengalami kelelahan, hingga akhirnya harus mendapatkan pertolongan medis,” katanya.

Baca Juga : Seorang Pria Nekat Intip Tebing yang Curam Sambil Menggendong Anaknya

(Ahmad Winarno)

Artikel ini pernah tayang di kompas.com dengan judul "Untuk Masa Depan Bangsa, Saya Ikhlaskan Janin Bayi Saya.....".

Tag

Editor : Moh. Habib Asyhad