Suar.ID -Tak lama setelah hasil quick count yang sebagian besar memenangkan Jokowi-Ma’ruf Amin muncul, Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah pun langsung berkomentar.
Dia bilang, pasangan nomor urut 02 Prabowo-Sandiaga Uno akan menang mutlak jika sistem pemilu Indonesia seperti sistem pemilu Amerika Serikat.
Pernyataan itu dia sampaikan dalam Twitter pribadinya pada Rabu (17/4) kemarin.
Mulanya, netizen dengan akun @imanlagi mengunggah perolehan suara yang berasal dari Pulau Sumatera.
Dari 10 provinsi di Sumatera, mayoritas kemenangan dipegang oleh Paslon 02 Prabowo Sandi.
Sementara Paslon 01 Jokowi-Ma'ruf hanya menang di dua provinsi yakni Lampung dan Kepulauan Bangka Belitung.
Mengomentari hal itu, Fahri Hamzah mengatakan bahwa sebenarnya Prabowo-Sandi menang mutlak jika pakai sistem pemilu di Amerika.
Sedangkan di Indonesia, pertimbangan hanya ada di Pulau Jawa.
"Kalau pakai sistem Amerika, @prabowo dan @sandiuno menang mutlak. Sementara di sini kemenangan hanya menimbang pulau Jawa, khususnya jatim dan Jateng," tulis Fahri Hamzah.
Kita tahu, pemilihan presiden di Amerika Serikat menggunakan sistem yang biasa disebut electoral college yang pada intinya adalah sekelompok orang yang memilih pemenang.
Jumlahnya 538 dan untuk menjadi presiden seorang calon harus mendapatkan setidaknya 270.
Setiap negara bagian punya jumlah 'elector' yang didasarkan pada populasi atau jumlah penduduk.
Ketika seseorang mencoblos, sebenarnya yang mereka pilih adalah elector ini.
Elector tersebut sudah diketahui posisinya, apakah akan memilih Clinton atau Trump.
Yang menarik adalah di hampir semua negara bagian (kecuali Nebraska dan Maine) berlaku prinsip the winners takes all yaitu pemenang akan mendapatkan semua jumlah elector di negara bagian tersebut.
Misalnya, pemenang di New York akan mendapatkan 29 electoral votes.
Untuk mendapatkan 270, hasil di negara-negara bagian yang berpotensi dimenangkan baik oleh Demokrat atau Republik, biasa disebut swing state, sering kali menjadi penentu hasil pilpres.
Menurut salah satu lembaga survei, Prabowo-Sandi unggul di 19 provinsi.
Delapan di antaranya merupakan provinsi di Pulau Sumatera.
Selain hal di atas, ini beberapa perbedaan pemilu Amerika Serikat dan pemilu Indonesia:
1. Sistem Pemilihan
Pemimpin dan wakil rakyat di Amerika Serikat dipilih secara langsung, persis seperti Indonesia. Tapi tidak dengan pemilihan presiden.
Seperti sudah disebut di awal, pilpres Amerika Serikat menggunakan sistem Dewan Pemilih (Electoral College).
Bukannya langsung memilih presiden, warga Amerika diminta memilih sejumlah Dewan Pemilih yang dicalonkan oleh Partai.
2. Waktu Pemilihan
Baik di Indonesia maupun di Amerika pemilu diadakan serentak.
Dalam setiap pemilihan, warga negara Amerika memilih pemimpin dan wakil mereka di tingkat distrik, negara bagian, dan di tingkat pusat (federal).
Tapi tetap ada bendanya, yaitu pemilihan di Amerika diselenggarakan empat tahun sekali, yaitu pada hari Selasa pada minggu kedua di bulan November.
Uniknya lagi, pemilihan anggota Senat (DPD) di Amerika tidak dilakukan secara bersamaan.
Mereka dipilih dalam 3 gelombang melalui Pemilu yang digelar setiap dua tahun sekali.
Dengan demikian, kinerja anggota Senat tidak akan terganggu meski memasuki tahun pemilu.
Dalam setiap siklus, hanya 1/3 anggota Senat yang harus bertarung dalam pemilihan.
3. Partisipasi Pemilih
Amerika boleh mengklaim sebagai negara demokrasi tertua dan terbesar di dunia. Tapi tingkat partisipasi pemilih di Amerika tergolong rendah.
Pada 2016 misalnya, jumlah pemilih yang mengikuti pemilu hanya 59,7%.
Bandingkan dengan Indonesia yang pada pilkada serentak 2018 lalu diikuti oleh 73,2% pemilih.
4. Penyelenggara
Pemilu di Amerika diselenggarakan oleh Pemerintah Negara Bagian. Sementara di Indonesia, pemilu sepenuhnya berada di bawah kendali Komisi Pemilihan Umum alias KPU.
Lalu apa fungsi KPU di Amerika? Fungsinya hanya sebatas memastikan bahwa pendanaan kampanye dilakukan secara jujur dan transparan.