Mau Melahirkan, Seorang Siswi Peserta UNBK Terpaksa Izin Pulang

Kamis, 04 April 2019 | 08:21
Limawaktu

Ilustrasi UNBK

Suar.ID - Salah satu siswi yang sedang hamil dan menjadi peserta Ujian Nasional Berbasis Komputer atau UNBK di SMA Swasta Nesi Neonmat, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) terpaksa tidak bisa melanjutkan proses ujian lantaran ia harus segera pulangkarena akan melahirkan.

"Sesi pertama pada UNBK hari pertama masih bisa mengikuti ujian mata pelajaran Bahasa Indonesia."

"Setelah itu, yang bersangkutan izin pulang untuk melahirkan," kata Kepala SMA Swasta Nesi Neonmat, Simon Nesi kepada Liputan6.com, Rabu (3/4/2019).

Simonmenyebutkan bahwa dari 270 siswa kelas XII di sekolahnya tahun ini, dua anak didiknya tidak bisa mengikuti UNBK.

Baca Juga : Kisah Viral Marianta, Harus Jalan 3 Jam dan Bawa Jagung sebagai Bekal agar Bisa Ikut Ujian Sekolah

Selain siswi yang izin karean harus melahirkan, satu siswa lainnya saat ini masih sedang tersangkut kasus hukum.

"Pihak sekolah masih memberikan kesempatan bagi yang belum mengikuti UNBK utama agar bisa mengikuti ujian susulan yang diagendakan secara nasional mulai tanggal 15-16 April 2019 mendatang," kata Simon.

Tahun ini merupakan tahun pertama sekolahnya melaksanakan UNBK dengan meminjam fasilitas komputer, server dan ruangan laboratorium milik SMKN 2 Kupang.

Komputer yang disiapkan sebanyak 120 unit dan disebarkan pada 5 ruangan laboratorium, dengan cadangan masing-masing, 1 unit komputer disetiap ruangan dilengkapi dengan 5 unit server, 10 orang Proktor, dan 5 orang teknisi.

Baca Juga : Pamer Tangkap Ikan Berbobot 140 Kg, Bukan Pujian yang Didapat Tapi Malah Dihujat Netizen

Sementara teknis pelaksanaan ujiannya dibagi dalam tiga sesi, dimana sesi pertama dan sesi kedua masing-masing, 120 siswa, dan sesi ketiga hanya 30 siswa.

Simon menjelaskan bahwa sejak sesi pertama hingga sesi ketiga tidak ada gangguan teknis selama UNBK berlangsung.

Tidak ada gangguan seperti gangguan jaringan internet, gangguan server, dan gangguan listrik.

Pengawas yang mengawasi UNBK di sekolahnya juga menggunakan "sistem silang" di mana didatangkan pengawas dari SMAN 9 Kupang sebanyak lima orang.

Atas keterbatasan fasilitas itu, Simon meminta perhatian pemerintah, baik Pemprov NTT melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT maupun Pempus untuk membantu pengadaan komputer/laptop dan server di sekolahnya.

"Mimpi kami, suatu saat memiliki komputer dan server sendiri, sehingga tidak lagi meminjam fasilitas dari sekolah lain saat UNBK seperti sekarang," dia memungkasi.

Tag

Editor : Adrie P. Saputra