Dialah Dewa Judi Asli Pulau Kalimantan yang Jadi Buron FBI karena Bikin Amerika Serikat Khawatir

Kamis, 28 Maret 2019 | 16:16
espn

Paul Phua, dewa judi asal Pulau Kalimantan, Malaysia, yang pernah jadi buronan FBI Amerika Serikat.

Suar.ID -Ini adalah kisah tentang Paul Phua, seorang pria yang berasal dari Pulau Kalimantan, persisnya bagian Malaysia.

Paul adalah seorang dewa judi yang menjadi buron FBI lantaran disebut membuat khawatir Paman Sam, Amerika Serikat.

Paul disebut sebagai salah satu bandar taruhan terbesar di dunia.

Baca Juga : Sering Muncul di Televisi, Nikita Mirzani Mengaku 'Geli' dengan Wijin

Selama bertahun-tahun, dia telah memberikan pengaruh besar kepada perjudian dunia.

ESPN melaporkan, Paul sejatinya adalah sosok yang sederhana selama dia berkecimpung di dunia perjudian.

Meski begitu, dia telah mendirikan kerajaan judi di Hong Kong, Las Vegas, London, dan Melbourne.

Mula-mula Paul hanya seorang pekerja kontruksi.

Ketika suatu ketika dia hidup di tengah komunitas perjudian kecil di Kuala Lumpur.

Di sanalah dia menemukan “dunianya”.

Dari judi, setidaknya Paul telah menghasilkan kekayaan sebesar 400 juta dolar AS (sekitar Rp6 Triliun).

Awalnya dia hanyalah seorang operator jamuan makan VIP di Macau.

Upswing Poker menulis, Paul Phua Wei Seng lahir pada 1964 di Miri, Serawak, Malaysia bagian timur.

Baca Juga : VIDEO - Pura-pura Sholat, Pria Ini Nyamar Jadi Wanita Bermukena, Curi Tas Jamaah Masjid

Paul kecil sangat menyukai olahraga dan matematika.

Memasuki usia dewasa, dia pindah ke Kuala Lumpur untuk bekerja di bidang konstruksi.

Namun, Paul mulai bergaul dengan para penjudi Cina.

Dari merekalah dia belajar cara menetapkan taruhan pada pertandingan sepak bola.

Reputasinya tumbuh dari mulut ke mulut dan, tak lama kemudian, Paul menjadi penjudi yang cukup sukses.

Kemajuan teknologi memperluas pasar taruhannya ke skala global.

Pada 2006 dia bekerja dengan Steve Wynn dan membuka Whynn Macau dan memperluas bisnis tersebut dan menjadi pemain poker.

Pada 2010, permainan judi Las Vegas mulai bergerak ke Macau, pemain seperti Tom Dwan, Phil Ivey, Chau Giang, Patrik Antonius, dan John Juanda pun pindah ke sana.

Pada 2011, pemain poker profesional lainnya telah bergabung di Macau.

Phua juga ikut bermain pada pertandingan ini pada tahun 2012.

Phua memasuki World Series of Poker 2012 sebesar 1.000.000 dolar AS (sekitar Rp15 miliar) Big One untuk satu acara Drop.

Baca Juga : VIDEO - Diduga Galau Pikirkan Reino Barack Saat Karaoke. Ini Jawaban Luna Maya

Pada 2012, Phua memenangkan Aspers 100 ribu poundsterling (sekitar Rp1,9 miliar) High Roller.

Di London setelah mengalahkan Richard Yong ia mendapatkan uang terbesarnya, sebesar sekitar Rp24 miliar.

Selama pertandingan uang tunai di Milies Aussie 2014, Paul terlibat dalam pot senilai 991 ribu dolar AS (sekitar Rp15 milliar) melawan sesama pemain poker Macau, Lo Shing Fung.

Namun pada 2014 dirinya menjadi salah satu buron FBI karena sepak terjangnya yang membahayakan.

Pada 5 Agustus 2014, Paul Phua berada di podium ruang sidang, saat dirinya diadili.

Dia diadili oleh Departemen Kehakiman karena dia, bersama tujuh orang lainnya, menjalankan perusahaan ilegal dalam taruhan Piala Dunia tahun 2014.

Tapi sama seriusnya dengan melanggar hukum game AS, kasus Paul lebih dari sekadar taruhan dalam pertandingan sepakbola.

Pasalnya aktivitas Paul merupakan indikasi meningkatnya kekhawatiran pemerintah AS tentang bagaimana, dan dari mana, uang mengalir ke Las Vegas dan sistem keuangan AS.

Namun, setelah penangkapan tersebut dia tidak benar-benar diadili karena FBI mengumpulkan bukti tanpa memperhatikan perlindungan konstitusi Paul Phua.

Dengan kata lain mereka tidak memiliki surat perintah untuk menangkap Phua, alhasil ia berhasil membuktikan keridakbersalahannya.

Namun, dalam keterangan lain ada campur tangan pemerintah yang membuatnya bisa lolos dari jerat hukum. (Ngesti Dewi/Grid Hot)

Artikel ini sudah tayang di Grid Hot dengan judul Kisah Paul Phua, Dewa Judi Asal Kalimantan yang Diburu FBI Karena Buat Amerika Serikat Khawatir

Editor : Moh. Habib Asyhad

Baca Lainnya