Hati-hati, Memelihara Ayam di Rumah Sama Saja Seperti 'Menyalakan Bom Waktu'

Minggu, 20 Januari 2019 | 11:00
Fox News

Hati-hati, Memelihara Ayam di Rumah Sama Saja Seperti 'Menyalakan Bom Waktu'

Suar.ID -Selain kucing dan anjing, ayam juga merupakan hewan yang banyak dijumpai di rumah.

Ada yang memelihara ayam sebagai hobi tapi banyak juga yang menjadikan ayam sebagai ternak dan ditempatkan di sekitar rumah.

Namun kita perlu hati-hati, menurut para pakar penyakit menular di Australia, hobi memelihara ternak di belakang rumah atau yang kandangnya berdekatan dengan rumah bisa memicu bom waktu penyebaran wabah penyakit.

Direktur penelitian lembaga studi CSIRO di Australia, Paul De Barro, mengatakan bahwa wabah penyakit yang dibawaayam, babi atau kambing berisiko tinggi mengancam jiwa manusia.

Hewan peliharaan, khususnya di pinggiran kota dan kota, bisa terpapar hewan liar seperti kelelawar.

Baca Juga : Menikah dengan Aktor dari Filipina, Denny Darko Katakan Lucinta Luna Menjadi Wanita Seutuhnya

Kelelawar inilah yang membawa penyakit seperti virus Hendra atau Nipah.

"Ketika populasi urban menyebar, mereka pindah ke area hutan, area alami. Dan karena itu kita semakin dekat dekat dengan hewan liar," katanya kepadaABC.

Perubahan iklim juga dianggap sebagai faktor pemicu, di mana kita menyaksikan hewan-hewan telah mengubah perilaku mereka.

Misalnya di perkotaan semakin sering terlihat kelelawar terbang padahal 50 tahun lalu hal ini tidak dijumpai.

"Ketika kita mendapatkan perubahan ini, risiko penyakit dari hewan ke manusia semakin meningkat," ujar dia.

Baca Juga : Sarah Amelia dan Ariel Sepakat Berpisah Baik-baik, Tidak Ada Hubungannya dengan Luna Maya

Wabah sulit diprediksi dan dibendung

Menurut Dr de Barro, risiko penyebaran penyakit dari hewan ke manusia juga bisa dialami mereka yang tinggal di perkotaan.

Misalnya di Australia ketika ada wabah flu burung, pihak berwenang sulit mendeteksi dari mana asalnya. Sebab tiak ada pendataan kepemilikan hewan di negara itu.

Hal semacam inilah yang menurut Barro membuat wabah penyakit sulit dibendung.

"Yang tidak kita ketahui adalah kapan (wabah penyakit) muncul, kita tidak tahu frekuensinya, dan kita bahkan tidak tahu skala atau konsekuensinya," katanya.

"Bisa jadi ada beberapa orang yang jadi korban atau mungkin ratusan orang meninggal."

Barro menambahkan, para ahli masih belum bisa memahami bagaimana sebuah penyakit bisa berpindah dari hewan liar ke hewan peliharaan kemudian berakhir di manusia.

Baca Juga : Sering Langsung Dibuang, Ternyata Kulit Pisang Bermanfaat Buat Kecantikan, Bisa Untuk Memutihkan Gigi Juga Lho !

"Pengawasan yang kita miliki untuk penyakit-penyakit yang disebarkan oleh hewan ke manusia belum memadai," kata Dr de Barro.

Tribunnews Bogor
Tribunnews Bogor

Ilustrasi ayam

"Saya tidak bisa menjelaskan mengapa, atau dalam kondisi apa, virus seperti Hendra bergerak dari kelelawar menular ke kuda lalu berakhir ke manusia. Jadi sulit untuk membuat prediksi seputar kemungkinannya," terangnya.

Survei nasional terhadap satwa liar yang terus berlangsung dan penyakit yang mereka bawa sangat penting untuk mengurangi risiko, kata Dr De Barro.

"Kami tidak benar-benar tahu penyakit apa yang ada pada burung asli, marsupial, kelelawar," katanya.

Baca Juga : Pertanda Alam dan Bukan Mitos, Ini yang akan Terjadi Jika Ayam Jago Berkokok di Tengah Malam dan Angsa Tidur Berdiri dengan Satu Kaki

"Dan kami tidak memantau frekuensi penyakit-penyakit ini, jadi saya tidak bisa menjelaskan apakah penumpukan virus pada hewan tertentu di pinggiran kota tertentu."

Dr de Barro mengakui wabah jarang terjadi di Australia, tetapi dia memperingatkan bahwa peluang hal itu terjadi ada di sekitar kita.

"Di sebelah utara kita adalah 'wilayah panas' Asia, yaitu Asia Tenggara di mana sering terjadi penyebaran wabah penyakit karena ada warga hidup berdampingan dengan babi dan unggas dan hewan liar lainnya," katanya.(Ade Sulaeman)

Artikel ini telah tayang di Intisari-Online.com dengan judulMemelihara Ayam di Rumah Sama Saja dengan 'Memelihara' Bom Waktu dengan Kekuatan Mematikan

Editor : Nieko Octavi Septiana

Baca Lainnya