Desa Ular di China: Lebih dari 3 Juta Ular Diternakkan dan Menhghasilkan Rp172 Miliar Tiap Tahunnya

Senin, 25 Februari 2019 | 13:00
Kolase Intisari

Di desa ini ular dugunakan sebagai pengobatan juga dikonsumsi.

Suar.ID – Berternak unggas, atau hewan-hewan ternak lainnya seperti sapi, kambing, sudah sangat biasa dilakukan.

Bagaimana bila yang diternakkan adalah ular?

Ya, sebuah desa di China mendapat julukan sebagai 'desa ular' lantaran sebagian besar penduduknya memilih berternak ular.

Seperti yang dilakukan Fang Yin dan istrinya Yang Xiaoxia, menurut mereka hidup sebagai petani ular di China Timur adalah pilihan yang tepat.

Baca Juga : Bohemian Rhapsody Berjaya di OSCAR 2019, Rami Malek Dapat Piala Berlapis Emas dan Bonus Ukiran Nama

Baca Juga : Para Astrophile Wajib Tahu! Ini 5 Tempat Terbaik Untuk Menyaksikan Langit Bertabur Bintang

Mereka tidak lagi khawatir pada hewan yang bisa menghilangkan nyawa itu. Mereka tekah digigit berkali-kali.

"Awalnya saya takut, tapi sekarang saya sudah terbiasa dengan semua ini," kata Fang dikutip dari Scmp.com.

Seolah-olah untuk membuktikannya, pria berusa 30 tahun itu mengenakan baju tanpa lengan saat melakukan aktivitasnya di rumahnya di desa yang sunyi, Zisiqiao, provinsi Zhejiang.

Ya desa sunyi, karena populasi warga di desa tersebut berkurang, kini hanya mencapai 600 jiwa.

Ini membuat Zisiqiao telah dijuluki "desa ular" oleh media, setelah banyak rumah tangga di sana mulai memelihara ular untuk makanan dan obat tradisional China sejak empat dekade lalu.

Sebuah keputusan yang pada akhirnya membantu mengubah ekonomi lokal.

Fang memperlihatkan bagaimana aktivitasnya sehari-hari dalam memelihara ular-ular ini.

Scmp.com
Scmp.com

Fang mengambil ular yang sedang hamil dari karung jaring.

Tampak, Fang mengangkat ular yang sedang hamil dari salah satu kantong jaring.

Masing-masing dari kantong jaring di ruangan tersebut berisikan selusin ular.

Baca Juga : 5 Fakta Fela, Gadis Indonesia yang Lelang Keperawanannya Rp19 Miliar, Peminatnya Ada Aktor Terkenal India

Baca Juga : Para Astrophile Wajib Tahu! Ini 5 Tempat Terbaik Untuk Menyaksikan Langit Bertabur Bintang

Gambar yang lain memperlihatkan istrinya, Yang, mengecek kondisi telur ular untuk mengetahui kesehatan embrio di dalamnya.

Scmp.com
Scmp.com

Telur ular yang sedang dicek kesehatannya.

Peternakan ular mereka adalah salah satu dari lebih dari 100 peternakan, di Kabupaten Deqing, di mana lebih dari tiga juta ular dibesarkan setiap tahun untuk makanan dan obat-obatan.

Peternakan ular di desa tersebut pertamakali diprakarsai oleh Yang Hongchang, yang mencoba membudidayakan ular pada tahun 1980-an.

Scmp.com
Scmp.com

Pria yang membudidayakan ular pertamakali.

Dijuluki “raja ular”, pria berusia 67 tahun itu sekarang memiliki perusahaan yang fokus untuk membuat suplemen makanan dari hewan ini.

“Ketika saya masih muda, seluruh desa sangat miskin,” kata Yang.

“Ada banyak danau dan sungai di wilayah ini, dan ada banyak ular yang hidup di air. Jadi kami berpikir untuk menangkap ular dan menjualnya demi uang," tambahnya.

Peternak lain berusia 50-an, Yang Farong, mengatakan dia ingat saat menangkap ular di samping danau dan sungai di daerah itu saat remaja.

Pada tahun 1970-an, "semua orang melakukan ini, pria dan wanita, meskipun kami semua sedikit takut", katanya.

Setelah beberapa tahun, jumlah ular yang tersisa di alam bebas telah punah oleh para pemburu, jadi “raja ular” memutuskan untuk mulai membiakkan mereka sendiri.

Pada tahun pertama, hanya 10 persen dari telur ular menetas, membuatnya merugi lebih dari 10.000 yuan.

Scmp.com

Ular-ular diletakkan dalam karung diatas pasir.

Tetapi dia bertekad untuk belajar dari kegagalannya.

Tahun berikutnya, tingkat penetasan melonjak hingga 80 persen dan dia berhasil mengangkat lebih dari 30.000 ular.

Jenis ular yang banyak dibudidayakan disana adalah viper dan juga ular berbisa lainnya.

Peternak biasanya menjual ular ke perusahaan farmasi China yang mengubahnya menjadi bubuk, beberapa di antaranya diekspor ke Jepang, Korea Selatan, Amerika, dan Eropa.

Kini perdagangan itu telah memberikan pemasukan pada desa yang dulu miskin, sekitar 80 juta yuan (US $ 12 juta) atau setara Rp172 M per tahun.

Baca Juga : Akurat, Huruf Pertama yang Kamu Lihat Bisa Cerminkan Karaktermu

Baca Juga : Malaysia Gratiskan Jalan Tol, Bisakah Pemerintah Indonesia Menirunya?

Editor : Masrurroh Ummu Kulsum

Sumber : scmp

Baca Lainnya