100 Ribu Bayi Tewas Setiap Tahunnya Akibat Perang di Afrika dan Timur Tengah

Jumat, 22 Februari 2019 | 17:38
internasional.kompas.com

Warga sipil dan Anak-anak korban perang

Suar.ID - Kalau bisa memilih, banyak orang ingin hidup damai.

Nyatanya konflik selalu menjadi bagian dari kehidupan dan bisa memuncak pada perang.

Perang mebawa banyak kerugian juga tak sedikit menyebabkan nyawa melayang.

Menurut data dari organisasi Save the Children, sekitar 100 ribu bayi di dunia meninggal setiap tahunnya akibatperang.

Baca Juga : Puluhan Bakso Mendadak Gratis Demi Jokowi dan Bisa Dinikmati Siapa Saja yang Datang

Di sepuluh negara dengan konflik terparah–yaitu Afghanistan, Republik Afrika Tengah, Republik Demokratik Kongo, Irak, Mali, Nigeria, Somalia, Sudan Selatan, Suriah, dan Yaman–diperkirakan ada 550 ribu bayi yang meninggal antara 2013 hingga 2017.

Mereka dipaksa menyerah padaperangdan dampak negatifnya, termasuk kelaparan, kerusakan rumah sakit dan infrastruktur lain, serta kurangnya akses ke kesehatan dan sanitasi.

Seandainya dapathidup pun, nasib mereka tak baik.

Mereka harus menghadapi ancaman terluka dan cacat, direkrut oleh kelompok-kelompok bersenjata, diculik dan menjadi korban kekerasan seksual.

Baca Juga : 4 Fakta Marion Jola, Si Cantik Asal NTT yang Sempat Bikin Heboh Netizen

“Satu dari lima anak yang tinggal di wilayah tersebut terkena dampak perang setiap saat dalam dua dekade terakhir,” kata Helle Thorning-Schmidt, CEO Save the Children.

“Jumlah anak yang terbunuh atau cacat meningkat tiga kali lipat. Ini sangat mengkhawatirkan,” imbuhnya.

Peace Research Institutemelakukan riset pada 2017 dan menemukan fakta bahwa ada 420 juta anak-anak yang tinggal di daerah konflik. Jumlah ini mewakili 18% anak-anak di seluruh dunia.

Data dari Save the Children maupun organisasi lainnya diharapkan dapat menyadarkan pembuat kebijakan untuk membantu melindungi anak-anak di negaraperang.

Misalnya, dengan menerapkan batas umur perekrutan anggota militer minimal 18 tahun dan melarang penggunaan senjata peledak di area padat penduduk.

Baca Juga : (Video) Latar Belakang yang Sesungguhnya dari Pria yang Tega Bunuh Istrinya Sendiri, Romi: Susah Ngomongnya

“Sangat mengejutkan bahwa di abad ke-21 kita mengalami kemunduran standar moral. Seharusnya anak-anak dan warga sipil tidak boleh menjadi sasaranperang,” pungkas Thorning-Schmidt.

Editor : Yoyok Prima Maulana

Sumber : nationalgeographic.grid.id

Baca Lainnya