Ini Alasan Unicorn di Indonesia Lebih Banyak Dibanding Negara Asia Tenggara Lainnya

Senin, 18 Februari 2019 | 08:54
Kompas.com

Ini alasan unicorn di Indonesia lebih banyak dibanding negara-negara Asia Tenggara lainnya.

Suar.ID -Mungkin ini di luar perkiraan Prabowo Subianto, Joko Widodo tiba-tiba menyinggung Unicorn dalam debat capres 2019 kedua, Minggu (17/2).

“Infrstruktur apa yang akan Bapak bangun untuk mendukung perkembangan unicorn Indonesia?”tanya Jokowi.

Mendengar pertanyaan itu, Prabowo justru bertanya balik.

“Yang bapak maksud unicorn? Maksudnya yang online-online itu ya?” Prabowo bertanya balik.

Baca Juga : Prabowo Khawatir Pertumbuhan Unicorn Merugikan Negara, Kenapa Start-Up 'Raksasa' Cepat Berkembang di Indonesia?

Kita tahu, di Indonesia saat ini setidaknya sudah ada empat unicorn.

Istilah ini mengacu pada start-up alias perusahaan rintisan yang bernilai di atas 1 miliar dolar AS atau setara dengan Rp13,5 triliun.

Jika dibanding negara-negara Asia Tenggara lainnya, jumlah unicorn di Indonesia termasuk lebih banyak.

Pertanyaannya mengapa banyak unicorn itu muncul di Indonesia?

Kepada Kompas.com, ekonom Unika Atma Jaya Agustinus Prasetyantoko bercerita, dirinya sempat bertemu dengan Dubes Singapura.

Dalam pertemuan itu ada diskusi, mengapa unicorn-unicorn muncul dari Indonesia.

"Salah satu yang muncul itu, satu itu karena di sini (Indonesia) tidak ada aturannya. Karena tidak ada aturannya orang jadi berkreasi semaksimal mungkin," ucap dia dalam FGD BTPN di Bali, pekan lalu.

Selain itu sebut Prasetyantoko, munculnya unicorn tersebut karena adanya kesempatan yang besar di Indonesia.

"Yang kedua opportunity itu ada di sini, tidak di sana," ujarnya.

Mengenai saat menjadi unicorn, perusahaan-perusahaan itu ternyata diambi alih oleh investor asing, Prasetyantoko menilai hal tersebut bukan merupakan suatu masalah, tetapi merupakan paradoks yang alamiah.

Baca Juga : Reaksi Anang Hermansyah saat Tahu Krisdayanti Memakai Narkoba: Menjerit Histeris dan Terus Menangis

"Karena opportunity di sini, sehingga ruang untuk berkembang itu ada di sini. Tetapi begitu dia muncul jadi unicorn, asing yang ambil, take over. Bagi saya ini alamiah untuk pasar indonesia. Karena di sini ada oppurtunity, begitu dia mau naik harus ada injeksi asing," paparnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur BTPN Anika Faisal menyebut, Indonesia merupakan pasar yang sangat besar dan mempunyai potensi yang sangat bagus.

"Sehingga apapun bisa berkembang, istilahnya tanahnya subur banget ditanami apapun tumbuh, potensi apapun tumbuh," ucapnya.

Mengenai modal asing yang masuk ke unicorn, Anika menyebutkan, hal itu karena kapasitas membangun modal di Indonesia memang masih belum bisa diharapkan.

"Sehingga bila mengharapkan pengumpulan modal dari dalam negeri itu yang sulit, itu lah mengapa datang dari asing," katanya.

Mengenai modal asing tersebut, Anika mengatakan bahwa hal itu tidak perlu dikhawatirkan, selama Indonesia mendapatkan manfaat dari modal tersebut.

"Karena kan orang bawa uang ke Indonesia untuk kebaikan Indonesia kenapa tidak? Yang penting apakah memberikan kemanfaatan enggak? Nah kalau memberikan manfaat, seperti bayar pajak, memberikan pekerjaan bagi orang Indonesia, uangnya itu di Indonesia, di-invest dan reinvest kenapa enggak?" papar dia.

Sekedar informasi saja, empat unicorn Indonesia saat ini adalah Go-Jek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak.

Go-jek baru-baru ini menerima kucuran dana dari Google sebesar 1,2 miliar dolar AS.

Hal ini menjadikan valuasi Go-Jek saat ini ditaksir mencapai 4 miliar dolar AS atau lebih dari Rp53 triliun.

Baca Juga : Ramai Jadi Pembahasan saat Debat Capres, Ini 4 Unicorn Indonesia yang Harus Kita Ketahui

PT Tokopedia terakhir mendapat suntikan sebesar 1,1 miliar dolar AS atau sekitar Rp14,7 triliun dari Alibaba Group pada Agustus 2017 silam.

Sebelumnya Tokopedia juga menerima pendanaan pada 2014 lalu dari Softbank Japan dan Sequoia Capital senilai 100 juta dolar AS atau Rp1,3 triliun.

Sementara Traveloka, mendapatkan pendanaan dari perusahaan travel asal Amerika Serikat (AS) Expedia pada Juni 2017 senilai 350 juta dolar AS atau sekitar Rp4,6 triliun.

Dengan total pendanaan tersebut, Traveloka kini telah mencapai nilai valuasi lebih dari 2 miliar dolar AS atau setara Rp26,6 triliun.

Adapun CEO Bukalapak Achmad Zaky menyebut Bukalapak telah memiliki valuasi lebih dari Rp13,5 triliun.

Pemerintah Indonesia sendiri menargetkan agar ada unicorn yang kelima hingga 2019 mendatang.

Baca Juga : Habitnya Jadi Lahan Sawit, Kawanan Gajah di Aceh Ini pun Serang Permukiman Warga

Editor : Moh. Habib Asyhad

Baca Lainnya