BMKG Nyatakan Ada 8 Zona Gempa yang Mesti Diwaspadai, Megathrust Mentawai Paling Berbahaya!

Kamis, 14 Februari 2019 | 14:07
Tribun Timur

Ilustrasi gempa

Suar.ID –Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus melakuka upaya untuk mengurangi risiko gempabumi dan tsunami di Indonesia.

Diantaranya dengan memberikan hasil analisis mereka tentang wilayah-wilayah di Indonesia yang berpotensi terjadi gempabumi dan tsunami.

Pada Rabu (6/2/2019) bertempat di Auditorium Kantor Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) rapat koordinas mitigasi penanganan Bencana Gempa dan Tsunami telah dilakukan.

Dalam rapat tersebut, turut serta Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Doni Monardo, Gubernur dan Wakil Gubernur Sumbar, Ketua DPRD Sumbar, serta para kepala daerah se-Sumbar.

Baca Juga :Sebuah Keluarga Panik Ketika Menemukan Ular Raksasa Menelan Hewan di Belakang Rumahnya

Baca Juga : Ani Yudhoyono Didiagnosis Leukimia: Ini 5 Gejala Leukemia yang Sering Diabaikan!

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam rapat tersebut berdasarkan siaran pers BMKG yang diterima oleh Suar.ID menyampaikan ada 8 titik zona gempa (megathrust) yang perlu diwaspadai.

Dari dari 8 megathrust tersebut, salah satu yang paling berbahaya adalah megathrust Mentawai.

“Hasil riset tim Puslitbang BMKG menggunakan analisis distribusi spasial B-value. Ada 8 titik zona gempa (megathrust) yang perlu mendapatkan perhatian khusus, salah satunya adalah Kabupaten Kepulauan Mentawai. Megathrust Mentawai adalah yang paling diwaspadai”, tutur Dwikorita.

Dwikorita juga menjelaskan telah menambah unit khusus untuk mengawasi Kepulauan Mentawai.

“Kami memiliki Unit Pelaksana Teknis (UPT) di Sumbar tapi kami tambah dengan membangun mini UPT regional Padang Panjang untuk memfokuskan pengamatan khusus pada gempa yang dipicu sesar aktif yang ada di Sumbar”, paparnya.

BMKG secara simbolis juga melakukan serah terima rencana penempatan 50 unit EEWS (Earthquake Early Warning System) yang akan ditempatkan di Kepulauan Mentawai dan di pesisir Sumbar.

“EEWS akan memberikan peringatan dini bahaya guncangan yang ditimbulkan akibat gempa. Sistem ini dapat bermanfaat mengurangi dampak kerusakan infrastruktur vital seperti pembangkit listrik, dan mesin-mesin pabrik. EEWS secara otomatis akan mematikan sistem kelistrikan/sistem mekanik ketika ada peringatan gempa”, ujar Dwikorita.

Langkah nyata lain yang dilakukan BMKG adalah dengan memasang program Warning Receiver System (WRS) sebanyak 15 unit di BPBD Kab/Kota di Sumbar dan di TNI AL Lantamal Padang.

Baca Juga : Kebiasaannya Begadang Sambil Main HP Bikin Remaja Ini Tak Sadar Idap Penyakit Mengerikan

Baca Juga : Sudah Menulis Catatan Bunuh Diri karena Selalu Disiksa Teman Sekelasnya, Bocah Tangguh Ini Bangkit dan Membuat Sebuah Karya Besar

“Langkah mitigasi sudah disiapkan oleh BMKG, baik itu dari segi observasi, processing, diseminasi dan koordinasi dengan pihak terkait. Untuk diseminasi (penyebaran) informasi, BMKG telah menyiapkan 15 Warning Receiver System (WRS) di BPBD Kab/Kota di Sumbar, serta di TNI AL Lantamal Padang”, ungkapnya.

Selain itu perlu juga membangun edukasi dan mitigasi bencana dengan penedakatan sosio kultural, seperti Landslide Early Warning System.

Landslide Early Warning System telah menjadi acuan internasional ISO 22732 Guidline for Community Based Landslide Early Warning System.

Perlu juga memperkuat sinergi dari pihak yang terkait seperti akademisi, pihak swasta, masyarakat, tokoh agama, pemerintah dan media massa.

Baca Juga : Seperti Ini Penampakan Pohon Beringin Terbesar di Dunia, Saking Besarnya hingga Membentuk Hutan Sendiri

Baca Juga : Seperti Ini Penampakan Pohon Beringin Terbesar di Dunia, Saking Besarnya hingga Membentuk Hutan Sendiri

Tag

Editor : Masrurroh Ummu Kulsum

Sumber BMKG