Fakta di Balik Gempa Palu, NASA Sebut Gelombang Bergerak di Luar Batas Kecepatan Geologis

Kamis, 07 Februari 2019 | 13:55
Grid Hot

Foto aerial, Selasa (2/10/2018), menunjukkan kondisi Kelurahan Petobo, Kota Palu, Sulawesi Tengah, usai diguncang gempa bumi dan likuifaksi.

Suar.ID - Hampir lima bulan berlalu, NASA memiliki temuan baru terkait gempa yang meluluhlantakkan Palu pada bulan September 2018 lalu.

Seperti yang dilansir dari Tribun Timur, NASA baru saja mengungkap fakta terbaru mengenai bencana likuifaksi di Kampung Petobo dan Gempa Palu di Sulawesi Tengah yang terjadi pada 28 September 2018 lalu.

Gempa yang kemudian disusul tsunami dan likuifaksi itu menewaskan 2.086 jiwa dengan total kerugian mencapai Rp 18,48 triliun.

Ternyata, peristiwa ini tergolong langka yang hanya terjadi sebanyak 15 kali dalam catatan sejarah geografi.

Baca Juga : Inilah Penampakan Ikan yang Dianggap Tanda akan Datangnya Gempa Bumi dan Tsunami oleh Orang Jepang

Menurut Ilmuan Laboratorium Propulsi Jet atau JPL NASA, bencana likuifaksi yang terjadi di Palu disebabkan karena gelombang bergerak menelusuri sesar bumi dengan kecepatan super yang memecahkan batas kecepatan geologis.

Studi yang dipublikasikan di jurnal ilmiah Nature Geoscience itu mengungkap adanya retakan yang bergerak di sepanjang sesar dalam kecepatan yang sangat tinggi.

Hal inilah yang memicu gelombang naik turun atau sisi ke sisi yang mengguncang permukaan tanah dan menyebabkan likuifaksi.

Hasil studi ini juga sejalan dengan kesaksian korban selamat dari lumpur likuifaksi yang menelan nayawa dan harta warga di Kawasan Balaroa, Petobo dan Jogo One.

Baca Juga : Fenomena Terbentuknya 'Tembok Raksasa' Usai Gempa 7,8 SR Mengguncang Selandia Baru

Getaran yang tercipta jauh lebih kuat daripada gempa bumi.

Untuk mengungkap temuan tersebut ilmuwan menganalisa pengamatan resolusi tinggi spasial terhadap gelombang seismik yang disebabkan gempa bumi, radar satelit dan citra optis.

Metode ini diperlukan buat menghitung kecepatan, tempo dan tingkat magnitudo gempa berkekuatan 7,5 pada skala Richter di Sulawesi Tengah.

Menurut JPL, gempa di Palu bergerak dalam kecepatan stabil, yakni 14,760 km per jam, dengan getaran terbesar terjadi selama satu menit.

Baca Juga : Ekstra Waspada! Seluruh Daerah di NTT Rawan Gempa dan Tsunami, Ini Penjelasan BMKG

Gempa bumi biasanya terjadi dalam kecepatan antara 9.000 hingga 10,800 km per jam.

Ilmuwan menemukan, dua sisi dari sesar sepanjang 150 kilometer itu bergeser sepanjang lima meter - jumlah yang menurut ilmuwan sangat besar.

Menurut studi, Sesar yang retak menciptakan ragam jenis gelombang di tanah, termasuk gelombang geser yang menyebar dengan kecepatan 12.700 km per jam.

Dalam gempa berkecepatan tinggi seperti di Palu, retakan yang bergerak cepat menyalip gelombang geser yang lebih lambat dan menciptakan efek domino yang menghasilkan gelombang seismik yang lebih mematikan.

Ilmuwan terkejut oleh kecepatan gempa di Palu yang sangat konstan, mengingat bentuk sesar di Sulawesi Tengah sendiri.

Selama ini ilmuwan meyakini gempa bumi berkecepatan tinggi alias supershear hanya terjadi pada sesar yang berbentuk lurus sehingga tidak menciptakan banyak rintangan bagi pergerakan gempa bumi.

Baca Juga : 20 Tahun Band Seventeen: Nyaris Bubar Saat Gempa Yogyakarta, Kini Berakhir Karena Tsunami Banten

Seperti yang diketahui, pada 28 September 2019 lalu gempa berkekuatan 7,4 SR mengguncang wilayah Donggala, Sulawesi Tengah.

Peristiwa ini menimbulkan beberapa fenomena alam.

Salah satunya adalah likuifaksi ini.

Ya, seperti yang dikutip dari laman Bobo.id (1/10/2018), selain gempa dan tsunami beredar sebuah video yang menunjukkan munculnya lumpur mengalir di bawah rumah-rumah warga.

Dalam video berdurasi dua menit itu, terlihat rumah-rumah dan pepohonan bergerak hanyut dengan lumpur.

Melalui akun Twitternya @Sutopo_PN, Kepala BNPB itu menyebut bahwa ini merupakan fenomena likuifaksi.

Dikutip dari Wikipedia, pencairan tanah atau likuifaksi tanah adalah suatu fenomena tanah yang jenuh atau sebagian jenuh secara substansial kehilangan kekuatan dan kekakuan akibat adanya tegangan.

Biasanya disebabkan oleh gempa bumi yang bergetar atau atau perubahan lain secara tiba-tiba dalam kondisi menegang.

Sehingga menyebabkan tanah berperilaku seperti cairan atau air berat.

Artikel ini pernah tayang di Grid Hot dengan judul:Temukan Keanehan di Balik Gempa Palu, NASA: Gelombang Seismik Bergerak di Luar Batas Kecepatan Geologis

Editor : Adrie P. Saputra

Sumber : hot.grid.id

Baca Lainnya