Ternyata Imlek di Beijing Tidak Wajib Pakai Angpau dan Kue Kerangjang

Minggu, 03 Februari 2019 | 20:45
Lika Nur Fuaddah/Intisari-Online.com

Selain lampion, Imlek juga identik dengan angpau dan kue kerangjang.

Suar.ID -Pesta Tahun Baru Imlek kerap dirayakan dengan gegap gempita dan meriah di berbagai belahan dunia.

Bagaimana pula dengan masyarakat Beijing?

Tidak seperti di Indonesia, ternyata angpau dan kue keranjang tidak wajib dalam Imlek di Beijing.

Perayaan Tahun Baru Imlek sebenarnya tidak berlangsung pada tanggal 1 bulan 1 (menurut penanggalan tradisional Tiongkok) saja.

Sampai setengah bulan setelah itu orang masih tetap boleh merayakan dan mengucapkan “guonian hao” (baca: kuo niEn hao) "Selamat Tahun Baru".

Total jenderal orang Cina sibuk dengan urusan Tahun Bam Imlek selama lima minggu.

Tiga minggu sebelum dan dua minggu sesudahnya dengan puncak kerepotan terjadi pada satu minggu sebelum hari "H".

Tentu saja baik persiapan maupun penutupannya ditandai dengan upacara khusus.

Tiga minggu sebelumnya, tanggal 8 bulan 12 diadakan acara makan bubur laba (baca: lapa).

Perayaan Musim Semi

Kata Imlek berasal dari dialek Amoi, bahasa Hokkian Selatan yang berarti "penanggalan bulan" atau yinli dalam bahasa Mandarin.

Di Indonesia orang menamakan tahun baru itu dengan kata "Imlek" yang di negeri asalnya disebut chunjie (perayaan musim semi).

Kegiatan perayaan itu disebut guo nian (memasuki tahun baru), di Jakarta lebih dikenal dengan sebutan konyan.

Begitu memasuki bulan 12 atau layue persiapan menyambutnya mulai dilakukan.

Semua persiapan itu berpedoman pada sebuah peribahasa, bunyinya kira-kira begini:

"Nak, nak, kamu jangan rakus, setelah lewat bulan laba kita merayakan Tahun Baru; di bulan laba kamu makan bubur laba beberapa hari, li li la la tanggal 23, 23 ada gula-gula, 24 membersihkan rumah, 25 masak tahu, 26 merebus daging kambing, 27 potong ayam, 28 merawat muka dan potong rambut, 29 buat roti kukus, 30 malam begadang, hari pertama tahun baru berpesta ria."

Permen untuk Dewa Dapur

Bubur laba dibuat dari beras, kacang-kacangan, buah zao.

Buah lonjong berbiji ini lebih besar dari biji rambutan. Kulitnya merah tua dengan daging putihnya yang manis.

Dengan yang Iain-lain jumlah jenis isi-bubur ini mencapai ± 10 macam.

Tapi, itu bukan harga mati. Bagi keluarga kurang mampu, beras dan buah zao merah saja cukup.

Pada tanggal 23 ada upacara penting karena dipercaya Dewa Dapur akan naik ke surga.

Hari itu sang Dewa akan melaporkan semua kejadian selama satu tahun di setiap keluarga kepada Tian.

Manusia pun mencari akal agar Tian tidak marah.

Caranya, hari itu sang Dewa disuguhi permen yang amat lengket dan manis, namanya guandongtang (baca: kuan tung tang).

Setelah makan permen itu, mulut sang Dewa yang terasa manis, diharapkan cuma melaporkan hal yang bagus-bagus.

Menurut versi lain, mulut sang Dewa terkancing akibat makan permen yang amat lengket.

Makanya, ia Cuma bisa senyam-senyum di depan Tian.

Berhubung upacara itu hanya berjarak seminggu dengan tahun baru, tanggal 23 disebut xiao nian atau "Tahun Baru Kecil".

Sebagian orang menyebut tanggal 23 yaoming de guandongtang atau "permen guandong peminta nyawa".

Usut punya usut, rupanya mereka percaya, sebelum memasuki Imlek semua utang sudah harus lunas.

Jelaslah, bagi yang berutang hari sengsara (karena harus membayar utang) pun semakin dekat.

Bagaimana dengan kegiatan bersih-bersih di tanggal 24?

Alkisah, seorang dewa bernama Dewa Tiga Mayat (San Shi Shen) ingin menjadi pahlawan bagi manusia dengan cara licik.

Ia menjelek-jelekkan manusia di hadapan Mahadewa Tertinggi (Yuhuan Dadi).

Dalam waktu singkat Mahadewa menerima 99.999 laporan tentang rencana manusia berontak melawannya.

Mahadewa marah bukan kepalang, memerintahkan Dewa Tiga Mayat memberi tanda khusus pada dinding rumah si manusia pemberontak, juga menyuruh laba-laba membuat jaring yang amat besar di langit-langit rumah.

Saking marah, ia pun menyuruh Dewa Pencabut Nyawa (Lingshenggong) turun ke Bumi di malam tahun baru untuk membunuh orang yang rumahnya sudah ditandai oleh Dewa Tiga Mayat!

Dewa Tiga Mayat, tanpa buang waktu, cepat-cepat terbang ke Bumi menuju rumah yang sudah ditandainya guna "menyelamatkan manusia".

Dengan demikian, dia akan dipandang manusia sebagai dewa terbaik.

Tak disangka, pimpinan dewa dapur mengetahui rencana busuknya.

Si Pimpinan cepat-cepat pergi ke Dewa Dapur di setiap rumah mencari akal bagaimana menghalangi niat busuk Dewa Tiga Mayat.

Akhirnya mereka sepakat menghapus bersih semua tanda yang dibuat Dewa Tiga Mayat.

Kagetlah ketika Dewa Pencabut Nyawa tiba di Bumi, ia tidak menemukan apa pun di rumah manusia.

Rencananya gagal total. Malah begitu akal liciknya terbongkar, Dewa Tiga Mayat pun dihukum kurungan di Iangit.

Sebaliknya, Dewa Dapur menjadi pahlawan. Itulah asal-usul ada hari- khusus membersihkan rumah sebelum Tdhun Baru.

Editor : Moh. Habib Asyhad

Baca Lainnya