Suar.ID -Lantaran dendam kepada mantan suaminya yang kedua, seorang ibu di Kota Tangerang, Provinsi Banten, menganiaya anak kandungnyan sendiri yang masih 1,5 tahun.
Yang bikin hati miris, penganiayaan itu berbuntut pada meninggalnya si bocah tak berdosa itu.
Kepala Kepolisian Sektor Jatiuwung Komisaris Eliantoro Jalmaf, Sabtu (19/1/2019), mengatakan, mendapat laporan dari pihak Rumah Sakit Bunda Sejati, Tangerang, Banten, pada Jumat (18/1/2019) malam, bahwa ada seorang anak tewas dengan luka bekas penganiayaan di tubuhnya.
Setelah diselidiki, diketahui anak itu adalah QLR.
Dia dilarikan ke rumah sakit oleh ibunya, RS (27), setelah menyadari tindakannya memukul anaknya berdampak fatal.
Baca Juga : Demi Mengejar Cinta Sejatinya, Pria Ini Bersepeda Sejauh Hampir 10 Ribu Km dari India ke Swedia
Namun, nyawa bocah itu tak dapat diselamatkan karena luka lebam disekujur tubuhnya terlalu parah.
Dari hasil visum luar pada korban, ditemukan lebam-lebam akibat benda tumpul pada punggung korban, juga luka di sekitar bibir
Bocah tersebut tinggal bersama RS dan ayah tirinya, Wage, di Kampung Gebang RT04/RW03 Kelurahan Sangiang Jaya, Kecamatan Periuk, Kota Tangerang.
Saat ini, jenazah QLR divisum di RS Umum Daerah Kabupaten Tangerang.
“Dari hasil visum luar pada korban, ditemukan lebam-lebam akibat benda tumpul pada punggung korban, juga luka di sekitar bibir. Kami akan melanjutkan dengan autopsi untuk memastikan akibat kematian,” kata Eliantoro.
Dari hasil pemeriksaan terhadap RS, terkuak bahwa ia kerap mencubit dan memukul QLR dengan tangan.
Hal itu disebabkan rasa sakit hati yang dipendam RS terhadap suami keduanya yang juga ayah QLR.
Rasa jengkel atau marah yang meledak-ledak disalurkannya dengan memukuli korban.
“Tersangka menikah tiga kali, yang pertama dengan warga asal Nusa Tenggara Timur, yang kedua dengan orang Palembang (Sumatera Selatan), sedangkan Wage (50) adalah suami yang ketiga. Korban adalah anak dari suami yang kedua,” kata Eliantoro.
Setelah QLR lahir pada 25 Juni 2017, bocah itu dititipkan pada seorang tetangga selama setahun karena ketidakmampuan RS dan suaminya secara ekonomi.
Baca Juga : Mata Hari, Agen Rahasia Perang Dunia I, Pernah Tinggal di Indonesia, dan Dikenal sebagai Pelacur Kelas Atas
Setelah menikah dengan Wage, kurang lebih empat bulan yang lalu RS mengambil kembali QLR.
Terkait peristiwa ini kepolisian telah memeriksa lima saksi, antara lain Wage, seorang tetangga, dan Ali Nafi Siregar selaku pemilik kontrakan yang ditempati RS.
Beberapa tetangga yang dimintai keterangan oleh kepolisian mengaku sering mendengar jeritan anak dari rumah RS.
Namun tak ada satu pun dari mereka yang berusaha menegur RS.
Sementara kepolisian belum menemukan bukti kuat keterlibatan Wage dalam penganiayaan itu.
Sebagai kelanjutan pemeriksaan, seorang psikiater akan diminta memeriksa kesehatan kejiwaan RS.
“Sejauh ini kondisi kejiwaan tersangka normal, tetapi kami akan periksa lebih lanjut,” kata Eliantoro.
Tinggal di kontrakan bekas garasi
Tetangga tersangka, Siti Nurrohmah (60), mengatakan, sering mendengar suara pukulan jika QLR sedang rewel atau menangis.
“Habis ada suara plak, pasti QLR lagsung berhenti menangis,” ujarnya.
Meskipun tinggal di rumah yang lokasinya berhadapan dengan kontrakan tersangka, Siti mengaku, tak mengenal tersangka secara dekat.
Dari keterangan beberapa warga sekitar, diketahui tersangka yang baru lima bulan tinggal di tempat itu memang lebih sering bersikap tertutup.
Baca Juga : Lewati Medan Terjal dan Licin, Perempuan Lumpuh Ini Harus Ditandu Sejauh 6 Km untuk Berobat ke Kota
Sebagai kelanjutan pemeriksaan, seorang psikiater akan diminta memeriksa kesehatan kejiwaan RS
Oleh karena itu, tak banyak warga yang mengetahui kondisi sehari-hari keluarga tersangka.
Bahkan, menurut Siti, tersangka juga melarang keras QLR keluar rumah ikut bermain dengan anak seusianya.
Siti menuturkan, sekitar satu minggu sebelum peristiwa penganiayaan itu, dia sempat melihat mata QLR tampak lebam.
“Ah itu karena kemarin jatuh di kamar mandi,” ucapnya sambil menirukan ucapan tersangka ketika ditanya penyebab luka memar di kedua mata QLR itu.
Pada Jumat sore saat QLR hendak dilarikan ke rumah sakit, Siti melihat ada darah yang mengalir dari hidung bocah itu.
“Waktu itu saya langsung pergi karena enggak tega melihat anak kecil, tubuhnya lunglai seperti habis ditabrak mobil,” katanya.
Siti dan beberapa warga lainnya mengatakan, tersangka dan suaminya baru lima bulan tinggal di kontrakan tersebut.
Mereka mengaku pada warga sebagai pasangan yang baru menikah.
Di rumah kontrakan bekas garasi mobil yang disewa seharga Rp800 ribu itu tersangka membuka usaha warung makanan dan minuman.
Baca Juga : Mengenal KKB Pimpinan Lekagak Telenggen, Kelompok Bersenjata Paling Berbahaya di Segitiga Hitam Papua
Namun, nampaknya usaha itu tidak membuahkan hasil seperti yang diharapkan.
Suami tersangka, yang bernama Wage, diketahui warga berprofesi sebagai sopir ojek daring.
“Habis buka usaha itu mereka jadi sering bertengkar, bahkan sebulan lalu yang perempuan (tersangka) sampai teriak minta tolong ke warga karena mengaku mau dibunuh suaminya,” kata Siti.
Kematian QLR di tangan ibu kandungya itu membuat Siti terkejut dan sedih.
“QLR itu anaknya cantik dan lucu, sedih sekali lihat dia sekarang jadi begitu,” ujarnya. (KRISTIAN OKA PRASETYADI/PANDU WIYOGA)
Artikel ini sebelumnya tayang di Kompas.ID dengan judul Bocah 1,5 Tahun Tewas Di Tangan Ibu Kandungnya