Mata Hari, Agen Rahasia Perang Dunia I, Pernah Tinggal di Indonesia, dan Dikenal sebagai Pelacur Kelas Atas

Sabtu, 19 Januari 2019 | 18:06
Sfreporter

Sosok Mata Hari di film dokumenter The Naked Spy.

Suar.Id -Margaretha Gertruida (Grietje) Zelle alias Mata Hari (atau Matahari) alias H21, selain dikenal sebagai penari erotis juga seorang mata-mata kelas dunia.

Mata Hari boleh jadi memang seorang spionase yang kontroversial.

Tapi sepak terjangnya sebagai spionase hampir tenggelam oleh ketenarannya sebagai penari steaptease bahkan cenderung sebagai pelacur kelas atas di Eropa.

Hingga sekarang banyak kalangan yang meragukan Mata Hari adalah seorang agen ganda bagi Jerman dan Prancis, khususnya saat Perang Dunia I berlangsung.

Baca Juga : Lewati Medan Terjal dan Licin, Perempuan Lumpuh Ini Harus Ditandu Sejauh 6 Km untuk Berobat ke Kota

Margaretha yang lahir di Leeuwarden, Belanda, 1 Agustus 1876 dan berasal dari keturunan orang Belanda asli, secara fisik tidak seperti ras Kaukasia lainnya.

Kulitnya halus kecoklatan dengan rambut hitam dan tubuh langsing semampai.

Sepintas orang mengira ia mempunyai darah Timur atau tepatnya Jawa.

Maklumlah banyak orang Belanda yang di masa kolonial kawin dengan orang Jawa yang dijajahnya.

Sejak kecil M’greet, panggilannya waktu kecil, sudah terlihat sebagai gadis berwajah cantik yang lincah dan tertarik dengan kemewahan dunia.

Dia juga sedikit suka membual.

Namun demikian, guru-gurunya menyukainya terutama karena kecepatan dan kecemerlangannya dalam mempelajari suatu bahasa.

Satu bakat luar biasa yang membantu mengembangkan kariernya di kemudian hari.

Margaretha menikah ketika usianya belum sampai 19 tahun.

Suaminya seorang veteran tentara Belanda, Rudolph McLeod namanya, yang usianya terpaut 20 tahun.

Mereka kemudian pindah ke Hindia Timur (sekarang Indonesia) dan tinggal secara berpindah dari Ambarawa, Tumpang, Banyubiru, Sindanglaya, hingga Medan.

Di daerah-daerah ini, dia mempelajari berbagai hal mulai dari bahasa, tarian, nyanyian, dan hal-hal sosial lainnya.

Baca Juga : Mengenal KKB Pimpinan Lekagak Telenggen, Kelompok Bersenjata Paling Berbahaya di Segitiga Hitam Papua

Sayang, rumah tangganya hancur berbarengan dengan meninggalnya anak pertamanya di Medan.

Suami-istri itu akhirnya memutuskan kembali ke Belanda dan bercerai.

Margaretha yang kehidupannya jatuh miskin akhirnya bertolak ke Prancis, untuk mengadu nasib.

Dia kemudian memutuskan menjadi seorang penari dan mengubah namanya menjadi Mata Hari.

Pengalaman hidup di dunia Timur membantu kariernya.

Nama yang berbau Melayu, kulit kecoklatan, rambut hitam dan menarikan tarian dari Timur adalah sesuatu yang eksotis bagi masyarakat Eropa.

Sesungguhnya yang menarik adalah wajah dan tariannya. Tarian yang sesungguhnya sangat amburadul untuk ukuran Timur.

Namun, Mata Hari memadukannya dengan kemolekan tubuh sehingga tariannya lebih cenderung sebagai striptease.

Untuk mendukung kariernya, dia membual sebagai perempuan kelahiran Jaffnapatam, India, dari seorang ayah Brahmana dan ibu penari di kuil.

Tak menunggu lama, Mata Hari menjadi bagian dari kehidupan jetset di Eropa.

Dia bisa melanglang ke berbagai negara sepert Prancis, Swiss hingga Jerman sebagai pesohor.

Baca Juga : Kontak Senjata antara TNI dan OPM, Satu Orang Prajurit Tewas

Dia juga bisa menjalin affair dengan berbagai orang penting di Eropa dan dikenal sebagai pelacur kelas atas.

Di antaranya dengan Trougot Von Jagow, seorang petinggi intel dari Jerman dan Baron Edouard van der Capellen dari Belanda.

Perang Dunia I yang diproklamirkan Agustus 1914 membuat perubahan dahsyat pada kehidupan dan karier Mata Hari.

Eropa yang terbelah membuat Mata Hari tidak bebas lagi berpergian.

Usianya yang beranjak tua dan tubuh yang semakin kaku untuk menari perlahan membuat kariernya memudar.

Kekayaannya mulai menyusut. Namun kecantikan dan kolega jetsetnya membuat dia tetap bisa bertahan di kalangan elite Eropa.

Hingga Mei 1916, seorang agen dari Jerman bernama Karl Kramer mengetuk pintu rumahnya di Den Haag.

“Maukah kamu membuat sedikit senang bangsa Jerman? Bayarannya sebesar 20 ribu franc,” ujar pria tersebut.

Kramer mengungkapkan keinginannya untuk merekrut Mata Hari menjadi spion Jerman. Tujuannya memata-matai Prancis.

Kehidupan sebagai pesohor yang penuh lika-liku dan flamboyan sesungguhnya memudahkannya menjadi seorang spion.

Baca Juga : Gegara Jarang Sarapan dan Makan Tak Teratur, Ada 2.000 Batu Empedu dalam Tubuh Wanita Ini

Apalagi kehidupan ekonomi sedang sulit. Mata Hari pun menerima tawaran Kramer.

Kramer pun mengajari Mata Hari menjadi spion, termasuk menggunakan alat-alat rahasianya.

Menurut beberapa versi, Mata Hari sempat masuk sekolah intelijen Jerman di Antwerp, Belgia, hingga beberapa pekan.

Yang pasti Mata Hari dibekali tiga botol tinta istimewa.

Botol pertama dan kedua berisi cairan tanpa warna yang digunakan untuk melembabkan kertas dan menulis di atasnya.

Botol ketiga berisi cairan biru kehijauan yang digunakan untuk menghapus tulisan tersebut.

Semua berita yang ditulisnya harus ditandatangani dengan sandi H21 dan dikirimkan ke Hotel de I’Europe di Amsterdam.

Resmilah Mata Hari menjadi agen mata-mata Jerman.

Petualangannya pun dimulai lagi dari Prancis, Inggris, beserta sekutunya.

Dia beralih dari ranjang satu ke ranjang lainnya serta berbagai pelukan para elite politik dan militer Inggris dan Prancis.

Baca Juga : Fenomena Terbentuknya 'Tembok Raksasa' Usai Gempa 7,8 SR Mengguncang Selandia Baru

Terbuktilah bahwa dunia intelijen seperti dalam film-film James Bond 007, sangat berhubungan erat dengan dunia seks.

Namun badan intelijen Inggris M15 segera mengendus bau busuk yang dibawa Mata Hari.

Mereka pun menginterogasinya dan mengidentifikasi Mata Hari sebagai Clara Benedix, spion Jerman.

Keduaanya kebetulan mempunyai nama asli yang sama yaitu Margaretha Zelle.

Namun M15 tidak bisa menemukan kesalahannya sehingga dia dilimpahkan ke dinas intelijen Prancis.

Akhirnya, Mata Hari pun ditangkap dan diinterogasi sebelum akhirnya disidangkan dalam mahkamah militer.

Masyarakat Prancis heboh begitu mendengar pesohor yang sangat terkenal dan sangat diimpi-impikan oleh jutaan lelaki Eropa ternyata menjadi pesakitan dengan tuduhan sebagai agen intelijen musuh.

Mereka berbondong-bondong memenuhi ruangan tiap kali sidang digelar.

Semua pembelaan Mata Hari sia-sia. Pengadilan tetap memutuskan hukuman mati bagi Margaretha Gertruida Zelle alias Mata Hari alias H21.

Grasi yang ditujukan kepada Presiden Prancis, juga ditolak.

Pagi hari 15 Oktober 1917, 12 senapan regu tembak mengarah ke dirinya. Dengan tabah, dia menolak menutup mata.

Mata Hari yang bertubuh sedikit gemuk montok, berwajah cantik namun murung, masih sempat melepaskan ciuman jarak jauh pada regu tembak.

Sebelum akhirnya peluru tajam dari senapan yag menyalak serentak menghujam tubuhnya.

Tak ada keluarga yang mau mengurusi jenazah mata-mata musuh ini.

Jasadnya akhirnya diserahkan pada sekolah kedokteran di Prancis untuk jadi bahan praktik otopsi.

Tag

Editor : Moh. Habib Asyhad