Inilah Ritual Pati Obong, Saat Para Janda Sukarela Membakar Diri Demi Menjaga Kehormatannya

Kamis, 10 Januari 2019 | 21:11
Bloomberg

tradisi pati obong, membakar diri demi menjaga kehormatan

Suar.ID - Tradisi Sati (India) atau yang biasa dikenal dengan sebutan Pati Obong di Jawa memang cukup menarik perhatian.

Bukan sembarang tradisi, ritual ini adalah bunuh diri dengan terhormat.

Sati atau Pati Obong adalah ritual yang telah dipraktikkan secara luas sejak abad ke-17 di India, dalam budaya Hindu yang kental.

Para wanita yang ditinggal mati suaminya akan berbaring di samping jasad sang suami untuk dibakar hidup-hidup bersama mayat sang suami.

Baca Juga : Bingung Uangnya Mau Dibuang Kemana, Pria Ini Beli Puluhan Motor Mahal Untuk Dijadikan Pagar Rumah

Awalnya, tradisi ini marak dilakukan saat perang antar kerajaan, karena pada saat itu akan banyak korban para prajurit atau raja yang terbunuh.

Sebagai harta tawanan perang tentu saja adalah istri dan selir-selirnya.

Para wanita itu akan dibawa untuk disetubuhi ramai-ramai dan itu dianggap mencoreng harga diri seorang wanita.

Maka, untuk menjaga kehormatannya, mereka secara sukarela memilih untuk bunuh diri dan membakar dirinya hidup-hidup.

Lambat laun, tradisi ini mulai pudar seiring perkembangan zaman.

Baca Juga : Mengaku Tak Terlibat, Polisi Temukan Bukti Vanessa Angel Terima Transfer Uang Hingga 15 Kali dari Muncikari

Namun tekanan sosial bagi para wanita yang ditinggal mati suaminya ini begitu besar sehingga mereka dari sukarela menjadi dipaksa melakukan pati obong.

Bahkan kadang jika wanita itu tidak mau membakar dirinya, anggota badan si wanita akan dipatahkan supaya tidak kabur.

Kadang-kadang, para wanita akan melarikan diri dan berguling keluar dari tumpukan kayu bakar, namun didorong kembali dengan tongkat bambu ke dalam kobaran api.

outlookindia

salah seorang wanita India yang melakukan pati obong sambil memangku suaminya

Salah satu cerita terkenal mengenai pati obong ini adalah Angling Dharma dan istrinya, Setyawati.

Baca Juga : Permintaan Terakhir Siswi SMK di Bogor yang Tewas Dibunuh Akhirnya Terkabul saat Disemayamkan

Setyawati merasa tersinggung dengan tingkah suaminya dan meragukan kasih sayang dari Angling Dharma.

Menurut Setyawati, melakukan pati obong akan mengembalikan kehormatan dan harga dirinya.

Setyawati lalu bersumpah untuk melakukan Pati Obong pada hari ke 14 saat malam bulan purnama.

Angling Dharma juga memutuskan untuk menemani Setyawati dan mereka akan melakukan pati obong bersama.

Tapi, Angling Dharma malah mengingkari janjinya dan tidak ikut terjun ke dalam api saat istri tercintanya telah luruh menjadi abu.

Pati obong juga terkadang dilakukan karena ingin membuktikan sesuatu yang benar, seperti dalam kisah Rama dan Shinta.

Di India, tradisi ini telah dilarang oleh pemerintah kolonial Inggris sejak tahun 1859.

Tapi masih dipraktikkan secara sembunyi-sembunyi dibeberapa daerah bagian India.

Pemerintah India juga melarang hal ini dan akan menghukum siapapun yang masih memaksa para wanita ini untuk ikut dibakar bersama mayat suaminya.

Di Indonesia sendiri pernah mencatat peristiwa Pati Obong terbesar pada tahun 1691.

Saat itu, Raja Blambangan, Pangeran Tawang Alun II meninggal dan akan dikremasi.

Pangeran Tawang Alun II memiliki 400 istri.

Dari 400 istri itu, 270 di antaranya melakukan Pati Obong dan ikut dibakar dalam upacara kremasi Pangeran Tawang Alun II.

Ternyata bukan hanya Romeo dan Juliet yang punya kisah cinta tragis, tapi Pangeran Tawang Alun II juga.

Baca Juga : Sering Bermimpi tentang Seseorang? Ini Alasan Kenapa Si Dia Selalu Hadir dalam Mimpimu

Tag

Editor : Aulia Dian Permata