14 Tahun Tsunami Aceh: Ini Peta Wilayah Indonesia yang Rawan Tersapu Tsunami, Jawa dan Sumatera Harap Waspada

Rabu, 26 Desember 2018 | 13:51
Kompas.com

14 tahun tsunami Aceh

Suar.ID -Hari ini tepat 14 tahun tsunami Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004 silam.

Tsunami terbesar yang menghantam Indonesia itu sempat diawali dengan gempa berkekuatan 9,1 - 9,3 skala Richter di dasar laut Sumatera.

Ombak menerjang daratan hingga setinggi 30 meter dan mampu menyapu pohon kelapa yang tinggi di pinggir pantai.

Ombal tsunami menyerang berbagai negara dan Indonesia menjadi satu dari lima negara di Asia Tenggara yang korban jiwanya paling besar sekitar 165 ribu orang.

Baca Juga : BNPB Yakin Gunung Anak Krakatau Tak Akan Meletus Dahsyat Seperti Tahun 1883 Silam, Ini Penjelasan Sutopo

Gempa yang menyebabkan tsunami ini juga tercatat sebagai gempa terdahsyat ketiga di dunia dengan durasi gempa terlama sepanjang sejarah sampai lebih dari 8 menit.

Indonesia seperti ditakdirkan Tuhan menjadi rumah bagigempa dan tsunami, bahkan peta wilayah Indonesia rawan tsunami pun ada.

Maklum, posisi Indonesia terletak di pertemuan empat lempeng tektonik dunia.

Yakni lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia ,dan Samudera Pasifik.

Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatra - Jawa - Nusa Tenggara-Sulawesi.

Baca Juga : Seperti Ini Tradisi Natal Keluarga Kerajaan Inggris yang Unik, Ada Acara Tukar Kado Juga Lo!

Sisi-sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa.

Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor.

Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika Serikat (Arnold, 1986).

Peta Indeks Rawan Bencana (BNPB).

Gempa bumi yang disebabkan karena interaksi lempeng tektonik dapat menimbulkan gelombang pasang apabila terjadi di samudera.

Baca Juga : Dinikahi Pengusaha Kaya asal Malang, Momo Geisha Bagi-bagi Suvenir Uang Dollar Saat Acara7 Bulan Kehamilan

Dengan wilayah yang sangat dipengaruhi oleh pergerakan lempeng tektonik ini, Indonesia sering mengalami tsunami.

Tsunami yang terjadi di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh gempa-gempa tektonik di sepanjang daerah subduksi dan daerah seismik aktif lainnya (Puspito, 1994).

Selama kurun 1600-2000 terdapat 105 kejadian tsunami.

Sejumlah 90 persen di antaranya disebabkan oleh gempa tektonik, 9 persen oleh letusan gunung berapi dan 1 persen oleh tanah longsor (Latief dkk., 2000).

Wilayah pantai di Indonesia merupakan wilayah yang rawan terjadi bencana tsunami.

Terutama pantai barat Sumatera, pantai selatan Pulau Jawa, pantai utara dan selatan pulau-pulau Nusa Tenggara, pulau-pulau di Maluku, pantai utara Irian Jaya dan hampir seluruh pantai di Sulawesi.

Laut Maluku adalah daerah yang paling rawan tsunami. Dalam kurun 1600-2000, di daerah ini telah terjadi 32 tsunami.

Sejumlah 28 di antaranya diakibatkan oleh gempa bumi dan 4 oleh meletusnya gunung berapi di bawah laut.

Berikut adalah peta wilayah Indonesia rawan tsunami dari BMKG

Peta wilayah rawan tsunami Indonesia (BMKG).

Baca Juga : Dinikahi Pengusaha Kaya asal Malang, Momo Geisha Bagi-bagi Suvenir Uang Dollar Saat Acara7 Bulan Kehamilan

Seperti dilansir Kompas.com, Direktur Magister Studi Manajemen Bencana, Sekolah Pascasarjana UGM, Prof Sudibyakto, menyatakan bahwa Bali sebenarnya punya potensi besar diterjang tsunami.

Bali pun rawan terkena gempa karena berada di posisi cincin api pasifik.

"Bali termasuk daerah berisiko kena tsunami tinggi dengan pantai dataran rendah, tapi untungnya dilindungi oleh pulau Jawa dan Sumatera dari kejadian tsunami di samudera Hindia tahun 2004,” ujarnya.

KALIMANTAN BELUM TENTU AMAN

Mengutip laman geomagz.geologi.esdm.go.id, sejatinya Pulau Kalimantan tidak sepenuhnya lepas dari potensi terjadinya gempa bumi.

Ini terbukti dari kejadian gempa bumi magnitudo 6 yang terjadi pada 5 Juni 2015 di wilayah Ranau.

Juga gempa bumi magnitudo 5,7 yang berpusat di 413 km timur laut Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara pada 25 Februari 2015.

Hingga kini, data penelitian kegempaan di Kalimantan memang masih minim.

Baca Juga : Begini Rutinitas Bangsawan Wanita Tercantik Eropa Dalam Sejarah Eropa

Secara garis besar, gempa bumi di Indonesia disebabkan oleh zona tumbukan antara Lempeng Eurasia dengan Lempeng Indo-Australia.

Menurut Minster dan Jordan (1978 dalam Yeats, 1997), Lempeng Eurasia yang bergerak ke arah tenggara dengan kecepatan sekitar 0,4 cm per tahun bertumbukan dengan Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke arah utara dengan kecepatan sekitar 7 cm per tahun.

Zona tumbukan ini berada di sebelah barat Pulau Sumatra, selatan Pulau Jawa, hingga selatan Bali dan Nusa Tenggara, dan membentuk palung laut yang dikenal sebagai zona subduksi.

Sementara, letak Pulau Kalimantan yang jauh dari zona subduksi membuatnya lebih stabil secara tektonik.

Namun, benarkah Pulau Kalimantan lebih aman dari kejadian gempa bumi?

Ternyata jawabannya tidak. Pulau Kalimantan masih memiliki risiko diguncang gempa.

Risiko guncangan gempa diperkuat dengan adanya endapan batuan yang lunak di morfologi dataran Pulau Kalimantan.

Sementara itu, perlu diingat Pulau Kalimantan memiliki struktur geologi yang didominasi oleh sesar dan lipatan, dua faktor yang bisa memicu terjadinya gempa bumi.

Di samping itu, juga terdapat penunjaman Borneo di barat laut Sabah, penunjaman Sulu di timur laut Sabah, dan penunjaman Sulawesi Utara di timur Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur.

Inilah yang menyebabkan Pulau Kalimantan tidak sepenuhnya lepas dari risiko gempa bumi.

Baca Juga : Misteri Dentuman di Langit Jawa dan Sumatera Sempat Dikira Erupsi Gunung Anak Krakatau tapi Ternyata Bukan!

Tag

Editor : Aulia Dian Permata

Sumber Intisari