Suar.ID - Surat kabar Australia The Saturday Paper (SP), pada Sabtu (22/12), menyebut TNI telah menggunakan senjata kimia saat melakukan pengejaran anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua.
Seperti dilansir dari Grid Hot, SP menyebut, berdasarkan gambar yang mereka terima tampak ada luka bakar di tubuh seorang korban serangan militer Indonesia di Nduga, Papua.
Tujuh orang disebut telah meninggal akibat serangan tersebut dan ribuan orang lainnya melarikan diri ke perbukitan.
Foto-foto lain yang diterima SP menunjukkan 'bom berujung kuning', yang dikumpulkan oleh penduduk desa.
Baca Juga : Link Live Streaming Juventus vs AS Roma via MAXStream: Bisakah Serigala Ibukota Menjegal Nyonya Tua?
SP juga menyebut, berdasarkan foto yang mereka terima, sejumlah senjata yang digunakan oleh TNI tampak seperti fosfor putih, senyawa kimia yang dilarang di bawah hukum internasional untuk digunakan sebagai senjata perang.
Salah satu foto menunjukkan seorang pria terbalut perban basah, berupaya meringankan rasa sakitnya akibat terkena senjata yang disebut sebagai fosfor putih itu.
Foto yang lain disebut menunjukkan seorang wanita di samping makam seseorang yang terbunuh dalam pemboman.
Adapula foto yang disebut menggambarkan beberapa peluru yang tidak meledak dengan hati-hati dikumpulkan oleh penduduk desa.
Sisanya, disebut foto-foto korban meninggal akibat serangan bom yang dilakukan TNI.
Foto-foto itu dikatakan diambil antara tanggal 4 dan 15 Desember 2018.
Tiga orang tewas berasal dari sebuah desa bernama Mbua, di wilayah Nduga.
Nama mereka adalah Mianut Lokbere, Nison Tabuni dan Mendus Tabuni.
Empat orang lainnya terbunuh di sebuah desa bernama Yigili.
"Itu terjadi pada 15 Desember 2018," kata seorang pria Mbua kepada The Saturday Paper.
“Pukul 11.25 waktu setempat. Mereka mati karena tentara Indonesia membom mereka dari helikopter," ujar sumber tersebut.
Sumber mengatakan setidaknya empat desa telah diserang, dari udara, dari artileri dan dari pasukan darat.
Tentara Indonesia telah menutup daerah itu.
Baca Juga : Penjaga Gerbang Hutan Bunuh Diri Aokigahara Berharap Musik Bisa Menjadi Penyelamat
The Saturday Paper menyebut TNI melakukan serangan udara usai insiden pembantaian pekerja Trans Papua.
Selain dugaan penyebaran fosfor putih, The Saturday Paper juga menyebut TNI menjatuhkan berbagai bahan peledak dan sejumlah pecahan peluru berkekuatan tinggi hingga menyelimuti desa-desa.
Pemerintah Australia juga mengamini kekerasan yang terjadi di Nduga itu.
"Pemerintah Australia sadar akan terus melaporkan kekerasan di Nduga, Papua, termasuk laporan yang tidak diverifikasi tentang dugaan penggunaan 'proyektil fosfor'," kata seorang juru bicara seperti dikutip.
“Pemerintah mengutuk semua kekerasan di Papua, yang mempengaruhi warga sipil dan pihak berwenang. Kami akan terus memantau situasi, termasuk melalui misi diplomatik kami di Indonesia,” ujar juru bicara tersebut.
Fosfor putih merupakan bahan yang terbuat dari alotrop yang umum dari unsur kimia fosfor yang digunakan dalam asap, iluminasi pelacak, dan amunisi.
Bantahan Kapendam Cenderawasih
Terkait tuduhan media Australia itu, TNI melalui Kapendam XVII Cenderawasih Kolonel Inf Muhammad Aidi menegaskan bahwa pihaknya tidak menggunakan bom fosfor itu.
"TNI tidak pernah dan tidak akan mau memiliki dan menggunakan senjata kimia pembunuh massal, termasuk bom fosfor (white phosphorus). Apalagi di Papua kami tidak memiliki senjata artileri dan tidak punya pesawat tempur," ujarnya dalam keterangan tertulis.
Baca Juga : Billy Syahputra Diduga Terkena Pelet, Ini 5 Tanda Orang Terkena Gendam Seperti Kata Mbah Mijan
Dia juga menyebut bahwa bom fosfor sifatnya membunuh secara massa dan ditembakkan menggunakan senjata meriam artilerei atau pesawat tempur.
Jika ditembakkan akan berdampak fatal pada daerah tersebut.
"Alutsista TNI yang ada di Papua hanya pesawat heli angkut jenis Bell, Bolco dan MI -17. Tidak ada pesawat serbu apalagi pengebom. Bila benar TNI menggunakan Bom Phosphor maka paling tidak seluruh Nduga sudah habis terbakar dan seluruh manusia dan hewan yang ada di sana sudah mati," papar Aidi.
Lebih dari itu, Aidi juga menyebut bahwa isu penggunaan bos fosfor itu sebagai propaganda semata dan fitnah.
"Anehnya orang-orang yang membuat berita propaganda adalah orang-orang konyol dan bodoh, yang tidak mempelajari terlebih dahulu karakteristik suatu senjata atau barang, yang penting bisa membuat berita bohong, menyesatkan atau menfitnah," paparnya.