Tradisi Kepala Manusia Sebagai Mas Kawin Suku Naulu di Pulau Seram

Kamis, 20 Desember 2018 | 06:00
Istimewa

Ikat kepala sebagai penanda kedewasaan.

SUAR.ID-Lokasinya yang jauh dari pusat kota membuat masyarakat Naulu masih hidup secara tradisional.

Tidak seperti masyarakat Indonesia pada umumnya, kebanyakan penduduk suku ini tidak memeluk agama apa pun.

Mereka memiliki kepercayaan yang telah diwariskan secara turun temurun.

Untuk bertahan hidup, penduduk suku Naulu akan berladang dan berburu.

Baca Juga : Inneke Koesherawati Akui Pakai Bilik Asmara Bersama Fahmi tapi Enggan Jawab Soal Intensitas Pemakaiannya

Masyarakat yang mendiami Pulau Seram, Maluku ini memiliki tradisi yang mengerikan bagi sebagian besar orang.

Bagi mereka, berburu kepala manusia merupakan persembahan kepada nenek moyang.

Tradisi inilah yang membuat suku Naulu dianggap sebagai suku primitif.

Mereka percaya bahwa tradisi ini wajib untuk dilakukan agar terhindar dari bahaya atau musibah.

Selain itu, tradisi ini dianggap sebagai sebuah kebanggaan dan simbol kekuasaan.

Kepala manusia memiliki arti penting bagi suku ini. Maka, tidak heran bila kepala manusiajuga dijadikan sebagai mas kawin ketika seseorang dalam suku Naulu akan menikah.

Pada zaman dahulu,rajasuku Naulu menggunakan cara ini untuk memilih seorang menantu laki-laki.

Sebagai bukti kejantanan, sang pria harus membawa kepala manusia sebagai mas kawin.

Persembahan kepala juga dilakukan saat penduduk mengadakan sebuah ritual Pataheri, ritual yang dilakukan sebagai perayaan atas dewasanya seorang anak laki-laki.

Bagi remaja yang berhasil memenggal kepala seseorang, mereka akan mengenakan ikat kepala merah sebagai simbol kedewasaan.

Tradisi ini sempat dinyatakan hilang pada awal tahun 1900-an.

Namun, beberapa sumber mengatakan bahwa tradisi ini masih dilakukan hingga tahun 1940-an. Setelah bertahun-tahun, tradisi ini tidak lagi terdengar.

Hingga akhirnya, pada tahun 2005, ditemukan dua mayat tanpa kepala dikecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah.

Kedua mayat tersebut diidentifikasi bernama Bonefer Nuniary dan Brusly Lakrane, yang ditemukan dalam kondisi mengenaskan karena bagian tubuhnya telahdipotong-potong.

Tribun Jambi

Tengkorak kepala yang dipenggal.

Seperti dikutip dariTribun Jambipada Rabu (17/10/2018), hasil penyelidikan menunjukkan bahwa keduanyadibunuh oleh Suku Naulusebagai persembahan kepada leluhur.

Baca Juga : Ditanya tentang Cita-citanya, Jan Ethes Mantap Jawab Ingin Jadi Presiden seperti 'Mbah Owi'

Pelakunya merupakan warga dengan marga Sounawe, yang melakukan ritual ini untuk memperbaiki rumah adat mereka.

Kejadian ini membuat para pelaku mendapat hukuman yang cukup berat. Ketiga pelaku,Patti Sounawe, Nusy Sounawe, dan Sekeranane Soumorry dijatuhi hukuman mati.

Sedangkan tiga pelaku lainnya, Saniayu Sounawe, Tohonu Somory, dan Sumon Sounawe dipenjara seumur hidup.

Sejak kejadianini, lembaga hukum berusaha untuk melakukan sosialisasi kepada semua pihak tentang adanya hukuman tegas bagi tindakan pembunuhan.

Kini, tradisi penggal kepalatelah dihapus dan tidak terdengar lagi adanya korban yang menjadi persembahan.

Baca Juga : Kisah Pilu Perempuan Uighur di Kamp Tahanan Tiongkok: Lebih Baik Mati Daripada Mendapat Penyiksaan Ini

Artikel ini pernah tayang di national Geographic Indonesia dengan judul: Kepala Manusia Sebagai Mas Kawin dan Tradisi Penggal Kepada Suku Naulu

Editor : Yoyok Prima Maulana

Baca Lainnya