Produk Organik Ternyata Jauh Lebih Merugikan Bagi Bumi, Lho Kok Bisa?

Senin, 17 Desember 2018 | 15:55
Bloomberg.com

Produk organik ternyata tak sebaik yang kita bayangkan.

Suar.ID -Kampanye penggunaan produk-produk organik, termasuk tanaman organik, sedang masif-masifnya belakangan ini.

Organisasi ini dimaksudkan dengan alasan membantu merawat bumi yang katanya sedang sekarat.

Menurut sebuah penelitian terbaru, apa yang dikampanyekan selama ini ternyata salah kaprah.

Menurut penelitian itu, penggunaan tanaman organik sebenarnya justru lebih berbahaya dari yang kita kira.

Baca Juga : Curhat Anak SD Saat Pembagian Rapor Ini Bikin Mengelus Dada Tapi Juga Ketawa!

Seperti dilaporkanIFL Science pada Jumat (14/12) kemarin, para peneliti dari Chalmers University of Technology melihat dampak produksi makanan organik dan konvensional terhadap iklim.

Mereka lalu menemukan, tanaman organik menghasilkan hasil panen yang lebih sedikit.

Maklum saja, tanaman organik memang tidak menggunakan pupuk kimia yang biasa digunakan untuk merangsang tanaman supaya hasilnya lebih banyak.

Karena hasilnya sedikit, maka diperlukan lahan yang lebih banyak untuk menghasilkan panen yang juga banyak.

Untuk mendapatkan lahan tambahan, kita mesti membuka lahan baru, artinya terjadi deforestasi di situ.

Para peneliti juga menyimpulkan, makanan organik punya dampak lebih besar terhadap iklim dibanding makanan konvensional.

Hal ini lantaran emisi karbon dioksida tambahan dari proses deforestasi akibat produksi organik kurang efesien.

“Penggunaan lahan yang lebih besar untuk produksi organik secara tidak langsung mengarah pada emisi karbon dioksida yang tinggi akibat deforestasi,” ujar Stefan Wirsenius dilansir IFL Science.

Baca Juga : Ayu Ting Ting dan Keluarga Liburan di Vila Mewahnya Seharga Rp7 Miliar, Lihat Kondisi Dapurnya

Kita tahu, produksi pangan dunia diatur oleh perdagangan internasional.

“Jadi, apa yang kita tanam di Swedia memengaruhi deforestasi daerah tropis.”

Artinya, jika kita memakai lebih banyak lahan untuk menghasilkan panen yang lebih banyak, menurut Wirsenius, kita berkontribusi secara tidak langsung terhadap deforestasi di tempat di dunia.

Studi yang dipublikasikan di jurnal Nature menemukan, kacang polong organik yang dibudidayakan di Swedia memiliki dampak 50 persen lebih besar terhadap iklim dibanding kacang polong yang ditanam dengan metode konvensional.

Untuk bahan makanan lainnya, ada perbedaan yang jauh lebih besar.

Gandum Swedia, misalnya, dampaknya mendekati 70 persen.

Para peneliti mengevaluasi efek penggunaan lahan yang lebih besar pada emisi karbon dioksida, yang mereka sebut "Biaya Peluang Karbon".

Mereka memperhitungkan berapa banyak karbon yang tersimpan di hutan yang akan dilepaskan sebagai akibat dari deforestasi, yang mereka katakan belum dipertimbangkan sebelumnya ketika menilai dampak makanan organik pada lingkungan.

“Ini adalah pengawasan besar, karena seperti yang diperlihatkan studi kami, efek ini bisa berkali-kali lebih besar daripada efek gas rumah kaca," ujar penulis.

Tak hanya tanaman organik, para peneliti juga bilang, dampak yang ditimbulkan ini juga berlaku untuk produksi daging organik.

Baca Juga : Kata Michael Essien Eks Pemain Persib Bandung: Kelemahan Pemain Indonesia Takut Main di Luar Negeri

Sapi perah organik yang diberi makan biji-bijian organik sebagai contoh.

Pertanian organik mungkin lebih baik dalam beberapa hal.

Namun, ketika menyangkut dampak iklim, penelitian ini menunjukkan bahwa makanan organik adalah alternatif yang jauh lebih buruk.

Untuk tahu lebih banyak soal apakah produk organik baik bagi kita atau tidak, silakan tonton video ini:

Tag

Editor : Moh. Habib Asyhad