Suar.ID - Fakta-fakta baru terkait kasus pembantaian pekerja PT Istaka Karya di Nduga, Papua kembali terungkap.
Peristiwa berdarah yang menelan puuhan korban ini terjadi pada Mingu, 2 Desember 2010 kemarin.
Sebelumnya, beredar pemberitahuan dari pimpinan KODAP III Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat, Egianus Kogoya melalui laman Facebook TPNPB.
Dalam tulisan tersebut, Egianus mengklaim kalau aksi pembunuhan yang terjadi di Nduga pada tanggal 2 Desember 2018 bukanlah pembunuhan warga sipil.
Baca Juga : Kesaksian Korban Selamat dari Pembantaian KKSB di Papua: 'Kami Disekap Tanpa Baju Dalam Suhu Nol Derajat'
Menurut Egianus, TPNPB membunuh anggota TNI yang berada di sekitar lokasi.
"Bukan warga sipil yang kami tembak, tapi itu Anggota Militer murni TNI Dansipur (mungkin maksudnya Denzipur) dengan identitas lengkap dan 2 pistol sebagai barang bukti kami sita," tulis Egianus.
Egianus juga menjelaskan kalau petugas di satuan Denzipur memang tidak memakai pakaian dinas TNI dan tidak disertai senjata.
Para anggota Denzipur itu menjadi tukang bangunan jembatan di Kali (sungai) Jigi dan Aworak serta tinggal di sebuah lokasi yang disebut dengan sandi 55.
Baca Juga : Begitu Eksotisnya Anggrek Hitam Papua, Tapi Harganya Bikin Klenger
Egianus melanjutkan, "Apa artinya 55? Mereka pekerja satuan Denzipur selalu pakai kode 55. Ini hanya tentara Indonesia yang tahu. Mereka itu TNI,".
Kesaksian berbeda diungkap oleh salah seorang korban yang selamat dari pembantaian kala itu bernama Jimmy Rajagukguk.
Minggu sore itu, para korban dalam keadaan diikat dan diminta berjalan jongkok. Korban tak memakai pakaian dan alas kaki.
Lokasi pembantaian ada di Puncak Kabo dan sebelum mulai ditembaki, para korban diminta mengaku sebagai TNI.
Jimmy juga menambahkan kalau beberapa korban bahkan harus menjalani syuting video untuk mengaju sebagai anggota TNI.
Ada tiga orang rekan Jimmy yang ketakutan dan dalam ancaman pembunuhan akhirnya bersedia untuk mengaku dan direkam.
Tiga korban itu dipaksa menenteng senjata laras panjang milik KKSB (kelompok kriminal separatis bersenjata).
"Jadi mereka (KKSB) bawa alat kamera untuk merekam. Tiga teman kami diminta mengaku jadi anggota Tni. Satu Kopassus, BIN, dan BAIS. Saya pribadi enggak tahu maksud mereka. Di Puncak Kabo saat tu semua orang ketakutan, disiksa dan cuma bisa berdoa agar dilindungi Tuhan," kata Jimmy dilansir dari Kompas.com Rabu (12/12/2018).
Setelah proses syuting video itu, mereka dikumpulkan lagi jadi satu dan ditembak dengan jarak kurang lebih 2 meter menggunakan 6 senjata laras panjang dan 3 pistol.
"Senjata itu digunakan untuk menembak kami. Ada tari-tarian yang mereka lakukan. Lalu mereka menembak sambil mengelilingi kami, menari. Saat itu, tembakan jadi tidak terarah dan beberapa di antara kami tidak kena tembak," lanjut Jimmy.
Ada 11 orang yang luput dari tembakan namun berpura-pura mati. Usaha itu sukses, 11 korban ini bisa melarikan diri.
Sayangnya, 5 korban di antara mereka berhasil dikejar dan ditembak mati oleh KKSB.
4 korban selamat berhasil ditemukan dan 2 sisanya hingga kini belum diketahui keberadaannya.
Baca Juga : Bagian Tubuh yang Pertama Disiram saat Mandi Ternyata Bisa Tunjukkan Kepribadianmu, Ini Daftar Lengkapnya