Menurut Kodam XVII/Cendrawasih, Ini yang Membuat TNI Kesulitan Meringkus KKB yang Berafiliasi dengan OPM

Senin, 10 Desember 2018 | 15:18
Google Maps

Distrik Yigi, Nduga, diduga sebagai lokasi ditembaknya 31 pekerja pembangun Trans Papua.

Suar.ID -Meringkus Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang berafiliasi dengan Organisasi Papua Merdeka (OPM) bukanlah perkara mudah.

Paling tidak, seperti itulah yang disampaikan Kapendam Cendrawasih, Muhammad Aidi, kepada BBC News Indonesia, seperti dilaporkan Tribunnews.com pada Senin (10/12).

Menurutnya, jika berada di tengah kampung penduduk, kelompok itu akan meletakkan senjata dan berbaur dengan masyarakat, sehingga sulit untuk dikenali.

Tapi yang jelas, “Mereka harus tertangkap, hidup atau mati,” ujarnya.

Baca Juga : Skandal Wawan Check In Hotel Bersama Artis Muda, 5 Selebriti Ini Pernah Dikabarkan Dekat dengan Wawan

KKB, masih menurut Aidi, menggunakan pola operasi gerilya, yang memungkinkan mereka bisa berada di mana-mana.

Tak hanya itu, mereka juga sudah hafal betul dengan medan yang ada, berbeda dengan beberapa anggota TNI.

Lebih-lebih, “Kami tak mengenal secara fisik orang-orang itu, kita tak pernah bertemu dengan mereka,” tambahnya yang mengaku hanya mengenal mereka dari foto-foto atau sinyalemen lain.

Kapendam Aidi juga menegaskan, hal lain yang mempersulit penumpasan adalah fakta bahwa para kombatan ini adalah bagian dari masyarakat.

“Beda halnya dengan kalau kita mengejar teroris di Jawa atau di Sulawesi, misalnya. Tak ada masyarakat yang mendukung teroris itu,” tambahnya.

Apa yang disampaikan Aidi itu tentu saja merupakan kerumitan yang harus segera dicari jalan keluarnya.

Dan untuk itu, salah satu langkah yang akan mereka tempuh adalah melakukan pendekatan ke masyarakat setempat.

Baca Juga : Skandal Wawan Check In Hotel Bersama Artis Muda, 5 Selebriti Ini Pernah Dikabarkan Dekat dengan Wawan

“Bahwa yang dilakukan oleh para pelaku itu adalah tindakan tidak manusiawi dan tindakan yang sangat keji. Sehingga tak perlu dibela. Jadi kita akan selalu melakukan pendekatan,” pintanya.

Kita tahu, pada 1 Desember lalu, 28 pekerja PT Istaka Karya yang mengerjakan pembangunan jembatan Yigi di Kabupaten Nduga sedang diliburkan.

Hal itu karena pada hari yang sama sedang peringatan 1 Desember, yang oleh kalangan tertentu dirayakan sebagai hari kemerdekaan Papua.

Menurut Aidi, sejumlah karyawan melakukan pemotretan acara itu, yang ditanggapi dengan curiga.

Tak lama berselang, sekitar 50-an orang mendatangi kamp PT Istaka Karya sembari menodongkan senjata. Mereka lalu mengikat tangan para pekerja itu.

Karyawan-karyawan itu kemudian digiring keluar menuju Kali Karunggame.

Besoknya, masih menurut jubir Kodam Cendrawasih, mereka ditembaki.

Sebagian meninggal di tempat sebagian lagi pura-pura mati terkapar.

Orang-orang bersenjata itu melanjutkan perjalanan menuju bukit Puncak Kabo, lalu 11 orang karyawan yang pura-pura mati berusaha melarikan diri.

Sial, lima dari mereka berhasil ditangkap kembali dan dibacok hingga tewas di tempat. Sementara sisanya, berhasil melarikan diri.

Baca Juga : 155 Warga Malaysia Tertipu Investasi Durian Musang King, Kerugiannya Capai Rp4,5 Miliar

Dalam rangka mengejar sisa karyawan yang melarikan diri, kelompok itu sempat menyerang sebuah pos TNI dan menewaskan seorang prajurit.

Sempat ada simpang siur terkait berapa sebenarnya jumlah orang yang menjadi korban KKB.

Kabar pertama yang menyebut ada 31 orang yang tewas, berdasarkan laporan dari pendeta Wilhelmus Kogoya dari gereja distrik Yigi.

Tapi dalam perkembangannya, polisi dan TNI memastikan bahwa korban tewas berjumlah 20 orang, yang terdiri atas 19 karyawan dan satu tentara.

"Itu berdasarkan penuturan dan kesaksian Johny Aritonang, korban yang berhasil melarikan diri," kata Kapendam Cendrawasih Muhammad Aidi.

Menurut TNI, aksi kekerasan ini didalangi oleh KKB pimpinan Egianus Kogoya yang merupakan sempalan dari kelompok Kelly Kwalik, komandan sayap militer Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang tewas dalam penyergapan pada 2009.

Menurut Kapolri Tito Karnavian menyebut, kelompok ini terdiri atas sekitar 50 orang, dengan sekitar 20 pucuk senjata api. Sementara menurut TNI, mereka juga dibantu lebih dari 200 warga sipil.

Sebelum secara spesifik menyebut Egianus Kogoya, aparat menyebut para pelaku adalah Kelompok Kriminal Bersenjata, yang mereka istilahkan KKB.

Baca Juga : Kiwil Poligami, Istri Pertamanya Ungkap Kesedihan Hati saat Harus Berbagi Suami dengan Istri Muda

Editor : Moh. Habib Asyhad

Baca Lainnya