Suar.ID -Pernyataan bernada tantangan dilontarkan oleh pemimpin Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Egianus Kogoya.
Dalam sebuah pernyataan yang diunggah oleh laman Facebook TPNPB, Egianus menegaskan, “Berapa pun militer Indonesia kirim ke sini, kami siap melawan…”
Tapi, dia menambahkan, “Hanya senjata lawan senjata kami punya medan perang di sini.”
Egianus sendiri menyebut diri sebagai KODAP III TPNPB.
Baca Juga : Dengan Bernyanyi, Anak-anak Korea Utara Didoktrin untuk Menghormati Pemimpin Mereka
Egianus juga sempat melontarkan pertanyaan kepada Presiden Joko Widodo, Panglima TNI, dan Polri.
“Militer Indonesia berperang melawan negara mana? Sebab mereka berlebihan menggunakan peralatan perang yang canggih seperti helikopter, bom dari udara … seakan-akan berperang melawan negara merdeka.”
Dalam pernyataan yang sama, KODAP III TNPB, Ndugama Egianus Kogoya mengunggah sebuah pernyataan tentang siapa yang bertanggung jawab atas pembunuhan para pekerja proyek Trans Papua.
Dalam tulisan tersebut, Egianus mengklaim kalau aksi pembunuhan yang terjadi di Nduga pada 2 Desember 2018 bukanlah pembunuhan warga sipil.
Menurut Egianus, TPNPB membunuh anggota TNI yang berada di sekitar lokasi.
“Bukan warga sipil yang kami tembak, tapi itu Anggota Militer murni TNI Dansipur (mungkin maksudnya Denzipur) dengan identitas lengkap dan 2 pistol sebagai barang bukti kami sita,” tulis Egianus.
Baca Juga : Ramalan Zodiak Hari Ini: Sabtu 8 Desember 2018, Aquarius Akan Dapat Keuntungan Tak Terduga!
Egianus juga menjelaskan kalau petugas di satuan Denzipur memang tidak memakai pakaian dinas TNI dan tidak disertai senjata.
Para anggota Denzipur itu menjadi tukang bangunan jembatan di Kali (sungai) Jigi dan Aworak serta tinggal di sebuah lokasi yang disebut dengan sandi 55.
Egianus melanjutkan, "Apa artinya 55? Mereka pekerja satuan Denzipur selalu pakai kode 55. Ini hanya tentara Indonesia yang tahu. Mereka itu TNI.”
Sebelumnya pada Kamis (6/12), Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta TNI dan Polri untuk menggelar operasi besar-besaran setelah penempakan eterhadap para pekerja konstruksi di Kabupaten Nduga, Papua.
“Supaya jangan dituduh kita yang melanggar HAM, padahal yang melanggar HAM itu siapa? Mereka (pelaku) kan yang melanggar HAM. Oleh karena itu maka untuk kasus ini ya polisi dan TNI harus operasi besar-besaran," kata Kalla seperti dikutip dari Antara.
Diberitakan, kelompok bersenjata di Papua, Sabtu (1/12), membunuh 20 orang di Kabupaten Nduga.
Baca Juga : Ini 5 Pria di Indonesia yang Punya Istri Lebih dari 4, Ada yang Sampai Hidup dengan 15 Istri
Korban terdiri atas 19 pekerja proyek jembatan Kali Yigi-Kali Aurak di jalur Trans Papua.
Satu korban jiwa lainnya adalah seorang orang personel TNI.
Akibat kejadian tersebut, proyek Trans Papua yang dikerjakan sejak akhir 2016 dan ditargetkan selesai 2019 itu dihentikan untuk sementara waktu.