Suar.ID - Nasib miris yang dialami buruh-buruh pabrik di China sudah sejak lama menjadi sorotan internasional.
Banyak pabrik di China yang masih memperlakukan buruhnya dengan semena-mena dan tidak memberikan mereka upah yang layak.
Sebuah kelompok pejuang Hak Asasi Manusia (HAM) Solidar Suisse dan China Labour Watch menginvestigasi sebuah pabrik boneka yang khusus memproduksi boneka Ariel, The Little Mermaid.
Tim investigasi ini menemjukan adanya penyimpangan terkait jam kerja dan upah yang didapat para buruh di pabrik Wah Tung di Heyuan, China.
Baca Juga : Bapak Durhaka! Kehabisan Uang Untuk Berjudi Anak Dijadikan Taruhan, Eh Masih Kalah Juga
Melansir The Guardian, buruh pabrik Wah Tung tersebut 80% adalah perempuan.
Mereka hanya diberi upah 85 pence atau sekitar Rp15.725 per jam dan tidak mendapat tunjangan apapun termasuk tunjangan kesehatan.
Para pekerja ini hanya dapat jatah libur sehari selama sebulan. Jika seorang buruh terpaksa tak bisa masuk selama tiga haru berturut-turut, mereka akan dipecat.
Itu juga masih ditambah dengan banyaknya jumlah jam lembur tambahan sekitar 175 jam tiap bulan demi mengejar upah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Baca Juga : Wanita Nomor Berapa yang Paling Sukses? Jawabannya Menentukan Kepribadian Anda
Gaji para buruh ini tak sesuai dengan aturan ketenagakerjaan di China.
Masih ada pula praktik ketimpangan gender dalam perusahaan ini. Di level manajemen, jumlah pegawai laki-laki lebih banyak.
Namun khusus buruh level bawah malah sebagian besar adalah perempuan.
Pabrik ini khusus memproduksi boneka tokoh Ariel dan mereka sedan mengejar target produksi hingga Natal tiba.
Baca Juga : Viral Rumah Batu di Wonogiri, Jawa Tengah: Dari Luar Terlihat Biasa Saja tapi Bagian Dalamnya Megah
Sebuah temuan yang mengejutkan, tiap pekerja hanya mendapat upah 1 penny atau setara dengan Rp 185 untuk tiap boneka yang mereka produksi.
Padahal harga jual boneka ini sekitar 35 poundsterling atau Rp 648 ribu.
Nasib buruh di pabrik Wah Tung sangat memprihatinkan. Dalam kondisi terburuk, mereka hanyad apat 2.000 yuan atau Rp4,23 juta dan dalam kondisi baik mereka dapat 3.000 yuan.
Jumlah itu terbilang sangats edikit jika dibandingkan gaji rata-rata pekerja di China yang sebesar 7.000 yuan atau sekitar Rp 14,8 juta.
Pabrik Wah Tung bahkan punya aturan jam masuk yang cukup aneh. Karyawan wajib datang 10 menit sebelum jadwal kerja mereka.
Dengan jam kerja yang panjang dan melelahkan, tak heran banyak pekerja Wah Tung yang memilih tidur saat jam istirahat tiba.
Para pekerja mengekuhkan kondisi kesehatan mereka yang terus menurun seperti pusing dan penglihatan menjadi buram karena melakukan hal sama berulang kali.
Namun mereka juga tak bisa berbuat banyak, sebab mereka butuh pekerjaan ini. Mereka hanya berharap pabrik-pabrik di China bisa lebih manusiawi dan memberi mereka hak yang lebih baik sebagai karyawan.
Baca Juga : Kisah Anak Petani, Tiap Hari Seberangi Sungai untuk Sekolah Kini Kuliah di Harvard University