Kemalingan, Mantan Pesepakbola Timnas Malaysia Ini Tidur di Jalanan untuk Menghemat Uang

Senin, 03 Desember 2018 | 21:13
Pixabay

Ilustrasi tidur di jalanan.

Suar.ID -Seorang mantan pesepakbola tim nasional Malaysia terpaksa tinggal di jalanan setiap kali berobat di National Heart Institute (IJN) di Kuala Lumpur, Malaysia.

Seperti dilaporkan Mingguan Malaysia pada Senin (3/12), laki-laki asal Penang itu, yang berusia 40 tahunan akhir, mengatakan dia tidak mau tinggal di hotel.

Dia mengaku tidak kuat membayar sewa hotel lantaran tabungannya berkurang sejak kondisi jantungnya memburuk tiga tahun lalu.

Pesepakbola yang biasa bermain sebagai bek untuk timnas ini biasa numpang tidur di sepanjang jalan kaki lima di Jalan Hang Lekiu.

Baca Juga : Skandal 1MDB yang Menjadi Bagian dari Mega Korupsi di Malaysia Diusulkan Masuk Silabus Pelajaran Sejarah

“Saya tidak tinggal di sini sepanjang waktu. Ini hanya untuk beberapa minggu sebulan,” ujarnya.

“Setelah perawatanku selesai, aku kembali ke kampung halamanku,” tambah pria yang tidak mau disebutkan namanya itu.

Dia bilang, dirinya akan terus hidup seperti itu sampai jadwal operasinya pada akhir bulan untuk alat pacu jantung dimasukkan ke dalam jantungnya.

“Saya mencoba tinggal di Kuala Lumpur Homeless Transit Center di Jalan Pahang sebelumnya.

“Tapi pakaian dan tas saya dicuri, jadi saya memutukan menetap di jalanan.”

Terkait hal ini, dia mengaku anak dan istrinya tidak tahu kondisinya.

PENYAKIT JANTUNG MUSUH PESEPAKBOLA

Menurut dokter Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) yang mengawasi skrining jantung, penyakit jantung adalah salah satu musuh utama pesepakbola.

Evaluasi sejak 20 tahun menemukan, sebagian besar pemain muda yang melakukan pemeriksaan jantung di usia 16, 18, dan 20 tahun meninggal tujuh tahun setelah pemeriksaan.

Padahal di pemeriksaan awal dokter menyatakan mereka dalam kondisi sehat.

Baca Juga : Software Israel Disebut Membantu Mata-mata Arab Saudi Membunuh Jamal Khashoggi

Salah satunya menimpa bintang sepak bola muda asal Kamerun, Marc-Vivien Foé, 28 tahun.

Gelandang yang bermain di Liga Premier itu mendadak pingsan dan meninggal saat melawan Kolombia di Perancis pada Piala FIDA 2003.

Hasil otopsi menunjukkan ia memiliki penyakit jantung bawaan.

Pada 2012, pemain sepak bola Fabrice Muamba yang saat itu berusia 23 tahun dan bermain untuk klub Bolton Wanderes mengalami serangan jantung di lapangan saat melawan Tottenham Hotspur memperebutkan Piala FA.

Muamba saat itu dikabarkan kritis dan hampir meninggal.

Tragedi yang cukup sering menimpa pemain sepakbola sejak dulu akhirnya membuat FA melakukan program skrining jantung sejak 1997.

Pemeriksaan ini dilakukan untuk memantau kebugaran semua pemain sepak bola yang berusia 16 sampai 17 tahun, sebelum mereka masuk ke tim profesional.

Dari tinjauan data selama 20 tahun, tim dokter yang dipimpin Sanjay Sharma, profesor penyakit bawaan dan kardiologi olahraga di Universitas St George, London, dan ketua komite ahli jantung dari FA menemukan, tingkat kematian terjadi pada 1 dari 14.700 orang.

Baca Juga : Datangi Polda Metro Jaya, Benarkah Ussy Sulistiawaty Akan Laporkan Warganet yang Menghina Anak-anaknya?

“Angka ini tiga kali lipat lebih besar dari studi sebelumnya, yakni 1 dari 50.000 orang. Ini sangat mengejutkan kami," kata Sharma yang menerbitkan laporannya di New England Journal of Medicine, dilansir HAI-ONLINE.COM dari The Guardian (8/8/2018).

Dari analisis data itu, Sharma dan timnya menyimpulkan dua hal. Pertama, jumlah pemain bola muda dengan masalah jantung meningkat.

Kedua, pemeriksaan jantung yang dilakukan pada usia 16 atau 17 tahun oleh FA nggak cukup dilakukan sekali dan perlu dilakukan beberapa kali untuk mengidentifikasi masalah tersebut, terlebih kebanyakan orang mengalami masalah tersebut selam tujuh tahun dari pemeriksaan.

"Sangat tragis saat mendengar kabar kematian atlet muda disebabkan oleh serangan jantung atau jantung bawaan," ujarnya.

Tentang penelitian

Antara 1997 sampai 2016, lebih dari 11.000 pemain mengisi kuesioner kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik, termasuk EKG 12-lead dan ekokardiografi.

Dari jumlah pemain yang mengikuti pemeriksaan, ada 42 pemain yang memiliki penyakit jantung dan dapat menyebabkan serangan jantung mendadak.

Padahal sebelumnya nggak ada gejala apa pun yang ditemukan.

30 dari 42 pemain menjalami operasi atau perawatan agar dapat kembali bermain sepak bola, sementara 12 pemain berhenti bermain.

"Beberapa orang didiskualifikasi dari tim sehingga mimpi mereka terenggut. Anda mungkin menilai mereka nggak akan mati, namun nggak ada yang bisa memastikan nasib," ujar Sharma.

Baca Juga : Pimpinan ISIS yang Memenggal Kepala Mantan Tentara AS Tertembak dalam Serangan Drone

Selain sepakbola, penyakit jantung juga menyerang atlet muda dari cabang olahraga lainnya.

Salah satunya Matt Campbell, 29, yang tiba-tiba pingsan dan meninggal saat mengikuti marathon London tahun ini.

Sharma pun sangat nggak setuju dengan anggapan skrining buang-buang waktu.

"Kalo atlet muda ini jadi panutan dan inspirasi untuk orang lain, maka kita juga harus melakukan sesuatu untuk melindungi mereka dari kematian mendadak," ujarnya.

Tag

Editor : Moh. Habib Asyhad