Dengan Penuh Kesadaran Menikahi Perempuan Penderita HIV, Ini Tujuan Ahmadi Sebenarnya

Selasa, 27 November 2018 | 14:27
vnahg.org

Ilustrasi perempuan penderita HIV/AIDS

Suar.ID -Hanya kematian yang ada di pikiran Anik (nama samaran) yang didiagnosis mengidap HIV/AIDS.

Dia kaget campur syok usai menjalani voluntary counselling and testing (VCT) di sebuah fasilitas kesehatan di Semarang, Jawa Tengah.

Tapi hidupnya kembali bergairah ketika bertemu Ahmadi yang bahkan dengan penuh kesadaran menikahinya.

Sebenarnya Ahmadi punya misi tersendiri soal keputusannya ini.

Anik masih ingat betul tanggal di mana ia divonis HIV/AIDS. “Tanggal 12 Desember 2012,” ujarnya kepadaTribun Jateng pada Senin (26/11) kemarin.

Baca Juga : Ikut Irwan Mussry Dinas di Malaysia, Maia Estianty Makan Nasi Bungkus Bareng Supermodel Dunia Bella Hadid

Usai VTC ia dinyatakan positif. Menurutnya, waktu terasa berhenti, yang ada di bayangannya hanya mati, maut yang akan menjemput.

Sebelum dinyatakan positif HIV/AIDS, ia awalnya didiagnosis menderita TBC.

Ia didera batuk yang tak kunjung sembuh, bahkan diserta diare juga. “Dua minggu sekali ke dokter, masuk rumah sakit juga,” ujarnya.

Dari situlah kemudian guru honorer di sebuah SD negeri Kota Semarang itu didorong mengikuti VCT.

Sebagai seorang guru dan ibu rumah tangga yang mengaku tidak pernah melakukan pola hidup menyimpang, ia sama sekali tak menduga didiagnoisis HIV/AIDS.

Satu-satunya potensi ia tertular adalah dari suami pertamanya yang sudah meninggal dunia pada Agustus 2008 lalu.

Dari cerita Anik, sebelum meninggal, suaminya sering keluar masuk rumah sakit. Saat itu, sang suami didiagnosis menderita sakit paru-paru.

Pada kurun 2006 – 2007, suaminya sering opname di sebuah rumah sakit swasta di Semarang.

Saat perawatan di Klaten, selain sakit paru-paru, suami Anik juga didiagnosis terserang kondiloma. Namun hingga akhir hayatnya, dia tak pernah didiagnosis HIV/AIDS.

Bagaimana mau mendiagnosis, wong sang suami tidak pernah ikut tes VCT.

Baca Juga : Jadi Buronan Polisi dan Fotonya Disebar, Perempuan Ini Malah Dijuluki Sebagai Penjahat Paling Cantik di China

“Dulu suami bekera di Cilegon, sering dapat job keluar kota juga,”ujar Anik kepad Tribun Jateng.

Sebagai seorang istri yang baik, Anik tidak pernah menaruh curiga kepada sang suami. Ia sama sekali tidak menyangka jika dirinya terinveksi HIV/AIDS dari suami pertamanya itu.

Setelah divonis, secara psikologis Anik benar-benar drop, hancur. Selama berminggu-minggu, ia hanya bisa meratapi nasibnya.

Selain ajal, ia juga selalu terbayang bagaimana nasib dan masa depan anak semata wayangnya nanti.

Orang yang pertama tahu bahwa Anik divonis HIV/AIDS adalah ibunya, karena waktu VCT dokter meminta agar ada keluarga untuk diberi pengertian.

Setelah lama terpuruk, ia mulai berani memberi tahu sahabat-sahabatnya sesama guru di sekolah tempatnya mengajar. Ia sadar bahwa selamanya mengurung diri tidak bisa memecahkan masalah.

Tak lama kemudian, pada Januari 2013, kondisi kesehatan Anik semakin drop. Ia didera TBC dan penyakit ikutan lainnya. Ia pun mesti menjalani perawatan di RS Kariadi.

“Saat itu, teman-teman dari sekolah datang, memberi support dan mendukung saya,” ucapnya.

Beruntungnya Anik karena ia punya keluarga dan orang-orang sekitar yang selalu mendukungnya. Lebih dari itu, mereka tidak pernah mendiskriditkan Anik.

Dan yang lebih beruntung lagi, Anik bertemu dengan Ahmadi (44).

Baca Juga : Kisah Seorang Ibu yang Menyewa Aktor untuk Berperan sebagai Ayah bagi Anaknya: 'Saya Ingin Anak Saya Bahagia'

Anik mendapatkan dukungan spesial dari Ahmadi, lelaki asal Mrangen, Demak, Jawa Tengah.

Pria ini memantapkan hati mempersunting Anik saat perempuan tersebut berada di titik nadir kehidupan.

Keduanya pun melansungkan pernikahan di Klaten, tempat kelahiran Anik—meski beru satu bulan berkenalan.

“Saya kenal lewat seorang teman. Saya tahu kondisi Anik, saya menikahinya dengan penuh kesadaran,” tutur Ahmadi.

Ada yang unik ketika prosesi akad nikah.

Sesaat setelah akad nikah, masih belum beranjak seusai mengucap ijab-kabul, Ahmadi langsung mengumumkan bahwa ANik positif HIV/AIDS.

Bagi beberapa orang, itu adalah langkah yang cukup mengherankan sekaligus mengagetkan sebagian besar hadirin yang datang.

“Kami tidak malu untuk terbuka, mengakui kondisi sebenarnya,” ujar Ahmadi.

Anik sejatinya bagian dari eksperimen keyakinan Ahmadi: semua sakit ada obatnya.

Baca Juga : Dianggap Paling Nyaman, Menurut PBB Tempat Ini Justru Paling Berbahaya Bagi Perempuan

Karena itu, selain menganjurkan Anik rutin minum obat tiap hari, Ahmadi juga selalu memberi dorongan dan nasihat-nasihat spiritual untuk menyembuhkan istrinya dari dalam.

“Usai menikah Anik, tekad saya ingin mementahkan pandangan orang yang melihat bahwa orang dengan HIV/AIDS (ODHA) selalu negatif dan menjijikkan,”katanya.

“Saya mengampanyekan, jauhi penyakitnya tapi bukan orangnya. Buktinya,saya yang beristri ODHA sampai sekarang masih sehat dan steril, tidak tertular,” tambahnya.

Kini, Ahmadi dan istrinya sering memberi semangat dan dorongan kepada para penderita HIV/AIDS untuk tetap semangat dan tak patah arang.

Editor : Moh. Habib Asyhad

Baca Lainnya