Polisi yang Menendang Gelandangan dari Kantor Polisi dan Membiarkannya Mati Kedinginan Itu Akhirnya Dipecat

Jumat, 23 November 2018 | 21:07
Tangkap layar Metro.co.uk

Polisi yang menendang Peri dan membiarkannya mati kedinginan itu akhirnya dipecat tanpa pemberitahuan.

Suar.ID -Seorang polisi London yang tertangkap kamera CCTV mengusir gelandangan dari kantor polisi dan membiarkannya mati kedinginan akhirnya dipecat.

Seperti dilaporkan Metro.co.uk pada Jumat (23/11), polisi bernama PC Bhupinder Kalsi akhirnya dipecat tanpa pemberitahuan.

Kejadian pengusiran ini sejatinya terjadi pada 4-5 Maret 2016 lalu.

Saat itu, seorang gelandangan dikabarkan meninggal dunia karena hipotermia.

Sebelumnya, gelandangan itu diusir dari kantor polisi dan dipaksa menunggu anjingnya yang dikurung di sana.

Pericles Malagardis, yang biasa dipanggil Peri, pergi ke kantor polisi Uxbridge, London barat, Inggris, setelah meninggal rumah sakit.

Baca Juga : Ramalan Zodiak Hari Ini: Sabtu 24 November 2018, Cancer Ada Kerikil Kecil, Leo Dinaungi Keberuntungan

Ia ingin menjemput anjingnya, Django, yang merupakan “segalanya bagi Peri”.

Tapi pria 63 tahun itu tidak bisa menjemput Django malam itu juga. Dia mesti menunggunya sampai pagi tiba.

Lebih sedih lagi, ia ditendang keluar oleh PC Bhupinder Kalsi esok paginya, 5 Maret 2016, di mana suhu sedang dingin-dinginya.

Lima jam kemudian, Peri ditemukan tidak memberi respon, dan sejam kemudian dia dinyatakan meninggal dunia.

Peri, yang aslinya dari Yunani, pindah ke London pada 1989 dan bekerja sebagai sopir pengiriman selama 11 tahun sebelum akhirnya jatuh pada masa-masa sulit.

Setelah putus hubungan dengan kekasihnya, dia mulai tinggal di mobilnya.

Tapi mobil itu kemudian disita lima tahun yang lalu. Peri pun terpaksa hidup di jalanan.

Karena sifatnya, Peri menjadi terkenal di London barat dan disukai oleh siapa pun yang ditemuinya.

Google Maps/Metro.co.uk

Kantor polisi Uxbridge tempat Peri meninggal dunia kedinginan.

Saking banyaknya yang kenal, staf di Cockfosters mengisikan kartu Oyster-nya sehingga ia bisa melakukan perjalanan ke bandara Heathrow dan menghabiskan sebagian besar malamdi Terminal 5 bandara itu.

Staf di bandara, yang akhirnya dekat dengannya selama bertahun-tahun, selalu memberinya makanan sehingga dia tidakpernah kelaparan.

Baca Juga : Misionaris Itu Tulis ‘Tuhan, Aku Tidak Ingin Mati’ Sebelum Dibunuh Suku Santinel di Andaman

Beberapa awak maskapai British Airways, bersama seorang menteri di Wembley yang melindunginya, memulai crowdfuding untuk membelikan tiket penerbangan pulang ke Yunani yang tidak pernah dia lihat selama bertahun-tahun.

Lebih dari 6.000 poundsterling (sekitar Rp111 juta) terkumpul untuk Peri sehingga dia bisa melakukan perjalanan pulang kampung.

Teman Peri, Jenny Perry, seorang pramugrai British Airways, hadir di persidangan dan menjadi salah satu tokoh di balik penggalangan dana itu.

Hatinya begitu hancur saat mendengar kematian Peri, dan semakin sakit saat melihat begitu banyak CCTV yang menayangkan kematiannya.

Dalam banyak kesempatan, Peri sering meminta Jenny menjaga Django—dan permintaan itu kemudian dia kabulkan secara permanen.

“Sangat sedih karena uang yang kami kumpulkan akhirnya kami gunakan untuk menguburnya,” ujar Jenny.

“Dia punya karakter, dia dekat dengan begitu banyak orang. Benar-benar hancur.”

Lloyd Ellington, seorang menteri di Gereja Tuhan Bernubuat di Wembley, sekarang asisten pendeta, juga datang dalam persidangan hari ini.

“Pertama kali saya ketemu Peri adalah ketika dia mengetuk pintu gereja mencari tempat untuk mengistirahatkan kakinya,” ujar Lloyd.

“Dia sangat gembira, seraya bilang, ‘Saya tidak ingin uang, hanya ingin mengistirahatkan kaki untuk sementara waktu’.”

Baca Juga : Beli Brankas Bekas Seharga Rp7Juta, Eh Isinya Ada Duit Rp105 Miliar

Waktu itu Peri tidak mengenakan sepatu karena satu dan lain hal. Yang jelas saat itu Peri benar-benar terpuruk.

Lloyd pun memberinya tempat berlindung untuk malam itu dan melindunginya setelah itu.

Lloyd bekerja keras berada di bawah akomodasi Hillington Council tapi tidak bisa karena Peri semula tinggal di Enfield.

Saat itu dewan hanya menampung orang-orang lokal.

Sebelum Peri meninggal, Lloyd sempat menghubungi putra-putranya di Yunani untuk melihat apakah mereka akan menemuinya saat tiba di rumah.

“Sedihnya, mereka baru memberi jawaban ‘iya’ beberapa minggu setelah Peri meninggal,” ujarnya.

“Salah satu putranya mengatakan dia hidup sendirian dan Peri bisa tinggal bersamanya.”

Editor : Moh. Habib Asyhad

Baca Lainnya