Misionaris Itu Tulis ‘Tuhan, Aku Tidak Ingin Mati’ Sebelum Dibunuh Suku Santinel di Andaman

Jumat, 23 November 2018 | 19:32
Instagram/johnachau

John Allen Chau, misionaris Amerika yang mati dipanah Suku Sentinel di Kepulauan Andaman, India.

Suar.ID -John Allen Chau, misionaris Amerika Serikat yang dibunuh Suku Sentinel di Kepulauan Andaman dilaporkan menuliskan sesuatu di catatannya sebelum meregang nyawa.

“Tuhan, aku tidak ingin mati.” Begitu tulisnya, seperti dilansir dari New York Post, Jumat (23/11).

Chau, yang berusia 26 tahun, mencatat hari-hari terakhirnya saat bepergian ke Kepulauan Andaman.

Menurut catatan yang diberikan ibunya kepada The Washington Post, pria asal Vancouver, Washington DC, itu bermaksud melakukan kontak dengan suku Sentinel di Pulau Sentinel Utara.

Baca Juga : Orang Korea Rela Membayar demi Masuk Penjara, Muak dengan Rutinitas Harian yang Penuh Tekanan

“Kalian berpikir mungkin aku gila dalam semua ini, tapi aku pikir itu berharga untuk menyebarkan Yesus kepada orang-orang ini,” tulisnya dalam catatan terakhir kepada keluarganya bertanggal 16 November.

“Tuhan, aku tidak ingin mati.”

Tak lama berselang, dengan menggunakan perahu nelayan, ia berlayar menuju Pulau Sentinel.

Masyarakat suku Sentinel, yang tingginya sekitar 1,65 meter, dengan pasta kuning di wajah, sontak marah dengan kehadiran Chau yang berusaha berbicara dengan mereka dan menyanyikan lagu-lagu pujian.

“Aku berteriak, ‘Namaku John, aku mencintaimu dan Yesus mencintaimu’,” tulis Chau.

Dia juga menambahkan bahwa ada seorang bocah yang memanahnya tapi luput dan hanya mengenai Alkitab yang tahan air.

Sementara itu, nelayan yang membawa Chau secara ilegal sudah kabur duluan.

Dalam sebuah email kepada ibu Chau, Lynda Adams-Chau, seorang misionaris lain menulis, para nelayan melihat suku Sentinel menguburkan Chau di pantai keesokan harinya.

Baca Juga : Beli Brankas Bekas Seharga Rp7Juta, Eh Isinya Ada Duit Rp105 Miliar

Beberapa nelayan yang terlibat dalam membantu perjalanan Chau ke kepulauan tersebut, serta seorang teman yang membantu mengatur perjalanan, telah diamankan oleh petugas keamanan.

“Mereka sangat menyadari situasi ini, tapi mereka masih saja mengatur sebuah perahu dan segalanya,” ujar pejabat polisi Deepak Yadav.

Ia juga menyebut kejadian sama saja mengantarkan Chau kepada kematiannya.

Sementara itu keluarga Chau memohon agar orang-orang itu dibebaskan seraya menegaskan bahwa anaknya bertindak atas keinginan sendiri.

Chau disebut kerap memosting foto-foto perjalanannya di seluruh dunia.

Dalam sebuah postingan di Instagram Chau menulis, dia menemukan Pulau Sentinel yang inspiratif namun menakutkan.

“Mengapa pulau seindah ini punya begitu banyak (kisah) kematian?” tulusnya.

“Aku berharap ini bukan salah satu catatan terakhirku tapi jika terjadi itu adalah Kehendak Tuhan.”

Chau menjadi orang ke sekian yang dibunuh oleh Suku Sentinel di Kepualaun Andaman, India.

Orang-orang Suku Sentinel melesatkan anak panah kepada Chau dan membiarkannya mati di tepi laut pada Rabu (21/11).

Baca Juga : Hampir 6 Bulan Shakira Berjuang Lawan Leukemia, Jerry Aurum Sebut Putrinya Lagi Suka Blackpink

Seperti disebut di awal, Chau diketahui membayar nelayan untuk mendekati pulau tersebut secara ilegal.

Kematian Chau membuktikan suku ini sangat tidak tolerir pada orang asing yang berusaha mendekati wilayah mereka.

Pada 2016 lalu, dua orang nelayan India telah menjadi korban karena mendekati Pulau Sentinel Utara.

Raj dan Pandit Tiwari tergoda untuk mencari kepiting lumpur di pulau tersebut.

Dalam sekejap, suku Sentinel menyerang dan menewaskan mereka.

Editor : Moh. Habib Asyhad

Baca Lainnya