Suar.ID – John Allen Chau (27) turis asal Amerika Serikat menjadi orang ke sekian yang dibunuh oleh Suku Sentinel.
Suku ini mendiami Pulau Sentinel Utara, bagian dari gugusan Kepulauan Andaman yang berada di Teluk Benggala, India.
Orang-orang Suku Sentinel melesatkan anak panah pada Chau kemudian membiarkannya mati di tepi laut pada Rabu (21/11/2018).
Chau diketahui membayar nelayan untuk mendekati pulau tersebut secara ilegal.
Baca Juga : Jelang Perceraian, Gading Marten Telepon Gempita dan Ungkap Kerinduannya pada Sang Anak
Kematian Chau membuktikan suku ini sangat tidak tolerir pada orang asing yang berusaha mendekati wilayah mereka.
Pada 2016 lalu, dua orang nelayan India telah menjadi korban karena mendekati Pulau Sentinel Utara.
Raj dan Pandit Tiwari tergoda untuk mencari kepiting lumpur di pulau tersebut.
Dalam sekejap, suku Sentinel menyerang dan menewaskan mereka.
Baca Juga : Viral di Media Sosial, Beginilah Wujud Asli Bus Tayo ala Sukoharjo, Mau Naik Cukup Bayar Rp5 Ribu
Orang-orang Sentinel bahkan tak membiarkan petugas mengambil tubuh dua orang ini dan terus memanah helikopter yang mereka gunakan.
Suku Sentinel telah menghuni pulau tersebut selama lebih dari 60.000 tahun lamanya.
Mereka begitu terisolasi dengan dunia luar selama bertahun-tahun, bagaimana bisa itu terjadi?
Mengutip The New York Times, pada akhir abad ke-19 tahun 1880-an, seorang perwira angkatan laut Inggris dilaporkan datang ke pulau terpencil di Laut Andaman dan menghadapi salah satu suku pemburu-pengumpul paling misterius di dunia.
Baca Juga : Hidup Mewah dan Punya Istri Cantik, Beginilah Fakta Kehidupan Pesumo Sebenarnya
Maurice Vidal Portman disebutkan terpesona dengan suku itu dan menculik beberapa anggota mereka.
Portman kemudian membawa kembali mereka ke rumahnya, di sebuah pulau yang lebih besar di Kepulauan Andaman, di mana Inggris menjalankan penjara di sana.
Setelah mengembalikan anggota tersebut, ia mengakhiri eksperimennya dan menyebutkannya sebagai sebuah kegagalan.
Selama tinggal di Port Blair, Ibu Kota Kepulauan Andaman, Portman mengambil sejumlah besar foto orang-orang Andaman. Beberapa atas permintaan Museum Inggris.
Baca Juga : Mengintip Bagian Dalam Angkot Mewah di Bandung, Komplit dengan Perpustakaan Mini dan Charger HP
Ia juga menulis dua buah buku yakni Notes of the Languages of the South Andaman Group of Languages (1898) dan A History of Our Relations with the Andamanese (1899).
Dalam sebuah bukunya (1899), Portman Menuliskan, "Kami tidak bisa dikatakan telah melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar meningkatkan teror dan permusuhan mereka terhadap semua pendatang."
Selama abad berikutnya, beberapa orang luar pernah kembali ke sana.
Pulau yang disebut Sentinel Utara, adalah daerah hutan lebat dan berbukit, seukuran Kota Manhattan.
Baca Juga : Sudah Menikah, Lukman Sardi Ingatkan Baim Wong Untuk Jauhi Kucing: 'Kasihan Istrinya Nanti'
Hampir setiap orang yang berani berkunjung disambut oleh panah terbang.
Pada 1970-an, sutradara film dokumenter National Geographic mengambil satu di kakinya.
Penduduk Sentinel Utara mungkin trauma dengan penculikan yang pernah mereka alami.
Mungkin juga mereka takut pada penyakit yang dibawa oleh orang asing.
Baca Juga : Gisel Dikabarkan Gugat Cerai Gading, Kejadiannya Kok Mirip Film 'Susah Sinyal' yang Mereka Perankan Dulu?
Alasan lain, karena kekebalan tubuh yang lemah terhadap penyakit seperti flu dan campak.
Tidak ada yang tahu persis mengapa mereka begitu bermusuhan dengan orang luar dan bahasa mereka tetap menjadi misteri tersendiri.
Keterisolasian Suku Sentinel didukung oleh pemerintah India
Pemerintah India melindungi juga menghargai pilihan orang-orang Sentinel untuk tetap terisolasi dari dunia luar.
Upaya kontak dengan suku Sentinel telah dilakukan pada tahun 1974, 1981, 1990, 2004, dan 2006, oleh National Geographic dan pemerintah India, juga pasukan angkatan laut India.
Tetapi, mereka disambut dengan tirai panah yang tak henti-hentinya dilesakkan orang-orang Sentinel.
Semenjak kematian dua nelayan India di tahun 2006, pemerintah India mengeluarkan mengeluarkan undang-undang yang melarang pengambilan foto atau video terhadap suku-suku di Kepulauan Andaman pada 2017.
Memang secara administrasi Pulau Sentine Utara adala bagian dari Kepulauan Andaman, tetapi dalam praktiknya, pulau ini dan penghuninya telah membentuk planetnya sendiri.
Baca Juga : Pacar Mau Nikahi Wanita Lain, Perempuan Ini Bunuh dan Masak Kekasihnya Jadi Nasi Kebuli