Cucu Wiranto yang Meninggal Tenggelam di Kolam Ternyata Tak Sendirian, Ini Data WHO

Sabtu, 17 November 2018 | 12:06
Labib Zamani/Kompas.com

Kebersamaan Wiranto dengan cucunya, Achmad Daniyal Alfatih , yang meninggal setelah terpeleset.

Suar.ID -Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan HAM (Menkopolhukam) Wiranto baru saja bersedih.

Ketika berada di Singapura mendampingi Presiden Jokowi menghadiri KTT AsEAN, mantan Panglima ABRI itu mendapat kabar bahwa cucunya meninggal dunia setelah terpeleset dan tenggelam di kolam.

Si cucu, namanya Achmad Daniyal Alfatih, meninggal saat usianya baru 16 bulan.

Dilansir dari Tribunnews.com, Daniyal terpeleset di kolam samping rumahnya di Jalan Tulodong Bawah 4 Lama No. 11, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (15/11) kemarin.

Tak lama kemudian, Wiranto pun langsung terbang ke Jakarta.

Jenazah sendiri lalu dibawa dan dimakamkan di pemakaman keluarga di Karanganyar, Jawa Tengah.

“Siang harinya sudah harus berpisah selamanya. Tentu ini sangat menyedihkan dan mengejutkan,” kata Wirantodi pemakaman keluarga Delingan, Karanganyar, Jawa Tengah, Jumat, dilansir dari Kompas.com.

Walau begitu, Wirantomenuturkan, keluarga sudah mengikhlaskan kepergian Daniyal untuk selamanya.

Baca Juga :Satu Paket Makanan Laut di Mangga Besar Dihargai Rp2,1 Juta, Sebanyak Apa Porsinya?

Ia mewakili keluarga mengaku telah mengikhlaskan kepergian Daniyal untuk “berangkat terlebih dahulu”.

Mantan Panglima ABRI itu juga menyebut cucunya laiknya kertas putih yang belum ada nodanya sama sekali. Belum ada dosa sama sekali.

Lepas dari itu, Daniyal yang meninggal karena tenggelam ternyata tidak sendirian.

Paling tidakk begitu kata Badan Kesehatan Dunia, WHO.

Menuru laporan WHO tahun 2014 lalu, tenggelam disebut sebagai penyebab utama kematian anak di bawah usia 15 tahun.

Laporan ini disusun setelah melakukan survei di 48 negara.

Dilansir dari National Geographic Indonesia, secara global, tingkat kematian akibat tenggelam paling tinggi terjadi pada anak-anak berusia 1-4 tahun, kemudian 5-9 tahun.

Kemungkinan awal, ini disebabkan karena mereka ingin tahu dan sangat tertarik pada air tanpa memahami bahayanya ketika mereka mendekat.

Selain itu, anak-anak yang berisiko tenggelam cenderung tinggal di dekat sumber air terbuka, seperti selokan, kolam, saluran irigasi, atau kolam.

"Tenggelam memiliki beban yang sama pada anak-anak seperti penyakit diare dan cacar di awal 1970 dan 1980-an," kata Margaret Chan, Director-General of the World Health Organization 2007-2017.

Yang lebih mengejutkan, setidaknya satu anak di Asia meninggal karena tenggelam per 15 menit.

Baca Juga : Ibunda Nagita Slavina Dulu Bintang Iklan yang Perutnya Dililit Tali Tambang, Sekarang 'Juragan' FTV

Pada tengah puncak musim panas dan selama musim hujan dan banjir, anak-anak di Asia sangat rentan akan hal ini.

Aliansi Safe Children yang berbasis di Asia mengatakan, jumlah anak-anak tenggelam di negara berkembang 10 sampai 20 kali lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara industri.

Bangladesh tercatat sebagai negara dengan catatan kematian akibat tenggelam tertinggi di dunia.

Angkanya mencapai 17 ribu dalam setahun.

Di bawahnya ada Vietnam dengan lebih dari 11.500 anak, lalu Thailand dengan 2.600 anak meninggal setiap tahunnya.

Departemen Pengendalian Penyakit Thailand pernah melaporkan bahwa sebanyak 10.923 anak-anak tenggelam di tahun antara 2006-2015.

Itu artinya, dalam sehari ada 10 anak tenggelam. Sepanjang tahun 2011-2015, 192 anak di bawah usia tiga tahun tenggelam di wadah air (sumur, bak mandi, atau penampungan air) di rumah atau di penitipan anak.

Di China, data tidak tersedia untuk sebagian besar provinsi.

Baca Juga : Maia Estianty Foto Bareng David Beckam untuk Kedua Kali: Malam Spesial

Namun di provinsi Jiangxi saja, data survei Aliansi menunjukkan lebih dari 4.600 anak tenggelam dalam setahun, sama halnya dengan 10 kematian setiap hari.

Terkait urgennya kasus anak meninggal karena tenggelam, WHO menyerukan agar negara-negara untuk mempromosikan keterampilan keselamatan air dan kelangsungan hidup seluruh wilayah.

Menurut mereka, tindakan ini harus mencakup pemasangan penghalang menuju air, menyediakan fasilitas penitipan anak yang aman—jauh dari air (untuk anak-anak pra-sekolah), dan mengajarkan keterampilan keselamatan air dan penyelamatan pada mereka.

Semoga apa yang terjai pada cucu Wiranto tidak terjadi untuk kedua kalinya.

Tag

Editor : Moh. Habib Asyhad