Korea Utara Uji Coba Senjata Taktis Ultramodern Baru, Ditujukan untuk Menyerang Korea Selatan?

Jumat, 16 November 2018 | 19:32
tangkapan layar CBS News

Kim Jong Un menyaksikan uji coba senjata taktis Korea Utara

Suar.ID -Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dikabarkan mengamati uji coba senjata taktis ultramodern baru.

Menurut laporan media pemerintah, uji coba ini dalam upaya nyata untuk merespon tekanan Amerika Serikat dan Korea Selatan.

CBS News melaporkan, ini bukan uji coba perangkat nuklir atau rudal jarak yang menyasar Amerika Serikat.

Seperti disebut di awal, uji coba ini adalah pengaruh dari upaya diplomatik yang terhenti yang dipelopori Amerika yang bertujuan “membersihkan” nuklir di Korea Utara.

Senjata ini sejatinya tidak baru-baru ini.

Mengapa baru diujicobakan semata-mata untuk menyatakan kemarahan Korea Utara atas sanksi internasional yang diberikan AS.

Juga, sebagai respon atas latihan militer skala kecil yang sedang berlangsung antara Korea Selatan dan Amerika Serikat.

Awal bulan ini, Kementerian Luar Negeri Korea Utara memperingatkan, pihaknya bisa saja menguatkan kembali senjata nuklirnya jika tidak ada keringanan sanksi.

“Ini adalah diplomaso koersif ala Korea Utara. Mereka bilan, ‘Jika Anda tidak mendengarkan kami, kalian akan menghadapi beban politik’,” ujar analis Shin Beomchul dari Asan Institute for Policy Studies di Seoul.

Diplomasi telah berhenti sejak pertemuan puncak antara Presiden Kim Jong Un dan Presiden Donald Trump pada Juni kemarin.

Dalam pertemuan itu, Washington menekankan terjadinya denuklirisasi di Korea Utara.

Sementara Korea Utara meminta syarat agar AS terlebih dahulu menyetujui deklarasi perdamaian yang secara resmi mengakhiri krisis Korea dan mencabut sanksi.

Shing mengatakan, senjata yang diujicobakan oleh Korea Utara bisa berupa rudal, artileri, senjata anti-udara, pesawat tak berawak, atau sistem senjata konvensional berteknologi tinggi lainnya.

Yang Wook, seorang ahli militer yang berbasis di Seoul, mengatakan, senjata taktis di Korea Utara mengacu pada senjata yang ditujukan untuk menyerag Korea Selatan.

Termasuk juga, pangkalan militer AS yang berada di sana, sehingga Korea Utara mungkin telah menguji rudal jarak jauh atau sistem peluncuran roket ganda.

Bahkan, jika itu adalah pesan untuk Washington dan Seoul, tes yang dilakukan pada Jumat waktu setempat itu terasa kurang agresif dibanding tes senjata sebelumnya.

Yang mengatakan, tes baru Korea Utara tidak akan benar-benar memecah diplomasi nuklir.

Meskipun, akan ada lebih banyak pertanyaan muncul terkait betapa sungguh-sungguhnya Korea Utara tentang komitmennya terhadap denuklirisasi.

Ditanya soal uji coba tersebut, Departemen Luar Negeri AS mengatakan, pejabat Amerika dan Korea Utara sedang berbicara tentang penerapan komitmen yang dibuat Trump dan Kim selama pertemuan di Singapura.

Eugene Lee, juru bicara Kementerian Unifikasi Korea Selatan, menolak mengomentari inspeksi Kim Jong Un saat uji coba.

Wakil Presiden AS Mike Pence, yang juga ikut dalam KTT di Singapura, menyebut adanya “kemajuan besar yang dibuat di Korea Utara.

Meski begitu, ia juga mengakui masih banyak hal yang harus dikerjakan.

“Satu setengah tahun yang lalu, uji coba nuklir kerap terjadi, rudal terbang di atas Jepang, dan ada ancaman propagasi terhadap wilayah kita,” kata Pence.

Hari ini, tambahnya, sudah tidak ada lagi rudal yang terbang. Tidak ada lagi uji coba nuklir.

“Sandera kami juga sudah pulang, dan Korea Utara telah memulangkan pahlawan kami yang gugur ketika Perang Korea. Kami telah membuat kemajuan besar tetapi masih ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan,” kata Pence.

Tak hanya itu, Pence juga menegaskan bahwa sanksi PBB tetap harus ditegakkan.

Editor : Moh. Habib Asyhad

Baca Lainnya