Kadang-kadang, Tarsa memanggil sang ibu saat perutnya lapar. Selain itu, Tarsa suka sekali makan biskuit, namun, Sebina Noni tak bisa memenuhi permintaan sang anak karena tak punya uang untuk membelinya.
“Saya sudah tua Pak. Saya tak sanggup lagi. Anak saya Tarsa sudah menderita sangat lama. Tarsa sudah dipasung selama 12 tahun hingga saat ini. Saya berdoa dan berharap agar Tarsa bisa bebas dari pasungnya. Barangkali Pak bisa menyuarakan kepada berbagai pihak untuk membebaskan Tarsa dari pasungnya,” harapnya kepada KOMPAS.com, Jumat (9/11/2018).
Mulanya Tarsa mengalami gangguan jiwa dan sering mengamuk di rumah dan rumah tetangga di kampung itu.
Baca Juga : Tak Lagi Punya Uang, Perusahaan China Ini Bayar Utang Investor Pakai Daging Babi
Tarsa juga bicara dan tertawa sendiri bahkan mulai memukuli ibunya sendiri. Ini yang membuat Tarsa dipasung.
Tingkahnya sering tak terkendali dan keluarganya pun kekurangan biaya untuk membawa Tarsa berobat ke rumah sakit jiwa.
Sejak pertama kali dipasung pada 12 tahun lalu hingga kini, Tarsa hidup dan tinggal di gubuk reyot dengan dua kaki dipasung dengan balok berukuran besar.
“Saya sebagai mamanya ikut menderita berat dengan kondisi Tarsa yang belum kunjung sembuh dan masih dipasung di gubuk reyot. Saya tidak tahu bagaimana solusi untuk membebaskan dan meringankan penderitaannya," kata Sebina Noni.
Dulu, Tarsa sempat minum obat dari seorang pastor dari Kota Ende.
Setelah tiga bulan minum obat, Tarsa mengalami banyak perubahan dan tidak lagi berteria-teriak.
Namun saat obatnya sudah habis, Tarsa pun kembali kambuh.