Kondisi Gunung Anak Krakatau pada 11/1/2019 yang didokumentasikan. @EarthUncutTV. Warna orange kecoklatan adalah hidrosida besi (FeOH3) yang mengandung zat besi tinggi yang keluar dari kawah dan larut ke dalam air laut. Tubuh Gunung Anak Krakatau telah banyak berubah. pic.twitter.com/ZnvEVngYv5Meski banyak bagiannya yang hilang, menurut Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional ( LAPAN) seperti dikutip dari Kompas.com, area yang longsor di Gunung Anak Krakatau telah tumbuh kembali.— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_PN) 12 Januari 2019
LAPAN merilis citra satelit Gunung Anak Krakatau. Citra satelit tersebut menunjukkan perubahan morfologi gunung tersebut mulai dari Agustus 2018 hingga Januari 2019.
Baca Juga : Agnez Mo Hanya Kenakan Kaos Saat Ketemu Jokowi, Tapi Harga Busananya Tembus Rp500 Juta
LAPAN membandingkan citra satelit dari tiga waktu, yaitu 30 Agustus 2018, 29 Desember 2018, dan 9 Januari 2019. Ketiga citra satelit itu diambil pukul 05.47 WIB.
"(Dari ketiga citra satelit tersebut) dapat diketahui bahwa ada perubahan morfologi yang terjadi di G. Anak Krakatau dengan cukup berat," tulis keterangan pers yang diterima dari Rokhis, Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh LAPAN.
"Terlihat pada citra tanggal 29 Desember 2018, bagian tubuh G. Anak Krakatau bagian barat-barat daya telah hancur, diduga mengalami longsor dan masuk ke laut estimasi dengan luasan area yang berkurang sekitar 49 Ha," imbuhnya.
Meski telah mengalami longsor, tapi area tersebut dengan cepat "memulihkan diri". Hal ini terlihat pada citra satelit pada 9 Januari 2019.
Berikut gambaran perubahan morfologi Gunung Anak Krakatau.
Baca Juga : Ini Video-video Evakuasi Mayat Perempuan yang Tewas Diterkam Buaya Saat Memberi Makan