"Banyak ahli yang mengatakan, untuk terjadi letusan yang besar dari Anak Krakatau masih perlu waktu sekitar 500 tahun lagi," lanjutnya.
Saat ini status Gunung Anak Krakatau masih berada di level 2 atau waspada.
Status tersebut berdasarkan yang ditetapkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Menurut pantauan mereka, hingga saat ini masih terus terjadi erupsi dari Gunung Anak Krakatau.
"Jadi jangan percaya sejak tadi pagi banyak (kabar) beruntun bahwa status Gunung Anak Krakatau dinaikan menjadi siaga, tetap dalam hal ini statusnya waspada, dan erupsi Gunung Anak Krakatau sebenarnya berlangsung sejak Juni 2018 sampai hari ini," tutur Sutopo.
Baca Juga : Selama Ini Kita Tertipu, Ternyata Wortel Tak Bisa Perbaiki Kualitas Penglihatan Mata Hingga Kembali Normal
Gunung Anak Krakatau punya tipe strombolian. Gunung ini memang sewajarnya terus menyemburkan lava pijar dan abu vulkanik.
PVMBG juga sudah menetapkan kalau wilayah sepanjang 2 kilometer dari puncak kawah dinyatakan sebagai zona berbahaya dan tak boleh didekati manusia,
"Erupsi Gunung Anak Krakatau juga tidak mengganggu proses pelayaran kapal di Selat Sunda maupun jalur penerbangan di langit di atasnya," terang Sutopo.
Sebelumnya, Sutopo sempat mengatakan ia tak mengira longsoran bawah laut Gunung Anak Krakatau mampu menyebabkan tsunami.
Baca Juga : Ahli Fengshui Soroti Rumah Nagita Slavina dan Raffi Ahmad, Sebuah Pohon Diaggap Bawa Celaka
Aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau bulan ini termasuk bukan yang paling besar jika dilihat dari segi frekuensi dan tremor letusan.
"Kalau kita lihat letusannya juga tidak yang paling besar. Bulan Oktober dan November malah letusannya lebih besar," lanjut Sutopo.